Azura membuka matanya disela cumbuan mereka, dia melihat kedalam mata Devan dan dia tahu tatapan mata pria seperti itu dulu pernah dia lihat. 'Banu' ya Banu dulu pernah menatap dirinya dengan tatapan yang sama.
"Bisakah kau tidak lagi menatap ku seperti ini?" Devan tidak mengerti, dia memilih memeluk tubuh polos Azura yang sekarang membelakanginya menghadap kearah jendela kaca besar yang memperlihat pemandangan indah Kota London.
"Azura bagaimana jika kita menikah?" Menghela napasnya Azura menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak ingin menikah, jika kau tidak keberatan kita bisa seperti ini dulu bukan! Tidak baik memutuskan menikah buru-buru, kita tidak tahu apakah kita cocok atau tidak."
"Tapi aku mencintaimu, aku tidak pernah segila ini dengan wanita lain." Azura melihat kearah Devan dan mereka saling menggenggam tangan satu sama lain.
"Perasaan itu bisa saja hilang, dan saat itu terjadi apa kau sanggup tetap menggenggam tangan ku seperti ini? Menikah
Azura sedang berada ditempat dia menginap bersama beberapa rekan modelnya yang akan satu pekerjaan bersamanya mengisi lembaran katalog Victoria Secret untuk tahun depan.Azura sedang mengikuti latihan olahraga untuk membentuk perutnya ditempat gym milik hotel bersama model yang lainnya dan instruktur mereka. Saat Azura menegak botol air mineral yang berisi irisan lemon itu ponselnya berdering menampilkan nama Devan disana, Azura tersenyum karena sudah dari semalam pria ini terus memperhatikannya."Hai Honey, what are doing?" Azura geli mendengar suara serak Devan yang sangat kentara pria itu baru bangun dari tidurnya."Hem, kau baru bangun tidur jam segini? Apa kantormu tidak butuh bos nya lagi?" Devan tersenyum dengan nada bicara Azura yang mengejeknya, tapi dia suka itu."Aku begitu lelah karena semalam menelpon kekasihku terlalu larut." Azura berdecih lalu tersenyum sedikit."Bangunlah, aku ingin melanjutkan olahraga ku. Bye Dev," ujar Azura mem
Two weeks Later in RusiaAzura sedang merapatkan jaket nya yang sangat tebal, hari ini adalah hari dimana mereka berjanji untuk mendaki bersama dan gunung yang dipilih Devan serta tiga temannya adalah Gunung Elbrus, yaitu Gunung tertinggi di antara Benua Eropa tepatnya di Rusia yang dekat dengan perbatasan Georgia.Dari cerita Devano gunung ini sebenaranya tidak sepenuhnya berada di Eropa karena sebagian dari gunung ini juga masih berbatasan dengan Benua Asia.Semua perlengkapan sudah dipersiapkan Devano untuk dirinya serta Devano sendiri seperti Crampson.Alat yang diletakan dibawah tapak boot agar bisa mendapatkan pijakan kuat ke salju. Lalu Azura juga melihat Devan menyiapkan Ice Axes.Kata Devan itu sejenis kapak yang sering dibawa para pemanjat tebing dan sangat berguna saat ada yang tergelincir, dan persiapan lainnya ada Harnesses, tenda salju, sleeping bag, Alpein Ransel(tas khusus yang di disain khusus salju) , Kompas, peta, peluit, makan
Lampu tidur di apartement mahal milik Azura terlihat berkelip-kelip, memandang bintang di langit London dari jendela besar kamarnya sambil membayangkan kesalahan dimasa lalu membuat Azura lupa membalas pesan Devan setelah dia meminta Devan datang ke Pesta pernikahan sepupunya tercinta Viza.Azura heran kenapa Banu mudah sekali melupakannya sedangkan dirinya masih sangat susah melupakan Pria itu.Hanya karena dia berpikir dewasa saja dia bisa bertahan melanjutkan hidupnya yang pernah terpuruk karena patah hati.Azura memegang perutnya karena mengingat masa lalu itu, dia memejamkan matanya lalu mencoba untuk tidur. Sebelum tidur dia berdoa semoga saat pesta pernikahan diadakan dia tidak menangis ataupun melakukan hal konyol lainnya.???Dan hari itu tiba, hari dimana Viza menikah dan semua keluarga besarnya dan kerabat keluarga mereka berkumpul, Azura bagaikan wanita yang bodoh karena terus diam saat Banu mendatanginya di taman belakang Istana Wieldbu
Azura membuka penutup tenda kemah dirinya dan Devan, dia menghirup udara segar dan moodnya kembali membaik.Semalam dia mabuk didalam hutan bersama Devan, lalu mereka bercinta dan akhirnya tertidur dihutan ini.Sudah tiga hari berlalu dari hari pernikahan Banu dan Viza, dan semakin hari dia semakin lega karena apa yang dijelaskan Banu padanya dan entah kenapa ciuman perpisahan dari Banu membuat hatinya bahagia.Bahagia karena dia mungkin sudah bisa benar-benar mencari kebahagiannya sendiri. 'Devano' yang sepertinya dia akan menerima jika Devan menyatakan cinta lagi kepadanya.Senyum Azura mengembang memikirkan Pria yang masih tertidur pulas itu.Azura mendengar suara air yang mengalir membuat alunan musik yang indah dipagi hari yang dia nikmati ini, meski kepalanya masih sedikit sakit akibat pengaruh alkohol dia tetal keluar dari tenda setelah mengambil kain untuk membalut tubuhnya.Azura pergi ke tepi sungai itu lalu mencuci mukanya.
"Hei kenapa?" Tanya Devan menatap Azura yang seakan membekukan tatapan mereka."Aku akan mengatakannya sekarang, dan setelah itu kau bisa ambil keputusan.""Ya," kata Devan yang menggenggam tangan Azura."I'm not a complete woman Dev. Aku tidak bisa melahirkan anakmu." Udara menghembuskan rasa dingin di wajah Devano. Apa yang pernah dia dengar dirumah orangtua Azura akhirnya sekarang dengan nyata dia dengar.Devano memeluk erat tubuh Azura, dia yakin Azura menyiram garam pada luka dihatinya saat mengatakan hal ini padanya."Aku pernah mengalami kecelakaan dan saat semua tes dilakukan Dokter menemukan tumor dirahim ku. Tumor itu bersifat ganas dan ternyata sudah hampir memenuhi semua bagian dinding rahimku. Jadi Dokter menyarankan mengangkat rahim ku.""Jika kita menikah, kau tidak akan bisa memiliki penerus dariku Dev." Devan menarik wajah Azura."Tidak ada manusia yang sempurna sayang, tapi aku melihat kesempurnaan itu ada dirimu. Ki
Azura merenggangkan semua otot nya saat sampai di dalam apartementnya, "Azura besok jangan lupa pemotretan untuk katalog Victoria oke dan kau harus bangun pagi." Azura mengangguk lalu manager dan asistennya itu pergi setelah meletakkan semua barang-barang Azura.Azura belum membuka mantel dan hels nya saat dia membuka pintu kamarnya, Azura bahagia melihat pemandangan indah kota London di malam hari dari kamarnya itu sambil membuka mantel dan menurunkan resleting dress yang dia pakai saat ini.Ditempatnya Devano sungguh terkesima dengan pemandangan didepannya. Azura begitu menggoda saat ini, kekasihnya itu sedang menurunkan drees itu, hingga Devano melihat Azura yang masih menggunakan bra dan panty nya itu berjalan memutar tubuhnya mengambil ponsel wanita itu yang berdering."Ya Mom, ya aku sudah sampai."________"No Mom, i'm so tired. Bye Mom, I love you."Azura memutuskan sambungan telpon itu lalu dia merasakan kehangatan menyambutnya, Azura
Dua bulan kemudian...Devan duduk melihat Azura yang bergonta-ganti fose sedari tadi. Devan memang pacar yang sangat pengertian, dia tidak marah dengan pekerjaan Azura yang mengharuskan wanita itu membuka sedikit pakaiannya atau terkadang mengharuskan Azura hanya menggenakan Bra dan panty. Bagi Devan untuk apa dia marah, toh dia sudah tau kehidupan dan pekerjaan Azura.Jika ada pria lain yang menatap lapar kekasihnya itu, itu bukanlah salah Azura. Kecantikan dan keseksian Azura adalah anugrah dari Tuhan. Devan juga bolak-balik Los Angeles dan London karena Azura ada di London, sementara kantor pusat miliknya ada di Los Angeles.Seminggu setelah meninggalkan tante Via, Devan resmi pindah ke apartement Azura. Mereka hidup satu atap saat Devan ada di London. Devan melihat berbagai ekspresi Azura saat di foto, dan dia mengakui kalau Azura hebat dengan bidang ini.Semua orang bertepuk tangan saat sesi pemotretan selesai. Azura langsung berhambur me
Los AngelesDevan memasuki Mansion yang menjadi rumah Mama dan Papa nya. Mansion megah dengan banyaknya bunga ditaman depan Mansion itu memberikan kesan berbeda seperti Mansion orang kaya lainnya. Laura Mackzie__Mama Devan memang sangat menyukai tanaman. Semua bunga dan tanaman hias itu dirawat oleh dirinya sendiri. Devan memasuki pintu utama rumah itu sembari tersenyum melihat Mama nya yang terlihat bersemangat menata ruang utama Mansion itu dibantu dengan para pelayan."Mama...." Devan merentangkan tangannya lalu Laura melihat kebelakang menemukan anak satu-satunya itu akhirnya kembali juga."Devan, oh Mama pikir kau sudah melupakan Mama dan Mansion ini." Mereka berpelukan lalu Laura dan Devan berjalan ke taman belakang dimana suasana disana lebih nyaman untuk mereka meluangkan waktu."Kau berapa lama disini?" tanya Laura saat mereka sudah duduk di bangku taman. "Tidak lama Ma, besok ada pertemuan penting di Kanada." Mama nya tampak member
Lima tahun berlalu…
“SAH…,” ucap semua orang dan Devan mencium keningAzura sangat mesra. Akhirnya jarak yang terjadi diantara mereka kini sirna, danDevano sangat bersyukur atas semua yang terjadi padanya dan Azura. Dia tidakmenyesali apa yang terjadi, tidak sama sekali ! karena semua yang terjadiantara dia dan Azura membawa mereka pada tahap dimana semua perkataan oranglain tentang hubungan mereka tidak penting. Karena yang terpenting adalahmereka saling mencintai.
Hai...setelah Part ini akan ada ekstra part tambahan ya... Jadi sabar menanti oke. Gak lama kok aku up nya. Ingatkan saja jika nanti kelamaan. Wkwkwk...****Jangan tanya bagaiman dinginnya tubuh mu saat terkena salju di musim dingin. Sungguh ini benar-benar sangat dingin, Devano bahkan menyadari kalau wajahnya sedikit kaku karena dia sudah lima jam berada diluar untuk menatap kearah cctv rumah itu.Dia sudah yakin kalau sebentar lagi dia akan konyol dengan pingsan atau mati kedinginan. Devan menghembuskan napasnya yang sudah mengeluarkan hawa dingin. Sementara itu Azura memberontak didalam kamarnya. Alfa sialan itu mengambil ponsel dan juga ipadnya. Benar-benar membuat Azura terkurung.“Buka…Mom, dad. KALIAN TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN KU BEGINI, AKU BERHAK MENENTUKAN PILIHANKU.”Teriak Azu
Mobil Devano sampai kedalam rumah Azura, sebelum turun Azura sempat melirik Devan sekilas. Devan tersenyum padanya dan menggenggam erat tangan Azura."Boleh aku minta ciuman untuk langkah awal ku ?" Azura memutar bola matanya malas namun dia tetap memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Devano."Ah setelah badai ini berlalu aku akan membuat bibir seksi itu bengkak." Azura tertawa dan mereka segera turun dari dalam mobil.Begitu sampai didalam rumah ternyata Zia dan Reikhan sudah menunggu Azura."Ah ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang." Sarkas Zia."Mom__,""Azura naik kekamar mu."
Salju yang turun lebat di London tidak menghentikan aktifitas dari orang-orang yang tinggal disana.Seperti Azura yang masih harus pergi untuk melakukan pemotretan dan mengurus panti asuhan yang dia miliki.Azura merapatkan mantelnya saat dia turun dari dalam mobil bersama Bobby, dan seperti dugaan Bobby kalau dibelakang mereka adalah mobil Devano yang memang sudah mengikuti mereka sedari keluar dari pekarangan mansion.Azura tertegun melihat wajah kusut Devano yang terburu-buru menghampirinya.Sedikit tidak tega melihat pria yang dia cintai harus seperti ini."Azura, bisa kita bicara ?" Azura hanya mampu membisu, seolah jika dia berbicara maka semua akan berantakan.Sementara Bobby memilih kembali masuk kedalam mobil, sebenarnya Bobby sangat tidak ingin berbicara pada Devano. Dia masih sakit hati atas penyekapan yang dilakukan Devan ke
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob