Kimi pulang ke rumah bersama Richie setelah pelatihan yang diikuti selesai. Keduanya sudah tiba di rumah dua hari lalu dan kini sudah menjalani pekerjaan seperti biasa.Siang itu Richie berada di perusahaan untuk mengecek beberapa berkas karena ditinggal selama beberapa hari.“Kemarin Bu Lily datang untuk bertemu dengan Anda, Pak.” Manager pabrik siang itu menemui Richie.“Mau apa dia?” tanya Richie terlihat tidak senang.“Katanya ingin bicara mengenai kerjasama yang kita batalkan,” jawab manager pabrik itu.“Bukankah aku sudah bilang batal ya batal,” balas Richie lagi sambil mengecek dokumen berisi data stok bahan.Manager itu terlihat bingung, memang sudah berkata jika semua keputusan atas perintah Richie, tapi Lily bersikukuh ingin bertemu dan membujuk.“Begini saja, kalau dia ….” Richie menghentikan ucapannya saat mendengar suara ketukan pintu.“Masuk!” Richie memilih mempersilakan sebelum melanjutkan ucapannya.Sekretaris Richie terlihat membuka pintu dan berdiri di ambang pintu.
Kimi berada di rumah karena hari itu libur, melakukan kegiatan ibu rumah tangga pada umumnya seperti mencuci dan membersihkan rumah. Sampai ponsel Kimi berdering, nama Sara terpampang di sana.“Halo, Mi.” Kimi langsung menjawab panggilan itu.“Kim, kamu bisa datang ke rumah, nggak? Mina nitipin Segara dan Biru di rumah karena dia ada acara dengan Nic.” Suara Sara terdengar dari seberang panggilan.“Bisa, Mi. Aku akan segera ke sana,” ucap Kimi.Setelah meyakinkan jika akan datang. Kimi pun mengakhiri panggilan dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Sara.**Kimi sampai di rumah Sara, di sana dia langsung disambut oleh Segara dan Biru yang berlari menghampiri. Kimi senang melihat kedua keponakannya itu, setidaknya hari liburnya tidak akan sepi dengan adanya Segara dan Biru.“Onikim, kapan Onikim punya bayi?” tanya Segara tiba-tiba saat mereka sedang bermain.Kimi terkejut mendengar pertanyaan Segara, kenapa keponakannya itu menanyakan tentang bayi.“Dedek bayinya lagi Otw, sayang,” jawa
Setelah berbincang cukup lama, akhirnya Maxim pamit untuk pulang dan tidak ingin mengganggu Kimi. Kimi pun menatap Maxim pergi sampai hilang dari pandangan.Richie sejak tadi hanya memperhatikan, hingga saat Maxim benar-benar pergi dia lantas mendekat dan menyadarkan Kimi dari lamunan.“Kamu lihatin apa?” tanya Richie begitu sampai di belakang sang istri. Kimi terkejut mendengar suara Richie, menoleh dan mendapati suaminya sudah berada di belakangnya.“Kamu sudah datang.” Kimi terlihat canggung, mungkin takut jika tadi Richie melihatnya bersama Maxim tadi. “Iya, Mami sudah masuk lebih dulu bersama dokter,” kata Richie sambil menunjuk ke arah belakang. Richie sendiri bersikap biasa, kemudian mengajak Kimi ke ruang inap Faraj karena Sara sudah pergi ke sana terlebih dahulu.Mereka pun menemani Sara menjaga Faraj, kondisi pria itu sudah stabil tapi masih membutuhkan observasi.“Jika kondisi membaik, dua atau tiga hari sudah bisa pulang,” ucap dokter yang menangani pria itu. Kimi meng
Lily terlihat mengemudikan mobil di jalanan. Dia frustrasi karena diturunkan jabatan akibat dari pemutusan kontrak kerjasama dengan pabrik Richie. Perusahaan merasa rugi besar, hingga menganggap jika Lily tidak becus dalam bekerja.“Sial! Ini semua gara-gara Richie! Pria itu sangat sombong dan angkuh! Tidak mau peduli dengan kesusahan orang lain!” gerutu Lily sampai memukul stir kemudi karena kesal.Saat sedang dalam kondisi kesal, Lily ternyata sedang melintas di rumah sakit Kimi bekerja. Hingga wanita itu melihat Kimi yang berada di pinggir jalan dan bersiap untuk menyeberang, melihat istri dari pria yang membuat pekerjaannya kacau, Lily pun semakin merasa kesal dan dendam.“Kebetulan sekali, mungkin Tuhan memang sedang berpihak kepadaku,” gumam Lily penuh kemenangan.Wanita itu mempercepat laju mobil agar bisa segera sampai di tempat Kimi akan menyeberang.Kimi baru saja membeli sarapan di kafe yang terdapat di seberang rumah sakit. Dia sekalian akan bekerja sambil memantau kondisi
Richie begitu geram karena Kimi digendong Maxim. Dia lantas bergegas menyusul ke arah Maxim pergi.“Katanya beli sarapan, tapi nyatanya apa?” Richie berjalan sambil menggerutu.Saat Maxim sudah di depan UGD dan hendak menurunkan Kimi, Richie tiba-tiba menarik lengan Maxim. Untung saja kaki Kimi sudah berpijak di lantai, meski sempat terhuyung karena terkejut.“Kamu apa-apaan, hah?” tanya Richie dengan suara lantang.Tentu saja Kimi begitu terkejut melihat dan mendengar Richie marah-marah.“Dengerin dulu, Rich.” Kimi pun mencoba menjelaskan.“Halah! Kamu ini alasan keluar mau beli sarapan, ternyata malah bertemu dengannya!” Richie begitu marah sampai mengamuk sambil menunjuk ke Maxim.Orang-orang yang berada di UGD pun memandang ke arah Kimi, Richie, dan Maxim, mereka bertanya-tanya kenapa ribut-ribut di depan UGD.Kimi kesal karena Richie datang dan marah-marah, terlebih karena kini banyak orang yang menatap mereka.“Kamu ini tahu apa? Dengar dulu penjelasan orang lain, baru berkoment
Richie begitu menyesal karena telah salah paham dan langsung marah begitu saja. Dia pun bergegas ke rumah sakit untuk menemui Kimi dan meminta maaf.“Kimi baru saja pulang,” kata Sara saat Richie datang.Sara memang meminta Kimi pulang dulu untuk beristirahat karena takut kondisi kaki putrinya semakin parah.“Kamu tahu Kimi begitu sedih saat dibentak, terlebih karena kamu salah paham,” ucap Sara lagi.Richie menundukkan kepala, merasa semakin bersalah dan ingin segera bertemu istrinya itu.“Cemburu itu boleh, Rich. Tapi jangan sampai cemburu buta,” ucap Sara menasihati.“Iya, Mi. Aku tahu salah, aku minta maaf,” balas Richie masih menunduk karena tidak berani menatap Sara.“Ya sudah, yang penting lain kali dengar penjelasan istrimu dulu kalau memang ada masalah.” Sara kembali menasihati.Richie mengangguk-angguk, kemudian izin pamit untuk pulang menyusul Kimi. Ia bergegas mengemudikan mobil, saat di jalan Richie mampir membeli bunga juga makan siang, berpikir jika mungkin saja Kimi be
Hari itu Kimi mendapatkan jatah libur karena kaki yang masih sakit. Richie yang mengetahui jika sang istri tidak bekerja, memilih untuk ikut libur.“Dih … berangkat sana, kenapa ikutan libur?” Kimi menggeleng-gelengkan kepala saat mengetahui Richie tidak jadi pergi bekerja.Richie melebarkan senyum, kemudian memilih melepas kembali jasnya. “Aku mau di rumah saja, jagain kamu,” kata Richie.Kimi menepuk jidat, ini pasti hanya alasan Richie saja yang malas bekerja.“Nanti siang aku mau nengok Papi,” kata Kimi yang sudah bisa berjalan, tapi masih tertatih.“Kakimu ‘kan masih sakit, apa tidak mending di rumah istirahat saja?” Richie cemas jika Kimi banyak berjalan.Kimi memperhatikan pergelangan kakinya, sudah tidak sebengkak kemarin dan dia merasa sudah mendingan.“Ini sudah baikan, kok. Aku tidak apa-apa,” kata Kimi.Richie akhirnya mengizinkan Kimi pergi karena tahu jika tidak mungkin bisa mencegah istrinya untuk pergi, tapi tentunya Richie juga akan ikut menemani Kimi menjenguk Faraj
Richie pergi ke kantor polisi berbekal dengan video rekaman Cctv yang didapatnya. Dia melaporkan Lily atas dugaan kelalaian hingga mengakibatkan kecelakaan, serta kabur setelah berbuat.Dia pun datang ke perusahaan Lily bersama polisi. Tentu saja kedatangan Richie menarik perhatian staff perusahaan.“Di mana saudari Lily berada?” tanya polisi ke bagian resepsionis.“Beliau ada di ruangannya,” jawab resepsionis, lantas memberitahu di mana ruangan Lily berada.Richie dan dua polisi pun naik ke lantai atas, kemudian masuk ke ruangan Lily dan membuat wanita itu terkejut.“Ada apa ini?” tanya Lily kebingungan, memandang ke polisi kemudian tatapan jatuh kepada Richie yang berdiri di belakang polisi.“Richie, apa maksudnya datang membawa polisi,” gumam Lily dalam hati dengan ekspresi kebingungan juga takut.Staff perusahaan yang ada di lantai tempat Lily berada, terlihat menyaksikan saat polisi masuk ke ruangan atasannya. Mereka mulai saling bisik dan menebak hal yang terjadi.“Anda dilapork
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem