Setelah memastikan seluruh murid di kelas keluar dari kelas, Mia pun segera berjalan cepat menuju ruang guru untuk merapikan barang-barangnya. Tak peduli tatapan aneh yang dilayangkan oleh Mila, ia hanya ingin melihat Liam dan memastikan bocah tampan itu benar-benar masuk ke dalam mobil yang benar. Meskipun hati kecilnya sedikit berharap jika Liam menunggunya di depan gerbang utama sekolah.
"Yaya, kenapa kau buru-buru sekali. Kau mau kemana, hey?!" Tanya Mila yang tak dihiraukan oleh Mia yang sudah berlari keluar dari ruang guru setelah selesai absen akhir didekat pintu ruang guru tersebut.
Mila hanya menggelengkan kepalanya pelan, "Apa Liam berhasil membuatnya gila seperti itu? Ck, aku tidak percaya jika Yaya terobsesi pada anak-anak. Kuharap kekasihnya bisa menyadarkan Mia secepatnya." Gumam Mila.
Sesampainya di gerbang utama sekolah, kedua mata Mia berbinar ketika melihat Liam masih berdiri di tempat biasanya mereka menunggu supir pribadi Liam datang. Dengan
Anne tampak terkejut ketika melihat cucu semata wayangnya sedang terisak pelan seraya memeluk bingkai foto sang mommy. Wanita paruh baya itu mulai paham jika Liam seperti ini karena ia terpaksa secara mendadak untuk menjauhi sosok yang begitu mirip dengan mommy kandungnya. Semua itu jelas masih terasa membingungkan bagi anak seusia Liam. Namun, Anne juga tidak bisa menyalahkan David karena walau bagaimana pun itu semua demi kebaikan Liam juga agar tidak lagi keliru dalam mengenali sosok mommy yang sebenarnya.Langkahnya perlahan mendekati Liam dan tangannya dengan ragu mulai menyentuh punggung Liam lalu mengusapnya perlahan dengan penuh kelembutan."Liam..." Panggil Anne yang berusaha mengalihkan perhatian Liam.Benar saja, bocah tampan itu segera menatap sang Oma seraya dengan cepat mengembalikan bingkai foto itu ke tempat semula. Kedua tangannya bahkan langsung menghapus air matanya tanpa ingin meninggalkan jejak sedikitpun air matanya yang sempat luruh.
Satu minggu kemudian.Susah satu minggu ini bocah tampan itu mencoba menjaga jarak dengan guru yang mengajarnya di kelas. Liam kembali menjadi sosok bocah pendiam dan tak ingin banyak berinteraksi dengan teman-teman lainnya. Ia memilih melakukan apapun sendiri dan diam-diam mencari tempat baru untuk menyendiri dikala jam istirahat berlangsung.Ada rasa sedih kala Miss Mia tak lagi peduli sepenuhnya, tak lagi mencoba mendekatinya dan tak lagi memberikan perhatian lebih khusus untuk Liam. Jika awal-awal Miss Mia tetap mencoba mendekati dan mengajak ngobrol Liam untuk bertingkah seperti sebelumnya, namun hal itu tak lagi Miss Mia lakukan.Liam bahkan bisa merasakan jika guru yang memiliki wajah sangat mirip dengan sang mommy kandungnya itu mulai dekat dengan murid yang lain. Sebenarnya Miss Mia bersikap adil pada seluruh muridnya hanya saja memang ada beberapa yang terlihat manja dan selalu mengatakan tak bisa hingga Miss Mia harus memberikan extra perhatian untuk
Anne yang sudah siap sejak tadi dengan semangatnya memasukki mobil yang akan menjemput Liam. Anne memang sengaja ikut karena dirinya sudah sepakat dan berjanji untuk pergi ke mall untuk membeli sepatu baru Liam. Jelas itu semua tanpa sepengetahuan David, namun Anne mengatakan pada Liam jika David telah mengizinkan mereka pergi keluar untuk sebentar saja.Anne terpaksa berbohong, ia cukup sedih melihat Liam yang akhir-akhir ini tampak murung dan tak bersemangat seperti biasanya. Bahkan Liam tak lagi semangat berbagi cerita pada Anne seperti sebelumnya. Anne paham jika Liam masih menyesuaikan kondisi yang terjadi begitu cepat namun harus berubah begitu cepat pula.Beberapa hari yang lalu Anne pernah bertanya mengenai Liam yang biasanya pergi bermain bersama Miss Mia pada Liam. Awalnya Liam hanya diam dan ragu menjawab namun pada akhirnya Liam mengungkapkan jika ia mulai merindukan moment seperti itu pada Miss Mia. Namun bukan Liam namanya jika tidak terus berkata bahwa d
Melihat sang Oma sudah berdiri diluar mobil sambil melambaikan tangannya membuat semangat Liam semakin membuncah karena ia mengingat ucapan Anne yang ingin mengajaknya jalan-jalan ke mall untuk yang pertama kalinya. Liam tidak sadar jika ia menyebrang dalam kondisi berlari hingga suara klakson sebuah motor nyaring terdengar menyapa indera pendengarannya dan suara teriakkan yang memanggil namanya dengan keras. Bocah tampan itu tampak terkejut dan kedua matanya terbuka lebar namun sayangnya ia kalah cepat untuk menghindar dan supir pribadi maupun satpam yang menyaksikan tak keburu untuk menggapainya hingga ia memejamkan kedua matanya dan merasakan tubuhnya mulai terpental pelan ke bahu jalan.Liam masih sadarkan diri meskipun hidung, dahi dan dekat matanya sudah berdarah akibat luka goresan aspal kala ia terjatuh dalam posisi tengkurap. Rasa perih dan sakit menyerangnya namun ia tetap tidak menangis karena tak ingin membuat sang Oma terlalu mengkhawatirkannya. Bah
Melihat Mia yang tak kunjung memeluknya membuat Liam menunduk sedih dan tak lagi merentangkan kedua tangannya. Sebenarnya Mia ingin segera memeluk murid kesayangannya yang sukses membuat dirinya sangat khawatir itu. Hanya saja ia masih cukup terkejut dengan perubahan sikap Liam yang begitu cepat. Mia bahkan masih sangat ingat Liam mengatakan jika dirinya tak lagi mendekatinya dan menolak pelukannya.Namun, persetan dengan pikirannya itu. Mia yang memang sangat merindukan Liam lalu ditambah dengan kondisi Liam yang jauh dikatakan baik-baik saja itu segera memeluk tubuh mungil bocah tersebut dengan perlahan. Hal itu sontak saja membuat senyum lebar Liam tercipta menghiasi wajah tampannya yang sedang terluka."Thankyou, Mommy~" Bisik Liam yang kemudian mengeratkan pelukannya."Liam tau Mommy berbeda dengan mommy Luna. Tapi Liam ingin memiliki mommy seperti Mommy Mia. Liam ingin kembali memanggil mommy. Liam harus apa supaya daddy kembali mengizinkan Liam untu
David tampak begitu kesal dan marah ketika mendengar nada bicara Mia yang seakan-akan menantangnya. Ia menghempas kasar tangan Mia yang menyentuh tangan Liam agar terlepas dari tangannya itu."Dengar baik-baik, persetan dengan statusmu yang memang guru. Jauhi Liam dan jangan pernah dekat dengannya lagi. Jika kau berani main-main dengan ucapanku kali ini, maka aku tidak akan segan-segan untuk membuat kau---""MEMBUAT AKU KENAPA, HAH? HENTIKAN SEMUA ANCAMAN TAK BERMUTU DARI MULUT KOTORMU!"David menggeram kesal dan mengeratkan cekalannya pada tangan Liam hingga membuat rintihan boca tampan itu semakin terdengar."YAK! MINGGIR KAU PRIA GILA TAK MEMILIKI HATI! KAU MENYAKITI MURIDKU!" Marah Mia yany terus mencoba melepaskan tangan David dari Liam. Namun, David justru semakin mengencangkan cekalannya."KAU BENAR-BENAR MEMBUATKU MARAH! PERGI KELUAR DARI RUANGAN INI SEBELUM KAU DI PECAT BESOK DARI SEKOLAH TEMPATMU MENGAJAR!" Ancam David yang tatapannya fok
Merasakan Mia ikut menangis membuat Liam mendongakkan kepalanya dan segera menghentikan tangisnya. Tangan mungilnya terulur menyentuh pipi Mia dan mengusap air matanya dengan lembut. Liam tersenyum sedih karena melihat Mia menangis dan bertengkar dengan David hari ini. Ia kembali menyalahkan dirinya karena telah membuat David marah. Namun, Liam tidak berbicara apapun mengenai rasa bersalahnya karena tak ingin Mia kembali bertengkar dengan David nantinya."Jangan menangis, Mommy. Liam tidak kenapa-napa kok. Liam baik-baik saja. Tangan Liam bahkan sudah tidak sakit lagi karena sudah dicium oleh Mommy. Mommy jangan khawatir dan jangan menangis lagi ya. Liam tidak suka melihat Mommy sedih." Ujar Liam seraya mengusap air mata Mia yang mengalir."Liam..." Mia menggenggam tangan mungil Liam dan mengecupnya dengan lembut."Mommy, jangan pernah bertengkar lagi dengan Daddy. Liam tidak suka melihat mommy dimarahi Daddy. Daddy menyeramkan jika marah dan Liam tidak ingin mo
Setelah 20 menit lamanya mereka diperjalanan, mobil David pun memasukki area mansion miliknya. Beberapa satpam penjaga pun menyambut kedatangannya didepan gerbang utama. Mia yang duduk tepat disamping David bersama Liam pun sontak tertegun melihat bagaimana mewah dan megahnya bangunan mansion dihadapannya dari luar. Ia bahkan sudah bisa membayangkan bagaimana keindahan didalamnya."Kamu tinggal disini, Baby?" David menoleh kearah Mia yang berbicara pada Liam.Liam mengangguk dan tersenyum pada Mia, "Jika mommy mau, mommy juga bisa tinggal disini bersama Liam dan Daddy."Mia pun menegang dan menggeleng pelan seraya melirik malas David."Jangan berbicara hal aneh yang dapat membuatku marah. Cepat turun dan masuk ke dalam!" Tegas David pada Liam dan langsung turun begitu saja dari mobilnya."Aish, kenapa daddymu itu senang sekali marah-marah sih? Kamu tau, dia membuat mommy sangat ingin memarahinya lagi dan lagi. Mommy kesal dan tidak suka melihat waj
Ricky menatap Mia dengan tatapan meminta jawaban. Namun, Mia terlihat gelisah karena kebingungan harus menjawab pertanyaan Ricky seperti apa. Ia sangat tidak ingin menyakiti Ricky, namun disisi lain Mia juga tidak ingin buru-buru membawa hubungannya ke jenjang yang lebih serius. Ada sebuah keraguan yang begitu mengganjal didalam hatinya yang membuat Mia tidak bisa menerima Ricky saat ini juga."Kak Ricky..." Mia menghembuskan napas panjangnya dan menatap gelisah Ricky."Ya? Bagaimana menurutmu, Sayang? Oh iya, kira-kira kapan pekerjaan orang tuamu diluar negeri itu selesai? Kapan mereka kembali? Apa tidak bisa kamu meminta orang tuamu terlebih dahulu dan membujuknya untuk pulang cepat agar kita bisa berbicara serius mengenai hubungan kita pada mereka?" Tanya Ricky yang membuat Mia semakin gusar."Kak Ricky, tidak bisakah kita tidak membahas hal ini terlebih dahulu? Aku masih belum ingin mengubah status kita saat ini. Aku masih nyaman dengan hubungan kita. Bukank
Ricky memang diam-diam mulai mencari tahu semua informasi lengkap mengenai David. Pria itu cukup terkejut dan semakin merasa takut tersaingi ketika mengetahui jika David seorang CEO ternama dan begitu berpengaruh di dunia. Bahkan anak perusahaannya pun tersebar dimana-mana dan ia memiliki berbagai cabang maupun bidang lainnya yang membuat kekayaan David bisa dipastikan tidak akan habis dalam tujuh turunan.Ricky juga mengetahui jika David menyembunyikan identitasnya semaksimal mungkin di negara dimana ia tinggal saat ini. Tak hanya itu, sosok putranya yang tak lain adalah Liam pun masih menjadi misteri di mata publik karena memang begitu dirahasiakan oleh keluarga David. Hampir seluruh tentangnya kebanyakan privasi namun publik tetap mengetahui jika istri David telah meninggal dunia. Sayangnya, Ricky tak berhasil menemukan foto mendiang istri David itu. Padahal ia begitu penasaran, mengingat Mia pernah mengatakan jika Liam memanggilnya dengan sebutan mommy karena wajah Mia te
Sejak hari dimana David kehilangan Luna, wanita yang begitu susah payah ia dapatkan dan ia jaga dengan sepenuh hatinya. Sejak itu jugalah sosok David yang lembut dan penuh kasih sayang dalam menjaga seseorang yang berharga dalam dirinya menghilang dan berubah menjadi kasar dan penuh kebencian didalam hatinya. David yang ramah dan hangat berubah drastis menjadi dingin, tak tersentuh dan tak terbantahkan sedikitpun.Pria itu benar-benar tak bisa menerima kehadiran putranya. Bulan-bulan awal sejak kelahirannya, David masih memiliki ambisi yang kuat dan kekeh ingin melenyapkan bayinya agar cepat mati dan berpikir hidupnya akan jauh lebih baik jika seperti itu. Anne bahkan sampai membawa Liam tinggal bersamanya dan menjauh dari David yang memang belum siap menerima Liam, Anne hanya tak ingin Liam terus disakiti dan David tak kunjung sembuh dari rasa sakit kehilangan Luna dalam hidupnya jika terus melihat Liam setiap harinya.Namun hampir setiap malam, Luna seakan teru
Bahkan dengan kasarnya David mencium bibir pucat Luna dengan sangat lama. Air matanya semakin meleleh karena kali ini istrinya tak lagi membalas cumbuannya. David semakin meraung kencang memanggil Luna. Siapapun yang melihatnya menangis seperti ini pun pasti akan ikut bersedih melihatnya. David sungguh kehilangan semangat hidupnya."Aku sudah menghangatkan bibirmu yang kedinginan itu, kenapa kamu tak mau bangun juga? Aku harus apa agar kamu mau membuka kedua matamu itu. Aku mohon padamu, bangunlah. Aku tidak sanggup ditinggalkan seperti ini, Luna...""Kamu egois! Kamu terlalu jahat padaku jika seperti ini! Kamu tau jika dirimu adalah duniaku, tempatku pulang untuk menghilangkan segala ketakutan dan lelahku. Jika kamu pergi, kemana lagi aku harus mencari rumahku untuk berpulang? Bagaimana aku bisa menjalani hidup tanpamu dihidupku?""Aku sudah mengatakan jika aku jauh lebih menginginkanmu dibandingkan anak sialan itu. Seharusnya aku memaksamu lagi agar mau menuru
Anne tak bisa menahan tangisannya ketika mendapat kabar jika Luna sudah tak lagi bernyawa didalam ruangan. Sementara David belum mengetahuinya karena posisinya yang tidak sadarkan diri akibat suntikan obat penenang yang diberikan oleh perawat ketika didalam. UGD. Anne tak bisa berhenti memikirkan perasaan David jika mengetahui Luna wanita yang ia cintai itu sudah tiada. Anne sendiri bahkan merasa hancur dan sangat kehilangan, sosok Luna sebagai menantu terbaik itu pergi begitu cepat. Rasanya ia masih tidak menyangka jika tadi ia masih bercanda ria sambil memasak namun kini wanita itu sudah tak lagi bernyawa.Dengan langkah berat, Anne memilih menemui cucunya terlebih dahulu di ruang bayi. Hatinya teriris pedih melihat cucu laki-lakinya tengah menangis kencang dan para perawat wanita yang mencoba menenangkan bayi itu. Namun seakan mengetahui jika mommy yang melahirkannya telah tiada membuatnya mungkin ikut merasakan kehilangan hingga menangis kencang. Bahkan akibat tangi
Luna perlahan membalas ciuman lembut suaminya. Air matanya tak bisa berhenti mengalir membayangkan jika ini akan menjadi ciuman terakhir mereka berdua. Kesedihannya semakin menjadi ketika ia menyadari jika dirinya tak akan memiliki kesempatan untuk merawat putranya nanti. Melihat David seperti ini membuat Luna sangat takut untuk pergi meninggalkannya. Luna tau jika David memang akan selalu membutuhkan dirinya. Hanya saja Luna sudah tak ingin berharap apapun lagi, Luna hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya nanti.David pun melepaskan ciumannya dan menyatukan keningnya dengan kening Luna."Jangan pernah katakan hal itu lagi, Luna. Aku sungguh tidak menyukai. Dengarkan aku, aku hanya akan mencintaimu sampai akhir hidupku. Hanya kamu dan kamu!" Bisik David yang membuat Luna menggelengkan kepalanya dengan lemah."Aku---""Berhenti berbicara atau aku akan menciummu lagi. Aku tidak mau mendengar ucapan mengerikan dari mulutmu itu. Tolong kembali
"Luna jangan katakan hal seperti itu dulu. Kamu masih mungkin memiliki kesempatan untuk merawat putramu bersama David. Kamu juga bisa memberikan sendiri apa yang kamu siapkan khusus untuknya. Kamu bisa menggendongnya, menyusuinya, membesarkannya seperti seorang ibu pada umumnya. Kamu bisa melakukan itu semua Luna!" Tegas Anne yang juga tidak rela jika kehilangan sosok menantunya itu. Meskipun disisi lain ia merasa tak tega jika membiarkan Luna terus menahan rasa sakit yang pasti rasanya luar biasa.Luna menggelengkan kepalanya dengan lemah, "Aku tidak yakin sebenarnya, Mah. Meskipun aku juga ingin yakin jika aku tetap bersama kalian semua. Dokter bilang aku telat melakukan perawatan dan pengobatan untuk memperlambat sel kanker itu menyebar. Jika mama dan David bertanya mengapa tidak dari awal aku memberitahu kalian, aku yakin jika kalian akan memaksaku untuk melakukan pengobatan misalnya kemoterapi yang jelas tidak bisa kulakukan disaat aku sedang hamil. Kalian bisa saja mema
Anne tampak terkejut dan kebingungan melihat kondisi David yang sangat kacau setelah keluar dari ruang UGD. Wanita paruh baya itu pun segera berdiri dan menghampiri David, namun David memilih segera duduk di kursi tunggu sambil menundukkan kepalanya. Kedua tangannya menutupi wajahnya. Ia kembali terisak dan menangis diluar ruangan. Hatinya seakan masih tak rela mengenai kabar buruk mengenai kondisi Luna saat ini."Astaga David, ada apa? Kenapa kau menangis dan duduk disini? Lalu kenapa juga tadi dokter dan perawat pada keluar dari ruangan? Bukankah Luna harus segera di operasi untuk mengeluarkan putra kalian?" Tanya Anne yang kini kembali duduk tepat disamping David.Tangannya mengusap lembut bahu David seakan ingin memberikan ketenangan untuk putranya itu, "Ada apa, Nak? Kenapa menangis seperti ini?" Anne sungguh khawatir melihat David terisak sedih. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ia melihat putranya menangis penuh kesedihan. Bahkan punggungnya sampa
"Kenapa kamu menyembunyikannya dariku? Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak awal, huh? Jika dari awal aku mengetahuinya kita bisa melakukan pengobatan terbaik untuk mematikan kanker itu dari tubuhmu, Luna. Kenapa kamu tidak mengatakannya? Apa aku tidak berhak mengetahuinya dari awal?"David sungguh ingin marah saat ini, namun disisi lain ia tidak akan bisa marah pada Luna. Hatinya sakit mengetahui kabar buruk mengenai kondisi istrinya saat ini. Ia hanya bisa menangis tak mampu menutupi rasa takut akan kehilangan Luna."Jangan menangis, jangan bersedih. Aku baik-baik saja dan berhasil melewati semuanya. Mari menyambut kelahiran putra kita dengan bahagia. Aku yakin dia akan sangat bahagia memiliki daddy luar biasa seperti dirimu. Tolong jaga dia dengan baik dan maaf jika takdir nantinya tidak akan mengizinkanku untuk membantumu merawat serta membesarkan putra kita..."David menggelengkan kepalanya dengan tegas. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan menatap ser