Akira menempelkan card apartement Azura yang dia miliki atas titah orang tua mereka. "Masuklah," kata Akira menyuruh Devano masuk dan pria itu menurutinya.
"Dengar, ingat kataku jangan terlalu terburu-buru karena itu sama saja kau memaksanya. Jadilah seseorang yang selalu ada untuknya, hanya itu yang bisa kau lakukan saat ini." Peringat Akira lagi pada Devan."Aku merasakan Azura sangat sedih saat ini. Kau harus berusaha calon adik ipar." Akira tertawa lalu meninggalkan Devan disana untuk berusaha.
"Azura," panggil Devan saat dia sudah sendirian. "Azura maafkan aku," tidak ada sahutan dari Azura sehingga Devan memberanikan dirinya membuka pintu kamar yang tepat berada didepannya.
Pintu itu tak terkunci, membuat Devano bisa masuk dan melihat keadaan kamar bersih namun hampa. Sebuah tirai terbuka memperlihatkan pemandangan yang sangat indah.
Bangunan-banguna kota london dan London eye dapat terlihat dari jendela kaca itu. Perhatian Devan teralihkan saatSemalam Devano menemani Azura seharian, dan disana Devano tahu kalau Azura memang tidak banyak berbicara dan sangat sangat irit dalam hal itu. Dia hanya akan mengatakan hal-hal penting seperti, menjauhlah, makanan nya ada dimeja makan, aku tidak suka, dan Azura hanya akan berbicara saat ditanya. Sekali Azura berbicara malam itu saat menyuruh Devano pulang, karena Azura ingin istirahat. Tapi bukan Devano namanya kalau mudah menyerah, dia akan terus mendekati Azura hingga Azura mengatakan akan dia menerima Devano, ah membayangkan hal itu membuat Devano bersemangat sekali.Langkah mantap Devano memasuki rumah yang menjadi saksi cintanya untuk Azura itu terlihat mantap. Belum dia sampai didepan pintu tiba-tiba wajahnya mendapatkan bogeman keras hingga hidungnya mengeluarkan darah, astaga yang semalam saja belum sembuh memarnya kenapa lagi ini pikir Devan.Dilihatnya seorang pria yang sedikit lebih tinggi darinya dengan wajah bagai dewa-dewa yunani menatapnya sinis. P
Azka duduk santai diruang kerja nya dengan memandangi sebuah foto, pria yang terkenal kekayaan dan dinginnya itu sudah mencintai seorang gadis sedari dia remaja. Namun dia harus terus diam karena takut wanita itu akan menjauhinya karena perasaannya itu, Azka memilih melihat Azura dalam diam saat dia tahu Azura memiliki kekasih saat itu juga dia merasa hancur apalagi Azura sangat mencintai pria itu. Tidak seperti kisah cinta ayahnya yang terang-terangan mengejar cinta Zia_ibu dari wanita yang dicintainya, Azka memilih tetap diam meski itu menyakitkan. Dia selalu mengajak Azura mendatangi acara-acara special yang dia hadiri, mereka selalu dikatakan serasi dan disanalah dia selalu bisa mengekspresikan betapa dia mengagumi Azura, mencintai wanita itu selama bertahun-tahun dalam diamnya, bahkan meski Azura selalu tidak banyak bicara padanya.Pernah suatu saat dia membuntuti Azura yang masuk kedalam sebuah toko buku dengan masker dan kaca mta wanita itu, tapi Azka tetap tahu kalau
Devano tersenyum kecil saat Azura mengganggu anak-anak yang bermain bersamanya itu. Dan sebuah pertanyaan terlintas lagi di otaknya yang tidak bisa berhenti memikirkan Azura belakangan ini."Elsa, apa kau tahu siapa kekasih Azura dulu?" Elsa menggeleng, dia memang tidak tahu siapa pria beruntung yang dicintai Azura itu."Aku tidak tahu, yang aku tahu Azura hanya dekat dengan satu pria sedari dulu dan pria itu Mr.Orlando, mereka serasi sekali." Devano merengut mendengar kata-kata Elsa."Azura itu sangat tertutup, orang diluar sana hanya tahu dia yang cantik,elegant,dan terlahir di keluarga yang kaya raya. Padahal Akira dan Azura lebih dari yang orang tahu, mereka berdua adalah kembar identik yang sangat baik. Meski Azura terkesan tidak perduli dan nakal, lihat saja dia mendirikan panti asuhan ini untuk membantu anak-anak yang tidak mendapatkan tempat yang layak."Devano tahu hal itu, Azura memang berbeda dengan model wanita lainnya, dan dia mencuri s
Suara bel apartment Azura berbunyi dan dalam hitungan detik Azura membukanya, memperlihatkan seorang pria dengan jas mewah membalut tubuh atletisnya senyuman bagai dewa yunani tercetak diwajahnya dia sungguh pria yang tampan andai Azura jatuh hati padanya, tapi sayangnya Azura tidak pernah perduli dengan urusan cinta setelah rasa patah hati yang wanita itu rasakan."Masuklah Ka, aku akan memakai antingku sebentar." Azura mempersilahkan Azka masuk kedalam apartement nya dan dia masuk kedalam kamarnya tanpa dia sadari Azka mengikutinya."Sini kubantu," kata Azka mengintruksi pergerkan Azura. Wanita itu melihat Azka dari cerminnya saat memakaikan antingnya."Oke kau sudah cantik sekarang, ayo kita pergi." Azura tersenyum sedikit dan mengangguk. Mereka bergandengan berjalan menuju bassment tanpa rasa canggung didiri Azura ataupun Azka."Jadi kali ini acara apa Mr.Orlando?" Tanya Azura tersenyum mengejek Azka, dan pria yang sedang mengemudi itu tertawa renyah.
Devan menunggu Azura dilorong apartement wanita itu, dia sudah mengantongi sesuatu dan akan segera membuat Azura mau menikah dengannya.Dilihatnya Azura berjalan bersama seorang pria yang tidak lain adalah Azka, pria yang membuat Devan cemburu malam ini hingga ingin membunuh pria itu.Azka melirik Devano saat mereka sudah tiba didekat unit Azura, wanita itu juga terkejut karena Devan sudah ada disana."Devan, kau sudah lama disini?"Tanya Azura dan Devan mengangguk tersenyum santai.Azura tahu arah pandang Devano yang mengarah ke Azka, begitu juga Azka."Dia siapa?" Tanya Azka kepada Azura yang mengerti semua gerakan dua pria ini."Ah dia Devan temanku, baiklah Ka selamat bertemu besok."Azka mengangguk dan memeluk Azura walau berat rasanya ingin meninggalkan Azura dengan pria lain."Jangan telat besok," Azura mengangguk lalu Azka pergi menyapa ringan Devan yang juga disambut santai oleh Devan.Azura yang langsung membuka p
Azura membuka matanya disela cumbuan mereka, dia melihat kedalam mata Devan dan dia tahu tatapan mata pria seperti itu dulu pernah dia lihat. 'Banu' ya Banu dulu pernah menatap dirinya dengan tatapan yang sama."Bisakah kau tidak lagi menatap ku seperti ini?" Devan tidak mengerti, dia memilih memeluk tubuh polos Azura yang sekarang membelakanginya menghadap kearah jendela kaca besar yang memperlihat pemandangan indah Kota London."Azura bagaimana jika kita menikah?" Menghela napasnya Azura menggelengkan kepalanya."Aku tidak ingin menikah, jika kau tidak keberatan kita bisa seperti ini dulu bukan! Tidak baik memutuskan menikah buru-buru, kita tidak tahu apakah kita cocok atau tidak.""Tapi aku mencintaimu, aku tidak pernah segila ini dengan wanita lain." Azura melihat kearah Devan dan mereka saling menggenggam tangan satu sama lain."Perasaan itu bisa saja hilang, dan saat itu terjadi apa kau sanggup tetap menggenggam tangan ku seperti ini? Menikah
Azura sedang berada ditempat dia menginap bersama beberapa rekan modelnya yang akan satu pekerjaan bersamanya mengisi lembaran katalog Victoria Secret untuk tahun depan.Azura sedang mengikuti latihan olahraga untuk membentuk perutnya ditempat gym milik hotel bersama model yang lainnya dan instruktur mereka. Saat Azura menegak botol air mineral yang berisi irisan lemon itu ponselnya berdering menampilkan nama Devan disana, Azura tersenyum karena sudah dari semalam pria ini terus memperhatikannya."Hai Honey, what are doing?" Azura geli mendengar suara serak Devan yang sangat kentara pria itu baru bangun dari tidurnya."Hem, kau baru bangun tidur jam segini? Apa kantormu tidak butuh bos nya lagi?" Devan tersenyum dengan nada bicara Azura yang mengejeknya, tapi dia suka itu."Aku begitu lelah karena semalam menelpon kekasihku terlalu larut." Azura berdecih lalu tersenyum sedikit."Bangunlah, aku ingin melanjutkan olahraga ku. Bye Dev," ujar Azura mem
Two weeks Later in RusiaAzura sedang merapatkan jaket nya yang sangat tebal, hari ini adalah hari dimana mereka berjanji untuk mendaki bersama dan gunung yang dipilih Devan serta tiga temannya adalah Gunung Elbrus, yaitu Gunung tertinggi di antara Benua Eropa tepatnya di Rusia yang dekat dengan perbatasan Georgia.Dari cerita Devano gunung ini sebenaranya tidak sepenuhnya berada di Eropa karena sebagian dari gunung ini juga masih berbatasan dengan Benua Asia.Semua perlengkapan sudah dipersiapkan Devano untuk dirinya serta Devano sendiri seperti Crampson.Alat yang diletakan dibawah tapak boot agar bisa mendapatkan pijakan kuat ke salju. Lalu Azura juga melihat Devan menyiapkan Ice Axes.Kata Devan itu sejenis kapak yang sering dibawa para pemanjat tebing dan sangat berguna saat ada yang tergelincir, dan persiapan lainnya ada Harnesses, tenda salju, sleeping bag, Alpein Ransel(tas khusus yang di disain khusus salju) , Kompas, peta, peluit, makan
Lima tahun berlalu…
“SAH…,” ucap semua orang dan Devan mencium keningAzura sangat mesra. Akhirnya jarak yang terjadi diantara mereka kini sirna, danDevano sangat bersyukur atas semua yang terjadi padanya dan Azura. Dia tidakmenyesali apa yang terjadi, tidak sama sekali ! karena semua yang terjadiantara dia dan Azura membawa mereka pada tahap dimana semua perkataan oranglain tentang hubungan mereka tidak penting. Karena yang terpenting adalahmereka saling mencintai.
Hai...setelah Part ini akan ada ekstra part tambahan ya... Jadi sabar menanti oke. Gak lama kok aku up nya. Ingatkan saja jika nanti kelamaan. Wkwkwk...****Jangan tanya bagaiman dinginnya tubuh mu saat terkena salju di musim dingin. Sungguh ini benar-benar sangat dingin, Devano bahkan menyadari kalau wajahnya sedikit kaku karena dia sudah lima jam berada diluar untuk menatap kearah cctv rumah itu.Dia sudah yakin kalau sebentar lagi dia akan konyol dengan pingsan atau mati kedinginan. Devan menghembuskan napasnya yang sudah mengeluarkan hawa dingin. Sementara itu Azura memberontak didalam kamarnya. Alfa sialan itu mengambil ponsel dan juga ipadnya. Benar-benar membuat Azura terkurung.“Buka…Mom, dad. KALIAN TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN KU BEGINI, AKU BERHAK MENENTUKAN PILIHANKU.”Teriak Azu
Mobil Devano sampai kedalam rumah Azura, sebelum turun Azura sempat melirik Devan sekilas. Devan tersenyum padanya dan menggenggam erat tangan Azura."Boleh aku minta ciuman untuk langkah awal ku ?" Azura memutar bola matanya malas namun dia tetap memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Devano."Ah setelah badai ini berlalu aku akan membuat bibir seksi itu bengkak." Azura tertawa dan mereka segera turun dari dalam mobil.Begitu sampai didalam rumah ternyata Zia dan Reikhan sudah menunggu Azura."Ah ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang." Sarkas Zia."Mom__,""Azura naik kekamar mu."
Salju yang turun lebat di London tidak menghentikan aktifitas dari orang-orang yang tinggal disana.Seperti Azura yang masih harus pergi untuk melakukan pemotretan dan mengurus panti asuhan yang dia miliki.Azura merapatkan mantelnya saat dia turun dari dalam mobil bersama Bobby, dan seperti dugaan Bobby kalau dibelakang mereka adalah mobil Devano yang memang sudah mengikuti mereka sedari keluar dari pekarangan mansion.Azura tertegun melihat wajah kusut Devano yang terburu-buru menghampirinya.Sedikit tidak tega melihat pria yang dia cintai harus seperti ini."Azura, bisa kita bicara ?" Azura hanya mampu membisu, seolah jika dia berbicara maka semua akan berantakan.Sementara Bobby memilih kembali masuk kedalam mobil, sebenarnya Bobby sangat tidak ingin berbicara pada Devano. Dia masih sakit hati atas penyekapan yang dilakukan Devan ke
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob