Pak Arka dan Naya hanya bisa berdiri diam dihadapan kepala sekolah yang memanggilnya beberapa menit lalu karena kejadian tadi pagi di perpustakaan yang menghebohkan seisi sekolah bahkan sampai luar lingkungan sekolah. "Permisi, saya orang tua dari Naya," ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja datang bersama wanita yang di yakini adalah orang tua pak Arka. "Silahkan duduk." "Saya sudah menjelaskan detail permasalahannya lewat telepon bukan? Jadi saya tidak akan menjelaskan nya lagi untuk kedua kalinya," ucap sang kepala sekolah pada orang tua Naya dan juga pak Arka. "Maafkan putri saya, saya akan berusaha mendidiknya lebih baik lagi untuk kedepannya," balas ibu Naya dengan mata yang sudah berkaca kaca. Sudah dapat dilihat tatapan kekecewaan yang terpancar dari sorot matanya. "Berita ini tidak hanya menggemparkan seisi sekolah, namun juga sampai keluar sekolah. Reputasi sekolah langsung jatuh hanya dengan berita ini. Kalau sudah begini apa yang harus kita lakukan? Mengeluarka
Naya berjalan pelan di koridor sekolah, sedari tadi semua murid yang melihat nya saling berbisik sambil menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. "Hai Naya. Wah tidak disangka ya ternyata kamu berkencan dengan pak Arka," Ucap salah satu murid. "Bagaimana rasanya berkencan dengan pak Arka?" "Pastinya bisa terus mendapat nilai bagus dong," sahut murid lainnya yang langsung mengundang tawa semua orang yang berada di koridor sekolah. "Kalian ingin tahu bagaimana rasanya berkencan dengan guru?" seru pak Arka yang entah datang dari mana membuat semua murid seketika langsung diam menunduk. Dengan santai nya pak Arka berjalan menghampiri Naya. "Jika kalian ingin tahu bagaimana rasanya berkencan dengan seorang guru, maka belajarlah yang rajin. Tidak ada guru yang ingin mempunyai kekasih yang bodoh," ucap nya mampu membuat Naya langsung menatapnya kaget. "Pak, apa yang bapak katakan? Bapak bisa mendapat teguran karena berkata seperti itu," ucap Naya. "Kenapa? Mereka semua beb
Satu minggu sudah berlalu, malam itu pak Arka tiba-tiba menghilang. Naya berusaha untuk tidak memikirkan hal itu tapi tidak bisa dipungkiri dia merasa ada sesuatu yang kosong. Hari-harinya yang biasanya selalu di ganggu oleh guru gila nya itu tiba-tiba berubah sunyi. "Kenapa aku jadi memikirkan guru mesum itu sih? Seharusnya aku senang dia tidak pernah menggangguku lagi," gumam nya kesal. "Sudahlah Nay, kenapa kamu jadi memikirkannya sih. Astaga sepertinya aku mulai gila." Menggelengkan kepalanya cepat, Naya memilih untuk menutup jendela kamar nya dan Segera tidur sebelum pikirannya semakin kemana mana. Baru beberapa detik setelah pintu jendela terkunci, terdengar suara ketukan dari jendela itu membuat Naya yang tadinya ingin beranjak ke ranjang terpaksa harus ia urungkan. Karena penasaran akhirnya Naya membuka kembali jendela nya, anehnya tidak ada siapa pun diluar. Apa dia hanya salah dengar saja? Tidak ingin terlalu mengambil pusing Naya langsung menutup lagi jendela nya. Be
Naya berjalan dengan riang nya memasuki kawasan sekolah, bahkan sedari tadi dia terus mengumbar senyumnya manis nya. Entah apa yang membuatnya segembira ini. Ngomong-ngomong rumor tentang hubungannya dengan pak Arka sudah mulai memudar. Tidak ada lagi yang berani mengganggunya setelah terakhir kali guru itu mengancam semua murid nya untuk tidak mengganggu nya. "Eits sepertinya ada yang lagi happy nih," ucap jihan menghadang langkah nya bersama sina dan dahya. "Selamat pagi," alih alih membalas ucapan temannya, Naya justru menyapa teman temannya itu dengan senyum termanis nya. "Apa yang kamu lakukan?" pekiknya kaget saat dahya dengan tiba tiba meletakkan punggung tangannya di kening Naya. "Tidak panas kok," ucap Dahya polos membuat Naya langsung mengerucutkan bibir nya kesal. Mereka pikir dia sakit atau gila apa ? "Kamu kenapa ? Aku perhatikan sejak tadi senyum senyum sendiri ? Kamu habis mendapat lotre?" tanya Sina ya
Naya benar-benar merasa sangat bersalah atas kejadian yang beberapa hari lalu terjadi. Saat ibu Arka ditampar suaminya hanya karena membela nya. Ditambah kemarin tanpa disangka ayah Arka datang ke kedainya bersama beberapa bodyguard nya. Beliau mengancam akan menghancurkan kedai nya, bahkan dia berani mengancam ingin menghancurkan hidup nya bersama ibunya didepan ibunya sendiri. "Hah bagaimana ini, kenapa aku jadi sesedih ini sih? Bukankah seharusnya aku senang? Ini yang aku tunggu tunggu. Lepas dari semua gangguan pak Arka," guman nya mencoba melawan rasa sedih nya. "Nay." "Ibu?" Ibu Naya yang baru saja pulang dari kedai membuatnya sedikit terkejut. Bukankah ini masih terlalu awal untuk pulang ? Biasanya ibunya akan pulang malam. "Kenapa ibu sudah pulang? Aku baru saja ingin menyusul ibu. Oh apa kedai sangat ramai sampai membuat ibu tutup lebih awal?" Bukannya menjawab, ibu Naya lebih memilih meletakkan keranjang yang berisi sisa makanan, sebelum akhirnya mendudukkan dirinya di
Pak Arka kembali menjadi guru yang mesum dan menyebalkan, bahkan sifatnya itu berubah lebih kelewat 2x lipat dari sebelumnya membuat naya harus rela kembali menjalani hari hari sulit nya. Puncaknya hari ini, Naya kembali dihukum lari keliling lapangan sebanyak 5x hanya karena telat 30 detik. Tidak hanya itu, dia juga memberi waktu untuk hukuman itu. Hanya dalam waktu 10 menit naya harus bisa menyelesaikan hukumannya, jika lebih 1 detik dari waktu yang ditentukan maka naya harus bersiap dengan hukuman lainnya. gila bukan? "Ayo Naya 3x putaran lagi dan waktumu hanya tinggal tersisa 5 menit !!" teriak pak Arka yang berdiri di pinggir lapangan, Menyaksikan orang yang sangat ia cintai itu menjalankan hukumannya. "Ayo Nay, kamu pasti bisa. guru itu benar benar gila! Aku akan membuat perhitungan padanya suatu saat nanti," gumam Naya yang benar benar sudah kehabisan tenaga. Hingga tak lama kemudian Naya berhasil menyelesaikan hukumannya. Gadis itu Segera berlari menghampiri pak Arka yang
"Apa? menikah? Tidak! Pa, bukankah sudah kubilanga aku tidak menyetujui perjodohan ini? Kenapa papa masih melanjutkan perjodohan ini ?!" teriak pak Arka saat sang ayah dengan santainya bilang jika bulan depan dia harus menikah dengan Jenny. PYAR... Jenny, pak Arka dan ayah Arka langsung menatap kearah OB yang baru saja datang untuk mengantar minum. "Kamu bisa bekerja tidak sih?" teriak Jenny pada OB yang sudah menjatuhkan gelas hingga pecah itu. "M-maaf. Saya akan membersihkan gelas.. Akh!" Pak Arka langsung berdiri menghampiri OB yang tangannya terluka saat membersihkan pecahan gelas itu. Biasanya dia tidak peduli dengan siapapun tapi entah kenapa saat melihat tangan OB ini terluka membuat nya panik. "Kamu gapapa? Oh tangan mu berdarah!" OB itu melotot kaget saat tiba-tiba pak Arka menarik tangannya, menyesap darah yang keluar dari luka ditangannya. "Kenapa melihat raut wajahnya yang begitu khawatir membuat jantungku berdetak begitu cepat?" batin Naya, sosok orang yang menyam
Naya menatap sendu sang ibu yang terbaring lemah diatas ranjang pesakitan. Tangannya sejak tadi tidak lepas menggenggam tangan dingin sang ibu, air matanya juga tidak bisa berhenti mengalir deras. "Hiks ibu, aku mohon bangunlah. Hiks jangan tinggalin Naya. hanya ibu satu-satu nya yang aku punya di dunia ini hiks, Ibu." "Bagaimana keadaan ibu Naya? Apa dia sudah Sadar?" tanya pak Arka yang baru saja datang bersama ibunya pada Jihan. "Ibunya belum sadar, Naya juga masih didalam pak. Sejak kemarin dia tidak mau makan, aku sudah membujuknya tapi dia kekeh tidak mau keluar dari ruang inap ibunya," jawab Jihan dengan wajah khawatir nya. Sekarang hanya Jihan yang menunggu diruang tunggu. Sina dan Dahya harus masuk sekolah sedangkan Yuna menemani Juna yang sakit karena terlalu banyak mendonorkan darah untuk ibu Naya kemarin. "Boleh aku masuk?" tanya pak Arka yang langsung dibalas anggukan oleh Jihan. "Mama tunggu sebentar disini, aku akan masuk kedalam," pamit nya sebelum masuk kedalam.
1 tahun kemudian... Dengan langkah cepatnya Arka berlari Menyusuri lorong rumah sakit. Pria itu tidak berhenti merapalkan doa berharap tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada istrinya. Beberapa saat yang lalu saat ia sedang melaksanakan meeting bersama kliennya, tiba-tiba ibunya menghubunginya dan mengatakan jika Naya akan melahirkan. Tepat setelah mendapat kabar itu Arka langsung pergi ke rumah sakit. Sesampainya diruang bersalin, Arka melihat kedua orang tuanya dan juga Ibu Naya duduk di depan ruang tunggu sambil menangis. Dengan cepat pria itu langsung menghampiri mereka "Pa, ma, bu, dimana Naya? Bagaimana keadaannya?" Tanyanya dengan raut wajah paniknya. "Arka, kamu sudah datang. Sebaiknya kamu masuk ke dalam, sejak tadi Naya terus berteriak memanggil namamu. Temani ia bersalin, nak. Kuatkan dia," ucap ibu Arka. Arka mengangguk sebelum kemudian masuk ke dalam ruang bersalin, di dalam ruangan ia melihat Naya yang tampak kesakitan berusaha untuk melahirkan anak pe
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun datang. Hari ini Naya dan Arka akan melangsungkan janji suci pernikahan. Dengan balutan dress berwarna putih bersih, Naya tampak begitu cantik dan anggun. Tanpa ada seseorang di sampingnya, Naya berjalan pelan memasuki altar. Beberapa tamu undangan yang melihatnya terlihat kagum akan kecantikannya. Di ujung, Arka berdiri dengan gagahnya menunggu sang calon istri. Begitu sampai di depannya, Arka menarik salah satu tangan Naya, menggenggamnya dan membawanya berjalan menuju sang pendeta. Acara janji suci pun dimulai. Diawali dengan ucapan janji suci pernikahan dan dilanjutkan dengan acara pertukaran cincin. Kedua orang tua Arka serta Ibu Naya dan teman-teman Mereka terlihat terharu melihat bagaimana haruya acara pemberkatan itu dilaksanakan. Ibu Naya yang melihat putri satu-satunya kini telah sah menjadi istri orang terlihat tidak bisa menahan air matanya. Wanita Paruh baya itu sedih karena tidak bisa menghadirkan sosok ayah di saat Naya melangsungk
Tidak terasa hari yang ditunggu pun akhirnya besok tiba. Hari ini adalah hari terakhir Arka dan Naya dipingit sebelum besok mereka mengucapkan janji suci pernikahan. 3 hari tidak bertemu dengan Naya membuat Arka sangat frustasi. Pria itu terlihat sangat merindukan calon istrinya bahkan beberapa kali ia berniat ingin mendatangi Naya diam-diam namun niatnya itu harus tertangkap basah oleh ibunya. "Arka! Harus berapa kali sih mama bilang, sabar nak. Besok juga kamu bertemu dengan Naya. Kenapa kamu sangat sulit diberitahu sih?" marah sang ibu pada Arka yang lagk-lagi tertangkap basah ingin pergi dari rumah menemui Naya. Sang ayah yang juga berada disana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak. Ayah Arka sendiri tidak ikut memarahi Arka karena pria itu tahu dan sudah merasakan bagaimana rasanya menahan rasa rindu. Dulu sebelum menikah dengan ibu Arka, Ayah Arka juga menjalani masa pingitan. Namun dulu ia harus menahan 1 minggu tidak bertemu dengan istrinya. "Ma, kenapa si
2 minggu kemudian....Sesuai ucapannya waktu itu, 1 minggu sebelum pernikahan Naya, Juna dan Yuna akan berangkat ke jakarta. Malam ini mereka akan berangkat ke jakarta sesuai tiket yang sudah dipesan oleh Juna. Sebelum berangkat ke bandara, mereka memutuskan untuk mampir membeli kado pernikahan terlebih dulu karena takut jika tidak akan sempat membeli kado nantinya di jakarta.Disebuah toko brand ternama yang berada didalam mall, Yuna terlihat sibuk mencari kado mana yang ingin ia beli untuk Naya. Wanita itu sangat bingung ingin membeli apa mengingat Naya merupakan orang yang sangat simple. Naya tidak mungkin menyukai sesuatu yang mewah."Permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya salah satu pegawai toko itu."Oh, begini mbak. Saya ingin membeli kado pernikahan untuk teman saya. Orang nya itu tidak terlalu suka sesuatu yang mewah, kira-kira mbak ada saran nggak ya?" balas Yuna. Walaupun sebenarnya wanita itu malu menanyakan hal itu, tapi ia terpaksa bertanya daripada menghabiskan waktunya
"Kamu sudah mengirim undangan pada Juna dan Yuna?" tanya Naya. Saat ini gadis itu sedang dalam perjalanan pulang setelah bertemu dengan desainer yang merancang gaun serta jas pernikahannya dengan Arka.Semalam Naya sudah meminta Arka untuk mengirim undangan pernikahan mereka pada Juna dan Yuna melalui email. Tapi tampaknya Arka lupa mengirimnya. Jika sudah, pasti Yuna atau Juna akan langsung menghubungi Naya, tapi nyatanya tidak. Berarti itu tandanya Arka belum mengirim undangan itu pada Juna dan Yuna."Aku lupa, nanti sampai rumah aku kirim. Oh iya, malam ini menginap di apartemenku lagi?" Naya menggeleng, beberapa hari ini mereka memang sering menginap di apartemen untuk mengurus semua persiapan pernikahan mereka. "Sepertinya malam ini aku tidur di rumah. Kasihan ibu dirumah sendirian.""Bagaimana kalau aku yang menginap di rumahmu? Selama ini aku belum pernah menginap di rumahmu. Hitung-hitung sekalian pendekatan dengan ibumu.""Aku akan tanyakan pada ibu dulu."Arka mengangguk.
"Menikah? Bulan depan?"Kedua orang tua Arka dan ibu Naya tampak terkejut saat mendengar Arka mengatakan jika ia dan Naya ingin menikah bulan depan. Semalam setelah berdiskusi berdua, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah bulan depan. Maka dari itu Naya langsung menghubungi ibunya dan memintanya pulang untuk membahas masalah ini dengan orang tua Arka."Arka, kamu tidak berbuat hal terlarang pada Naya kan?" tanya ayah Arka. Pria paruh baya itu berfikir jika mungkin anaknya sudah berbuat hal terlarang pada Naya, maka dari itu Arka mendadak ingin menikahi Naya.Ibu Naya yang kebetulan duduk disamping ibu Arka cukup terkejut dengan ucapan ayah Arka. Wanita paruh baya itu bahkan langsung menatap Naya sambil meminta penjelasannya, apakah yang dikatakan ayah Arka itu benar atau tidak.Dengan panik Arka dan Naya pun menggeleng. Walaupun mereka sering tinggal satu apartemen yang sama, tapi mereka tidak pernah melakukan hal itu. "Tidak, pa. Aku dan Naya tidak mungkin melakukannya sebelum re
Pukul 8 malam Naya dan yang lainnya sudah sampai dijakarta. Jihan bersama Dahya dan Sina langsung pulang menggunakan taxi online, sedangkan Arka dan Naya masih menunggu jemputan. Rencananya malam ini Naya akan menginap di apartemen Arka karena sebelum berangkat ke jakarta tadi, ibu Naya mengiriminya pesan jika beliau harus menginap dirumah saudara yang ada dibandung karena menunggu saudara yang sedang sakit. Naya yang tidak berani tinggal dirumah sendirian pun memutuskan untuk menginap di apartemen Arka."Itu sudah datang, kamu masuk duluan saja. Barangmu biar aku masukkan bagasi," ucap Arka pada Naya.Naya mengangguk. Setelah memasukkan koper miliknya dan Naya kedalam bagasi, Arka pun segera masuk kedalam mobil. Pria itu sudah ingin cepat-cepat sampai di apartemen kemudian istirahat. Walaupun perjalanan Bali jakarta hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 2 jam, Arka merasa sangat lemas karena di pesawat tadi dia melihat ada penumpang yang mabuk perjalanan.Setelah menempuh perjalan
"Jihan, udah belum? Aku buka ya?" teriak Naya.Hening, tidak ada sautan dari Jihan atau yang lainnya. Karena merasa sudah cukup lama ditutup matanya, Naya pun langsung membuka kain penutup matanya. Sontak wanita itu terkejut saat melihat tidak ada siapapun disana. Naya mulai berteriak memanggil nama temannya satu persatu, namun sayangnya tidak ada satupun temannya yang menyaut. Hingga beberapa saat kemudian datang seorang gadis memberinya sebuah kertas. "Ini titipan dari teman kakak yang namanya Jihan," ucap gadis itu sebelum kemudian melangkahkan kakinya pergi.Tanpa berfikir panjang akhirnya Naya pun membaca tulisan yang berada di kertas itu. Dalam kertas tertulis perintah yang memintanya berjalan beberapa puluh meter kearah barat. Tidak ingin penasaran, Naya pun mengikuti perintah itu. Ia berjalan pelan menyusuri tepi pantai sesuai perintah pada kertas tadi.Hingga akhirnya netranya menemukan seorang pria yang berdiri membelakanginya. Tanpa bertanya Naya pun tahu siapa pria itu,
"Arka!"Juna yang baru saja pulang dari bertemu dengan temannya tidak sengaja melihat Arka di lobby hotel. Dengan lengkap cepat pria itu berjalan menghampiri Arka yang berdiri beberapa langkah satunya. Sebuah senyuman tercetak jelas dibibir Juna ketika pria itu sudah berdiri tepat didepan Arka. Berbeda sekali dengan Arka yang tampak malas melihat keberadaan Juna."Kamu darimana dan mau kemana? Kalau ada waktu, boleh mengobrol sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan. Hanya sebentar kok, tidak lama."Pada akhirnya Arka mengangguk, pria itu pergi bersama Juna ke restautant yang terletak dipinggir pantai. Setelah memesan beberapa minuman, Arka yang tidak sabaran ingin segera kembali ke kamarnya meminta Juna untuk cepat mengatakan apa yang ingin dikatakan."Sebelumnya aku mau minta maaf kalau mungkin aku ada salah padamu. Mulai sekarang aku akan menetap disini bersama Yuna. Sebelum kamu dan yang lainnya kembali ke jakarta, aku ingin meluruskan semua kesalahpahaman yang mungkin terjadi diant