Lampu tidur di apartement mahal milik Azura terlihat berkelip-kelip, memandang bintang di langit London dari jendela besar kamarnya sambil membayangkan kesalahan dimasa lalu membuat Azura lupa membalas pesan Devan setelah dia meminta Devan datang ke Pesta pernikahan sepupunya tercinta Viza.
Azura heran kenapa Banu mudah sekali melupakannya sedangkan dirinya masih sangat susah melupakan Pria itu.
Hanya karena dia berpikir dewasa saja dia bisa bertahan melanjutkan hidupnya yang pernah terpuruk karena patah hati.Azura memegang perutnya karena mengingat masa lalu itu, dia memejamkan matanya lalu mencoba untuk tidur. Sebelum tidur dia berdoa semoga saat pesta pernikahan diadakan dia tidak menangis ataupun melakukan hal konyol lainnya.???
Dan hari itu tiba, hari dimana Viza menikah dan semua keluarga besarnya dan kerabat keluarga mereka berkumpul, Azura bagaikan wanita yang bodoh karena terus diam saat Banu mendatanginya di taman belakang Istana Wieldbu
Azura membuka penutup tenda kemah dirinya dan Devan, dia menghirup udara segar dan moodnya kembali membaik.Semalam dia mabuk didalam hutan bersama Devan, lalu mereka bercinta dan akhirnya tertidur dihutan ini.Sudah tiga hari berlalu dari hari pernikahan Banu dan Viza, dan semakin hari dia semakin lega karena apa yang dijelaskan Banu padanya dan entah kenapa ciuman perpisahan dari Banu membuat hatinya bahagia.Bahagia karena dia mungkin sudah bisa benar-benar mencari kebahagiannya sendiri. 'Devano' yang sepertinya dia akan menerima jika Devan menyatakan cinta lagi kepadanya.Senyum Azura mengembang memikirkan Pria yang masih tertidur pulas itu.Azura mendengar suara air yang mengalir membuat alunan musik yang indah dipagi hari yang dia nikmati ini, meski kepalanya masih sedikit sakit akibat pengaruh alkohol dia tetal keluar dari tenda setelah mengambil kain untuk membalut tubuhnya.Azura pergi ke tepi sungai itu lalu mencuci mukanya.
"Hei kenapa?" Tanya Devan menatap Azura yang seakan membekukan tatapan mereka."Aku akan mengatakannya sekarang, dan setelah itu kau bisa ambil keputusan.""Ya," kata Devan yang menggenggam tangan Azura."I'm not a complete woman Dev. Aku tidak bisa melahirkan anakmu." Udara menghembuskan rasa dingin di wajah Devano. Apa yang pernah dia dengar dirumah orangtua Azura akhirnya sekarang dengan nyata dia dengar.Devano memeluk erat tubuh Azura, dia yakin Azura menyiram garam pada luka dihatinya saat mengatakan hal ini padanya."Aku pernah mengalami kecelakaan dan saat semua tes dilakukan Dokter menemukan tumor dirahim ku. Tumor itu bersifat ganas dan ternyata sudah hampir memenuhi semua bagian dinding rahimku. Jadi Dokter menyarankan mengangkat rahim ku.""Jika kita menikah, kau tidak akan bisa memiliki penerus dariku Dev." Devan menarik wajah Azura."Tidak ada manusia yang sempurna sayang, tapi aku melihat kesempurnaan itu ada dirimu. Ki
Azura merenggangkan semua otot nya saat sampai di dalam apartementnya, "Azura besok jangan lupa pemotretan untuk katalog Victoria oke dan kau harus bangun pagi." Azura mengangguk lalu manager dan asistennya itu pergi setelah meletakkan semua barang-barang Azura.Azura belum membuka mantel dan hels nya saat dia membuka pintu kamarnya, Azura bahagia melihat pemandangan indah kota London di malam hari dari kamarnya itu sambil membuka mantel dan menurunkan resleting dress yang dia pakai saat ini.Ditempatnya Devano sungguh terkesima dengan pemandangan didepannya. Azura begitu menggoda saat ini, kekasihnya itu sedang menurunkan drees itu, hingga Devano melihat Azura yang masih menggunakan bra dan panty nya itu berjalan memutar tubuhnya mengambil ponsel wanita itu yang berdering."Ya Mom, ya aku sudah sampai."________"No Mom, i'm so tired. Bye Mom, I love you."Azura memutuskan sambungan telpon itu lalu dia merasakan kehangatan menyambutnya, Azura
Dua bulan kemudian...Devan duduk melihat Azura yang bergonta-ganti fose sedari tadi. Devan memang pacar yang sangat pengertian, dia tidak marah dengan pekerjaan Azura yang mengharuskan wanita itu membuka sedikit pakaiannya atau terkadang mengharuskan Azura hanya menggenakan Bra dan panty. Bagi Devan untuk apa dia marah, toh dia sudah tau kehidupan dan pekerjaan Azura.Jika ada pria lain yang menatap lapar kekasihnya itu, itu bukanlah salah Azura. Kecantikan dan keseksian Azura adalah anugrah dari Tuhan. Devan juga bolak-balik Los Angeles dan London karena Azura ada di London, sementara kantor pusat miliknya ada di Los Angeles.Seminggu setelah meninggalkan tante Via, Devan resmi pindah ke apartement Azura. Mereka hidup satu atap saat Devan ada di London. Devan melihat berbagai ekspresi Azura saat di foto, dan dia mengakui kalau Azura hebat dengan bidang ini.Semua orang bertepuk tangan saat sesi pemotretan selesai. Azura langsung berhambur me
Los AngelesDevan memasuki Mansion yang menjadi rumah Mama dan Papa nya. Mansion megah dengan banyaknya bunga ditaman depan Mansion itu memberikan kesan berbeda seperti Mansion orang kaya lainnya. Laura Mackzie__Mama Devan memang sangat menyukai tanaman. Semua bunga dan tanaman hias itu dirawat oleh dirinya sendiri. Devan memasuki pintu utama rumah itu sembari tersenyum melihat Mama nya yang terlihat bersemangat menata ruang utama Mansion itu dibantu dengan para pelayan."Mama...." Devan merentangkan tangannya lalu Laura melihat kebelakang menemukan anak satu-satunya itu akhirnya kembali juga."Devan, oh Mama pikir kau sudah melupakan Mama dan Mansion ini." Mereka berpelukan lalu Laura dan Devan berjalan ke taman belakang dimana suasana disana lebih nyaman untuk mereka meluangkan waktu."Kau berapa lama disini?" tanya Laura saat mereka sudah duduk di bangku taman. "Tidak lama Ma, besok ada pertemuan penting di Kanada." Mama nya tampak member
Azura melepas kacamata hitam serta sepatu yang dia kenakan. Boby meletakan koper Azura ke dekat lemari pakaian dan membuka koper itu. "Apa kita benar-benar akan liburan? Seistimewa apa liburan ini Yourhignes, sampai anda membatalkan kerjasama kontrak di Burberry?""Shut up Bob! Pergilah ke kamarmu. Kau bisa bebas disini tapi tetap aktifkan ponselmu itu." Perintah Azura tak terbantahkan. Boby mulai bergegas merapikan pakaian yang dibawa Azura. Dengan langkah anggunnya Boby keluar dari kamar itu, Azura yang sudah terbaring di kasur lalu meraih ponselnya. Dia menyetel alaram untuk membangunkannya nanti sore. Dia butuh istirahat setelah berjam-jam berada di burung besi.****Hitam.. gelap dan semua suara bungkamAzura berlari berharap dia menemukan sebuah titik terang. Namun semua terasa gelap dan perlahan kegelapan itu menelan Azura. "Dev......," teriaknya memanggil sosok itu. Senyum Azura terukir saat Devan berada diatasnya, namun wajah Dev
Semilir angin berhembus memainkan kain pantai yang dipakai Azura. Saat ini dia sedang melakukan pemotretan setelah seminggu lebih libur karena pergi bersama Devano untuk memanjat tebing dan berkemah di hutan pegunungan. Azura memang sangat terlihat lelah, tapi ini adalah pekerjaan yang sudah dia terima jadi dia harus bisa profesional.Boby memberikan topi dan minuman saat Azura diberikan istirahat. "Devan ada menelpon Bob?" "Tidak Yang Mulia, Mr. Mackzie tidak ada menelpon anda ataupun mengirim pesan." Azura berpikir kemana Devan, bukankah sudah dua hari pria itu tidak menghubunginya selama mereka berpisah. Devano memang sedang ke Jepang untuk mengurus bisnis nya tapi apa tidak bisa menelpon sebentar. Azura menegak air minumnya lalu melanjutkan sesi pemotretan. Hingga semua selesai tepat waktu."Apalagi yang harus ku lakukan hari ini?" "Anda akan menghadiri acara Top Model." Bobby mengikuti Azura dari belakang menuju ruang ganti. Lalu mereka pergi d
Azura bangun pagi dan berniat ingin melakukan olahraga pagi yang jarang dia tinggalkan. Mengingat dirinya super model, Azura memang tidak pernah kendur untuk berolahraga.Azura bersiap ingin pergi ke ruang fitnes Mansion namun langkahnya terhenti saat dia mendengar suara Akira, Mommy, dan Daddy nya.Azura mendekat dan menajamkan pendengarannya."Maaf Mom, Dad. Tapi aku harus melakukan ini." Lirih Akira sedih. Azura mengintip sedikit dan dia langsung keluar dari tempatnya."Apa yang terjadi? Kau mau kemana?" Akira dan kedua orangtua mereka menoleh. Akira diam dan melihat Zia serta Reikhan."Azura maaf soal semalam." Azura meneliti pakaian Akira dan koper yang dia bawa. Tatapan Azura menusuk Akira hingga dia tidak mampu berbicara."Aku bertanya apa yang terjadi? Kau mau kemana?" Akira menghela napas. Dia tahu ini yang akan terjadi jika dia berpamitan pada Azura."Aku akan pergi beberapa waktu ke Afrika. Aku ingin membantu salah satu teman
Lima tahun berlalu…
“SAH…,” ucap semua orang dan Devan mencium keningAzura sangat mesra. Akhirnya jarak yang terjadi diantara mereka kini sirna, danDevano sangat bersyukur atas semua yang terjadi padanya dan Azura. Dia tidakmenyesali apa yang terjadi, tidak sama sekali ! karena semua yang terjadiantara dia dan Azura membawa mereka pada tahap dimana semua perkataan oranglain tentang hubungan mereka tidak penting. Karena yang terpenting adalahmereka saling mencintai.
Hai...setelah Part ini akan ada ekstra part tambahan ya... Jadi sabar menanti oke. Gak lama kok aku up nya. Ingatkan saja jika nanti kelamaan. Wkwkwk...****Jangan tanya bagaiman dinginnya tubuh mu saat terkena salju di musim dingin. Sungguh ini benar-benar sangat dingin, Devano bahkan menyadari kalau wajahnya sedikit kaku karena dia sudah lima jam berada diluar untuk menatap kearah cctv rumah itu.Dia sudah yakin kalau sebentar lagi dia akan konyol dengan pingsan atau mati kedinginan. Devan menghembuskan napasnya yang sudah mengeluarkan hawa dingin. Sementara itu Azura memberontak didalam kamarnya. Alfa sialan itu mengambil ponsel dan juga ipadnya. Benar-benar membuat Azura terkurung.“Buka…Mom, dad. KALIAN TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN KU BEGINI, AKU BERHAK MENENTUKAN PILIHANKU.”Teriak Azu
Mobil Devano sampai kedalam rumah Azura, sebelum turun Azura sempat melirik Devan sekilas. Devan tersenyum padanya dan menggenggam erat tangan Azura."Boleh aku minta ciuman untuk langkah awal ku ?" Azura memutar bola matanya malas namun dia tetap memberikan sebuah kecupan lembut di pipi Devano."Ah setelah badai ini berlalu aku akan membuat bibir seksi itu bengkak." Azura tertawa dan mereka segera turun dari dalam mobil.Begitu sampai didalam rumah ternyata Zia dan Reikhan sudah menunggu Azura."Ah ternyata kita kedatangan tamu tidak diundang." Sarkas Zia."Mom__,""Azura naik kekamar mu."
Salju yang turun lebat di London tidak menghentikan aktifitas dari orang-orang yang tinggal disana.Seperti Azura yang masih harus pergi untuk melakukan pemotretan dan mengurus panti asuhan yang dia miliki.Azura merapatkan mantelnya saat dia turun dari dalam mobil bersama Bobby, dan seperti dugaan Bobby kalau dibelakang mereka adalah mobil Devano yang memang sudah mengikuti mereka sedari keluar dari pekarangan mansion.Azura tertegun melihat wajah kusut Devano yang terburu-buru menghampirinya.Sedikit tidak tega melihat pria yang dia cintai harus seperti ini."Azura, bisa kita bicara ?" Azura hanya mampu membisu, seolah jika dia berbicara maka semua akan berantakan.Sementara Bobby memilih kembali masuk kedalam mobil, sebenarnya Bobby sangat tidak ingin berbicara pada Devano. Dia masih sakit hati atas penyekapan yang dilakukan Devan ke
Devan membanting setir mobilnya saat dia mendengar dari Laura kalau Zia tidak menyambut baik niat mereka juga permintaan maaf Laura. Devan menghidupkan mobilnya, dia pergi ke apartement Azura dulu.Salju tebal yang dia lewati sepanjang jalan tidak membuat kecepatan mobil itu berkurang malah semakin bertambah.Beberapa kali Devan hampir menabrak pengendara lain, dia juga menerobos lampu merah hingga dia sampai di tempat itu.Jika Zia tidak menyetujui mereka maka apa lagi yang harus Devan lakukan.Begitu sampai pada unit yang dia dan Azura miliki Devan langsung masuk menuju kamar. Dia menggapai ponselnya dan menelpon Azura, tidak ada jawaban.Memang ini sudah larut malam. Bahkan pesannya tadi tidak di balas oleh Azura.Devan menelpon orang yang bisa dia pakai untuk melancarkan niatnya."H
Wanita anggun dengan tatapan intimidasi yang cukup kuat itu membuat lawannya bicaranya hanya terdiam setelah lima belas menit mereka bertemu."Wanita ular ini, berani sekali datang ke rumahku. Apa dia mau meminta maaf."Zia menatap tak suka Laura yang tiba-tiba datang ke rumahnya.Keadaan menjadi cair saat Akira datang membawa keberkahan bagi Laura."Mom," panggil Akira dan Zia masih tidak berkedip menatap Laura."Oh my god mom, tante Laura datang kesini ingin berbicara dengan Mommy tapi kenapa Mommy seolah menjadikannya sandra dirumah kita Mom."Zia menyunggingkan senyuman sinisnya dan bersidekap."Silahkan jika kau ingin berbicara. Waktu ku tidak banyak." Akira menepuk jidatnya karena Zia berlakon seperti ini.
Espresso hangat yang sedang dinikmati Laura dan Abraham menjadi tidak nikmat seperti biasanya saat sebuah berita infotaiment yang tidak mengenakkan di lihat oleh Laura.Abraham yang sedang membaca majalah bisnis pun terpaksa berhenti dan melihat kearah televisi. Disana Devano kembali terlihat konyol.Tapi berbeda dengan Laura, Abraham menyunggingkan senyuman. Dia tidak perduli dengan kata berselingkuh yang menjadi judul berita itu. Dia hanya ingin putranya bahagia.Laura terdiam saat wajah Azura menghiasi layarkaca itu, dia dikelilingi para paparazi yang siap menarik informasi darinya."Aku tidak ada hubungannya dengan perceraian atau apapun yang kalian katakan. Aku dan Devan tidak lagi memiliki hubungan."Azura terlihat menerob