Kimi dan Richie terlihat masih berada di bawah selimut. Richie memeluk Kimi dari belakang, mendekap erat tubuh sang istri untuk mencari kehangatan.“Kim, apa kamu tidak ingin bangun?” tanya Richie masih dengan kelopak mata terpejam.“Aku masih ingin tidur,” jawab Kimi dengan suara sedikit serak.Richie mencoba membuka mata, lantas menengok ke wajah Kimi yang ada di hadapannya. Dia merasa heran karena tidak biasanya Kimi malas bangun. Hingga Richie berpikir jika mungkin saja Kimi kelelahan karena semalam diajaknya begadang, berharap ada benih yang bisa membobol gawang, lantas jadi bibit yang tumbuh di sana.“Ya sudah, aku bangun dulu kalau begitu,” kata Richie.Richie pun bangun dan turun dari ranjang, sedangkan Kimi benar-benar masih malas untuk bangun.Beberapa saat kemudian, Richie keluar dari kamar mandi dan sudah terlihat begitu segar. Dia menengok ke ranjang dan masih mendapati sang istri tidur dengan pulas.“Apa dia benar-benar kelelahan,” gumam Richie merasa bersalah.Richie pu
Kimi dibawa ke ruang pemeriksaan, rekan kerjanya lantas memeriksa karena wajah Kimi begitu pucat.“Apa kamu tadi lupa sarapan?” tanya rekan kerja Kimi.“Sarapan, tapi sedikit karena aku merasa tidak berselera,” jawab Kimi dengan suara lemah. Dia memegangi kepala yang masih terasa berat.“Mungkin kamu kelelahan, Dokter Kim. Apalagi beberapa hari ini kamu sering lembur,” kata teman Kimi.Kimi mengangguk seolah membenarkan, mungkin saja dia memang kelelahan karena sering lembur dan pulang malam, sehingga stamina tubuh berkurang.“Mungkin benar jika aku hanya kecapean,” ucap Kimi sambil memegangi kening. Kepalanya terasa berputar hingga membuat dirinya mual.“Ya sudah, kamu istirahat saja dulu, nanti jatah praktek biar dibantu yang lain,” kata teman Kimi.Kimi hanya bisa mengangguk lagi dan lemah, dia tidak menyangka bisa sampai sakit begini.Kimi pun mencoba memejamkan mata, berharap saat bangun nanti tubuhnya sudah sedikit membaik. Hingga Kimi teringat akan sesuatu, lantas membuka kelop
Richie sedang mengemudikan mobil menuju rumah. Dia sengaja pulang lebih awal setelah tahu kalau Kimi juga sudah pulang. Sebenarnya Richie merasa cemas karena Kimi pulang lebih awal, takut jika sebenarnya terjadi sesuatu, meski Kimi berkata baik-baik saja.Mobil Richie sudah memasuki halaman rumah. Dia buru-buru keluar dan berjalan masuk dengan langkah lebar, perasaannya tak menentu takut jika terjadi masalah.“Kim!” panggil Richie sambil terus melangkahkan kaki masuk.Richie tidak melihat Kimi di ruang tamu atau keluarga, hingga kemudian memilih masuk kamar dan lega melihat ternyata sang istri ada di sana.“Kenapa tidak menyahut panggilanku?” tanya Richie cemas.Kimi ternyata baru selesai mandi, tubuhnya terasa segar meski wajahnya masih terlihat pucat.“Aku tidak dengar, Rich. Ini saja baru keluar dari kamar mandi,” jawab Kimi sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kecil.Richie mendekat ke Kimi, menangkup kedua sisi wajah Kimi dan memandang lekat wajah sang istri.“Wajah
Richie begitu bahagia mengetahui Kimi akhirnya hamil. Dia bahkan bersikap begitu manja dengan terus berbaring berbantal paha Kimi, sambil sesekali mencium perut datar sang istri.Kimi tertawa melihat tingkah suaminya, tidak menyangka jika kehamilannya bisa membuat Richie begitu bahagia.“Ini hadiah terbaik untukku, kita harus menjaganya dengan baik kali ini,” ucap Richie, kemudian mendongak hingga tatapannya dengan Kimi bertemu.“Iya, kita akan menjaganya sampai dia terlahir dan melihat dunia, lantas melihatnya tumbuh besar dan dewasa,” balas Kimi.Richie bangun dari posisinya, kemudian duduk bersila memandang Kimi. Dia tersenyum penuh kebahagiaan, lantas menangkup kedua pipi Kimi sebelum kemudian mendaratkan kecupan di kening dan kedua kelopak mata istrinya.Kimi memejamkan kelopak mata sekilas, bibirnya tersenyum merasakan cinta dan kebahagiaan yang begitu besar.“Besok aku mau ke rumah Mami, mau memberi tahu kabar ini,” kata Kimi.“Besok aku antar.” Richie terlihat begitu bersemang
Setelah menyampaikan kabar yang begitu sangat membahagiakan. Kimi pun pergi ke dapur bersama Sara untuk memasak sesuai yang Kimi inginkan.“Aku nyuci ikannya dulu, Mi.” Kimi mengambil ikan segar yang masih berada di plastik.Sara hanya mengangguk, karena dirinya sedang menyiapkan bumbu.Kimi membuka pembungkus plastik dan mengeluarkan isinya ke wadah bersih, hingga Kimi kembali merasa mual lagi dan berlari ke kamar mandi setelah mencium bau amis ikan.“Kimi!” Sara terkejut karena Kimi berlari begitu saja, takut jika putrinya tersandung sesuatu dan jatuh karena terburu-buru.Kimi kembali muntah, mengeluarkan isi perut yang sebenarnya sudah kosong.“Kamu kayaknya nggak bisa nyium bau amis, sudah biar Mami saja yang masak. Kamu duduk saja,” kata Sara sambil menekan tengkuk Kimi. Dia tidak tega jika melihat Kimi terus mual dan muntah seperti ini.Kimi mengangguk dan setuju untuk duduk saja, kemudian memilih pergi ke ruang keluarga dan duduk di sana.Richie melihat Kimi yang duduk sambil m
Segara dan Biru memanyunkan bibir, keduanya bersedekap dada begitu kompak, seolah sedang memperlihatkan jika mereka marah ke Richie.“Onikim! Uncle jahat!” Biru menunjuk ke Richie dengan bibir mengerucut.Richie terkejut, tidak menyangka jika Biru dan Segara akan marah, sedangkan dirinya hanya berniat mengantisipasi.Kimi pun turun dari ranjang, kemudian berlutut di depan Segara dan Biru. Diusapnya wajah keponakan kembarnya itu secara bergantian.“Segara, Biru. Uncle nggak jahat, hanya saja Uncle itu takut kalau dedeknya ketendang dan nangis. Segara dan Biru sayang adek, ‘kan?” tanya Kimi ke kedua keponakannya.Segara dan Biru pun serempak menganggukkan kepala, mereka memang menanti Kimi punya anak.“Uncle minta maaf, bukan maksud Uncle melarang, hanya biar kalian hati-hati,” ujar Richie menjelaskan agar anak kembar itu tidak salah paham.Segara dan Biru pun mengangguk-angguk paham, kemudian memeluk Kimi.Di saat bersamaan, Mina masuk kamar Kimi dan melihat anak kembarnya sedang memel
Richie terlihat kebingungan saat Kimi mengatakan jika ingin makan sambal petai tapi buatan Richie dan petainya pun harus baru metik dari pohon. Pria itu mengacak-acak rambutnya sendiri, kenapa istrinya harus ngidam yang aneh-aneh. Di mana pula mencari pohon petai, di perkotaan mana ada pohon petai. Richie pun keluar ruangan, kemudian menemui sekretarisnya.“Bantu aku!” pinta Richie.Sang sekretaris pun keheranan melihat wajah Richie yang frustrasi.“Bantu apa, Pak?” tanya sekretaris Richie.“Siarkan, di pabrik ini siapa yang memiliki pohon petai dan sudah berbuah. Istriku ngidam sambal petai, tapi petainya harus baru metik. Jika tidak dituruti, nanti anakku ileran,” jawab Richie dengan wajah panik.Richie pernah mendengar Ghea berkata jika ibu hamil ngidam tidak dituruti keinginannya, maka nanti anaknya akan ileran. Membayangkan hal itu, Richie jadi bergedik sendiri.Sang sekretaris menahan tawa melihat sang atasan yang merinding, merasa istri atasannya itu memiliki permintaan yang an
Setelah drama sambal petai, akhirnya Kimi sudah tidak ngidam yang aneh-aneh lagi. Richie pun berdoa semoga itu menjadi ngidam teraneh yang terakhir.Malam itu Kimi dan Richie menghabiskan waktu bersama. Kimi duduk bersandar dada Richie, sedangkan pria itu menyandarkan punggung di sandaran sofa, mereka sedang menonton film.“Ya ampun, itu kenapa cowoknya sweet banget.” Kimi tiba-tiba memuji karakter tokoh pria di film yang sedang mereka tonton.Richie berdeham, memberi kode jika dirinya bisa lebih manis dari tokoh di film itu.“Gimana rasanya berlibur di atas kapal pesiar, pasti menyenangkan.” Kimi bicara kemudian memasukkan potongan buah ke mulut.Richie hanya mendengarkan istrinya bicara tanpa berkomentar, hingga Kimi tiba-tiba bangun dan duduk dengan tegap.Richie terkejut, lantas memandang Kimi yang baru saja menoleh dan kini memandang dirinya.“Rich ….” Kimi mengedip-ngedipkan kelopak mata.Richie menatap aneh ke Kimi, hingga pikirannya menebak jika pasti ada sesuatu yang diingink
Malam itu rumah Richie terlihat ramai dengan pria dan wanita yang berpakaian pelayan, rapi dan seragam. Mereka tampak mondar-mandir mengeluarkan makanan juga minuman kemudian menatanya di meja-meja yang terdapat di ruang tamu yang disulap menjadi tempat pesta.Richie dan Kimi ternyata merayakan Anniversary pernikahan mereka yang ke 19. Mereka kali merayakan dengan cara hal yang tidak biasa karena Richie ingin menyenangkan Kimi.“Hati-hati membawa kuenya.” Seorang pelayan terlihat mengomando beberapa pelayan pria yang sedang membawa masuk kue anniversary Kimi dan Richie.Kue dengan tinggi satu meter itu, terlihat cukup mewah dan indah.Orang-orang di sana sibuk ke sana-kemari mengatur tempat pesta itu, mereka harus sudah siap sebelum tamu undangan datang.Di kamar, Kimi baru saja selesai berdandan. Wanita itu terlihat masih cantik dan anggun di usianya saat ini.“Kamu sangat cantik.” Puji Richie sambil memeluk Kimi dari belakang.“Aku memang cantik sejak dulu, jangan merayu,” balas kim
Hari itu Kimi pergi ke tempat Sara, entah kenapa dia ingin sekali datang ke sana setelah beberapa hari ini keluar kota dan sibuk dengan pekerjaan. Dia juga sekalian ingin memberikan oleh-oleh yang dibelinya saat pergi bersama Richie.“Tumben kamu pagi-pagi sudah ke sini, ga ke rumah sakit?” tanya Sara saat melihat Kimi datang sendiri.“Habis ini mau ke rumah sakit, tapi aku memang sengaja ingin mampir ke sini,” jawab Kimi.Kimi masuk dan meletakkan barang bawaannya ke meja makan, sedangkan Sara memperhatikan apa yang dibawa putrinya itu.“Kamu bawa apa?” tanya Sara.“Kemarin aku ikut Richie ke luar kota karena ada urusan bisnis, aku belikan sedikit oleh-oleh buat Mami sama Papi,” jawab Kimi kemudian merekahkan senyum.Sara senang karena Kimi masih memberinya banyak perhatian meski sibuk dengan urusan keluarga dan pekerjaan.Kimi merangkul lengan Sara, lantas mengajak sang mami berjalan menuju sofa. Dia hendak bermanja ke sang mami, meski sadar jika sudah bukan lagi anak-anak.Kimi me
“Kamu seharusnya tidak seperti itu, Sya.”Richie bicara setelah Kimi pergi, ditatapnya Marsha yang terlihat tidak merasa bersalah sama sekali.“Tidak seperti itu apa sih, Pi? Bukankah aku sudah bilang jika memang punya pacar, papi dan mami juga tidak protes. Kenapa sekarang marah?” Marsha tidak mau disalahkan soal dirinya yang pergi berpacaran.“Mami dan Papi memang tidak protes kamu berpacaran, tapi bukan berarti kami akan diam kalau kamu berbohong. Mamimu hanya mempermasalahkan kenapa kamu berbohong, apa karena kini punya pacar, jadi membuatmu juga suka berbohong?” Richie bicara sambil menatap tajam Marsha, agar putrinya itu tahu kalau dirinya tidak bercanda.Marsha terlihat bingung mendengar ucapan ayahnya, hingga kemudian membalas, “Aku ‘kan takut kalau kalian marah.”“Sekarang kami semakin marah karena sikap kamu ini. Kamu tidak memikirkan perasaan dan kecemasan kami, Sya. Misal kamu berbohong pergi bersama Zie, tapi kenyataannya tidak, lalu terjadi sesuatu kepadamu, kami bisa ap
Marsha sangat terkejut melihat Kimi yang berjalan cepat ke arahnya bersama sang ayah. Baru saja Kimi berkata kalau masih di luar kota, bagaimana bisa sekarang sudah berada di sana.“Mati aku,” gumam Marsha ketakutan.Andro terlihat bingung melihat Marsha yang ketakutan, hingga menoleh ke arah Marsha memandang dan melihat orangtua Marsha yang sedang mendekat.“Ndro, kamu kabur saja dulu. Takutnya Mami nanti ngamuk! Perintah Marsha sambil mendorong lengan Andro agar segera pergi meninggalkan dirinya.Andro panik saat Marsha memintanya pergi, dia pun berpikir untuk kabur agar tidak mendapatkan masalah.“Baiklah, kamu tidak apa-apa menghadapi kedua orangtuamu sendirian?” tanya Andro yang sudah bersiap pergi.“Tidak apa-apa, buruan sana!” Marsha mendorong tubuh Andro agar segera pergi.Andro pun akhirnya pergi sebelum Kimi dan Richie sampai di sana. Namun, dia pun berjalan seolah sedang menikmati suasana car free day dan tidak berlari karena takut mencurigakan.Kimi menyipitkan mata saat
Kimi benar-benar kebingungan karena Marsha pergi tanpa izin dan berani berbohong. Dia pun akhirnya mencoba menghubungi Zie untuk bertanya apakah Marsha ada di sana.“Halo, Zie.”“Halo, Tan. Ada apa Tan pagi-pagi telepon?” tanya Zie dari seberang panggilan.“Zie, apa Marsha ada di rumahmu?” tanya Kimi dengan wajah panik.“Enggak Tan,” jawab Zie jujur. “Memangnya Marsha bilang kalau mau ke sini?” tanya Zie balik.Kimi langsung memegangi kening saat mendengar jawaban Zie, kepalanya berdenyut ngilu karena putrinya pergi entah ke mana.“Tidak, ya sudah Zie. Makasih infonya,” ucap Kimi kemudian mengakhiri panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Richie saat melihat Kimi sudah selesai bicara dengan Zie.“Dia tidak ada di tempat Zie,” jawab Kimi semakin merasa kepalanya pening. “Kita harus mencarinya, Rich.” Kimi pun mengajak Richie untuk mencari Marsha.Di sisi lain. Marsha sedang jalan-jalan bersama Andro di car free day. Gadis itu hanya memanfaatkan kesempatan saat kedua orangtuanya pergi, Marsha
Setelah urusan pekerjaan selesai, Richie pun menepati janji untuk mengajak Kimi jalan-jalan. Seperti sore itu, keduanya pergi ke tempat bernama Kota Lama, di mana banyak bangunan tua dari zaman penjajahan, terjaga dengan baik sampai sekarang. Kimi berjalan sambil merangkul lengan Richie, melangkah sambil menikmati bangunan di sana.“Beli itu, Rich.” Kimi menunjuk ke arah pedagang yang berjualan di luar area kota lama.Pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya dengan cara berkeliling, penjual itu kini sedang berhenti karena ada yang beli.“Apa itu higienis? Bagaimana kalau makanan yang dibuat itu tidak sehat?” tanya Richie cemas.Kimi mencebik lantas menoleh suaminya, wajahnya cemberut seperti anak kecil yang sedang merajuk.“Kalau mikirnya ke sana, kita tidak akan menikmati apa yang ada. Pasrah saja, misal ga higienis terus sakit, ya nasib,” ujar Kimi karena terlanjur ingin mencoba jajanan yang dijual di sana.Richie sudah tidak bisa berkata-kata, hingga akhirnya menuruti keinginan
Kimi dan Richie pergi ke Semarang sesuai jadwal yang sudah ditentukan, meninggalkan Marsha di rumah tanpa pengawasan karena mereka percaya jika putrinya sudah tidak melakukan hal aneh-aneh lagi seperti dulu.Begitu tiba di kota itu, Kimi dan Richie langsung pergi ke hotel tempat mereka akan menginap selama di sana, juga hotel itu nantinya akan jadi tempat pertemuan rapat antara Richie dan perusahaan yang akan bekerjasama dengan pabriknya.“Mungkin dua hari ini aku akan disibukkan dengan rapat dan juga peninjauan lokasi pembangunan pabrik, apa kamu tidak apa-apa misal belum bisa ke mana-mana?” tanya Richie sambil menatap Kimi yang sedang memasukkan koper ke lemari.Kimi menoleh, lantas menggelengkan kepala pelan. “Tidak apa-apa, yang penting bisa refreshing.”**Richie langsung dihadapkan dengan rapat di sore hari, sedangkan Kimi memilih berada di kamar menunggu Richie rapat. Mereka berniat makan malam di luar setelah Richie selesai rapat.Kimi menyalakan televisi yang ada di kamar hot
“Aku ada urusan bisnis ke luar kota selama beberapa hari.”Richie yang baru saja pulang dan kini sedang melepas manik kemejanya, langsung mengungkapkan perjalanan bisnis yang harus dilakukannya.“Ke mana?” tanya Kimi.“Ke Semarang,” jawab Richie.Kimi terlihat berpikir, kemudian kembali memandang Richie.“Berapa hari?” tanya Kimi kemudian.“Mungkin lima atau enam hari. Soalnya mau peninjauan lokasi pabrik baru di sana,” jawab Richie.Kimi tiba-tiba bangun dari duduknya, lantas berjalan dengan cepat ke arah Richie berdiri.Richie mengerutkan dahi, menatap Kimi yang tersenyum-senyum.“Kenapa kamu tersenyum seperti itu?” tanya Richie dengan satu alis tertarik ke atas.“Rich, aku boleh ikut nggak?” Kimi bicara dengan manja, bahkan memainkan jari di dada suaminya.Richie merasa aneh karena Kimi mau ikut, tapi kemudian tersenyum dan mengangguk.“Boleh, sekalian honeymoon lagi. Kita sudah lama tidak pergi bersama,” ujar Richie, dia ingin memanfaatkan waktu bersama.Kimi mengangguk-angguk set
Hari itu Nova mengadakan pesta di rumahnya. Richie, Kimi, dan Marsha pun hadir di pesta itu. Banyak teman Nova yang datang, termasuk teman Nova yang ingin menjodohkan cucunya dengan Marsha.“Richie, Kimi, ini Cantika teman Mama.” Nova memperkenalkan temannya.Richie dan Kimi tentunya bersikap sopan dengan menyapa dan memperkenalkan diri.“Ini Jeremy. Cucunya Cantika.” Nova lantas memperkenalkan seorang pria yang berdiri di samping temannya.“Dia itu yang Mama ceritakan kemarin dan mau Mama jodohkan sama Marsha,” bisik Nova ke telinga Richie.Richie langsung menoleh sang mama karena kembali membahas masalah perjodohan Marsha.“Selamat malam, Om, Tante.” Jeremy menyapa dengan sopan, sedikit membungkukkan badan untuk memberi hormat.Kimi sedikit terkesima dengan sikap Jeremy yang ramah dan sopan, jarang ada pria seumuran Jeremy yang bisa menghargai orang yang lebih tua darinya.Setelah berkenalan, Richie meminta bicara berdua dengan Nova, sedangkan Kimi memilih menemani Cantika dan Jerem