Melihat sang Oma sudah berdiri diluar mobil sambil melambaikan tangannya membuat semangat Liam semakin membuncah karena ia mengingat ucapan Anne yang ingin mengajaknya jalan-jalan ke mall untuk yang pertama kalinya. Liam tidak sadar jika ia menyebrang dalam kondisi berlari hingga suara klakson sebuah motor nyaring terdengar menyapa indera pendengarannya dan suara teriakkan yang memanggil namanya dengan keras. Bocah tampan itu tampak terkejut dan kedua matanya terbuka lebar namun sayangnya ia kalah cepat untuk menghindar dan supir pribadi maupun satpam yang menyaksikan tak keburu untuk menggapainya hingga ia memejamkan kedua matanya dan merasakan tubuhnya mulai terpental pelan ke bahu jalan.
Liam masih sadarkan diri meskipun hidung, dahi dan dekat matanya sudah berdarah akibat luka goresan aspal kala ia terjatuh dalam posisi tengkurap. Rasa perih dan sakit menyerangnya namun ia tetap tidak menangis karena tak ingin membuat sang Oma terlalu mengkhawatirkannya. Bah
Melihat Mia yang tak kunjung memeluknya membuat Liam menunduk sedih dan tak lagi merentangkan kedua tangannya. Sebenarnya Mia ingin segera memeluk murid kesayangannya yang sukses membuat dirinya sangat khawatir itu. Hanya saja ia masih cukup terkejut dengan perubahan sikap Liam yang begitu cepat. Mia bahkan masih sangat ingat Liam mengatakan jika dirinya tak lagi mendekatinya dan menolak pelukannya.Namun, persetan dengan pikirannya itu. Mia yang memang sangat merindukan Liam lalu ditambah dengan kondisi Liam yang jauh dikatakan baik-baik saja itu segera memeluk tubuh mungil bocah tersebut dengan perlahan. Hal itu sontak saja membuat senyum lebar Liam tercipta menghiasi wajah tampannya yang sedang terluka."Thankyou, Mommy~" Bisik Liam yang kemudian mengeratkan pelukannya."Liam tau Mommy berbeda dengan mommy Luna. Tapi Liam ingin memiliki mommy seperti Mommy Mia. Liam ingin kembali memanggil mommy. Liam harus apa supaya daddy kembali mengizinkan Liam untu
David tampak begitu kesal dan marah ketika mendengar nada bicara Mia yang seakan-akan menantangnya. Ia menghempas kasar tangan Mia yang menyentuh tangan Liam agar terlepas dari tangannya itu."Dengar baik-baik, persetan dengan statusmu yang memang guru. Jauhi Liam dan jangan pernah dekat dengannya lagi. Jika kau berani main-main dengan ucapanku kali ini, maka aku tidak akan segan-segan untuk membuat kau---""MEMBUAT AKU KENAPA, HAH? HENTIKAN SEMUA ANCAMAN TAK BERMUTU DARI MULUT KOTORMU!"David menggeram kesal dan mengeratkan cekalannya pada tangan Liam hingga membuat rintihan boca tampan itu semakin terdengar."YAK! MINGGIR KAU PRIA GILA TAK MEMILIKI HATI! KAU MENYAKITI MURIDKU!" Marah Mia yany terus mencoba melepaskan tangan David dari Liam. Namun, David justru semakin mengencangkan cekalannya."KAU BENAR-BENAR MEMBUATKU MARAH! PERGI KELUAR DARI RUANGAN INI SEBELUM KAU DI PECAT BESOK DARI SEKOLAH TEMPATMU MENGAJAR!" Ancam David yang tatapannya fok
Merasakan Mia ikut menangis membuat Liam mendongakkan kepalanya dan segera menghentikan tangisnya. Tangan mungilnya terulur menyentuh pipi Mia dan mengusap air matanya dengan lembut. Liam tersenyum sedih karena melihat Mia menangis dan bertengkar dengan David hari ini. Ia kembali menyalahkan dirinya karena telah membuat David marah. Namun, Liam tidak berbicara apapun mengenai rasa bersalahnya karena tak ingin Mia kembali bertengkar dengan David nantinya."Jangan menangis, Mommy. Liam tidak kenapa-napa kok. Liam baik-baik saja. Tangan Liam bahkan sudah tidak sakit lagi karena sudah dicium oleh Mommy. Mommy jangan khawatir dan jangan menangis lagi ya. Liam tidak suka melihat Mommy sedih." Ujar Liam seraya mengusap air mata Mia yang mengalir."Liam..." Mia menggenggam tangan mungil Liam dan mengecupnya dengan lembut."Mommy, jangan pernah bertengkar lagi dengan Daddy. Liam tidak suka melihat mommy dimarahi Daddy. Daddy menyeramkan jika marah dan Liam tidak ingin mo
Setelah 20 menit lamanya mereka diperjalanan, mobil David pun memasukki area mansion miliknya. Beberapa satpam penjaga pun menyambut kedatangannya didepan gerbang utama. Mia yang duduk tepat disamping David bersama Liam pun sontak tertegun melihat bagaimana mewah dan megahnya bangunan mansion dihadapannya dari luar. Ia bahkan sudah bisa membayangkan bagaimana keindahan didalamnya."Kamu tinggal disini, Baby?" David menoleh kearah Mia yang berbicara pada Liam.Liam mengangguk dan tersenyum pada Mia, "Jika mommy mau, mommy juga bisa tinggal disini bersama Liam dan Daddy."Mia pun menegang dan menggeleng pelan seraya melirik malas David."Jangan berbicara hal aneh yang dapat membuatku marah. Cepat turun dan masuk ke dalam!" Tegas David pada Liam dan langsung turun begitu saja dari mobilnya."Aish, kenapa daddymu itu senang sekali marah-marah sih? Kamu tau, dia membuat mommy sangat ingin memarahinya lagi dan lagi. Mommy kesal dan tidak suka melihat waj
David melanglahkan kakinya masuk ke dalam kamar Liam dan segera memegang tangan Mia untuk segera menariknya keluar. Namun, tangan Liam juga ikut menahan tangan Mia. Meskipun tenaganya tak sekiat David, namun tubuh Mia yang lebih menahan kearah Liam membuat David tak bisa menarik Mia untuk segera beranjak pergi."Daddy, Liam mohon...Malam ini saja biarkan mommy menemani Liam tidur." Pinta Liam dengan tatapan mohonnya."David, biarkan saja Miss Mia bersama Liam malam ini. Lagipula tidak masalah juga jika memang Liam ingin dirawat oleh Miss Mia." Ujar Anne."Tidak! Jika memang dia ingin dirawat, kembalikan saja ke rumah sakit. Disana banyak suster dan dokter yang jauh lebih bisa untuk merawatnya dibandingkan wanita ini. Lagipula wanita ini hanya wanita asing yang tak pantas berlama-lama menginjakkan kakinya di mansion milikku." Tegas David.Mia yang mendengar ucapan sombong David pun kembali terpancing emosinya. Namun, ia menahannya karena tak ingin membuat
David menghembuskan napas beratnya dan mencoba mengontrol emosinya saat ini. Melihat sikap Mia memang ia sangat marah, namun melihat bagaimana wajah Mia yang sangat mirip dengan Luna membuatnya tak bisa berbuat jahat terlalu jauh pada wanita itu. Dia tidak bisa memperlakukan Luna dengan kasar seperti ini. Tidak, bukan Luna namun Mia. Setiap ia bersikap buruk pada Mia, David pasti akan selalu menyesalinya diakhir. Ia terus terbayang-bayang seolah-olah ia memperlakukan Luna begitu buruk. Pikirannya suka tidak terkontrol karena dua wanita itu."Maafkan aku..." Lirih David menatap Mia dengan tatapan sendunya.Namun, Mia malah menatapnya aneh. Ia bahkan berdecih melihat sikap David yang menurutnya persis seperti orang yang memiliki gangguan jiwa saat ini.Mia pun segera berjalan cepat menuju gerbang utama tanpa mempedulikan ucapan maaf David. Ia bukannya tidak bisa memaafkan, hanya saja melihat wajah David sungguh membuatnya muak dan emosi."Tunggu!" Tahan Dav
Selama diperjalanan keduanya tampak hening dan tak ada yang berniat membuka pembicaraan. Namun, Mia yang tiba-tiba menyadari jika David hanya berputar-putar di sekitar area yang sama membuat Mia segera menatap David dengan tatapan anehnya."Apa yang kau lakukan? Kenapa daritadi mutar-mutar disekitar sini saja? Kau itu niat mengantarkanku atau tidak sih? Cih, sudah kuduga sejak awal jika kau memang tidak berniat sama sekali. Jika tidak berniat mengantarkanku kenapa sangat memaksa tadi? Diancam pula, benar-benar---""Dimana alamat rumahmu?" Potong David dengan nada datarnya.Mia pun nampak terdiam seakan-akan ingin merutukki kebodohannya yang memang lupa memberitahu alamat rumah pada David."Antarkan saja ke sekolah." Jawab Mia dengan singkatnya."Dimana alamat rumahmu?" Tanya David untuk kedua kalinya."Kau ini tuli atau bagaimana? Antarkan saja ke sekolah. Aku bisa pulang sendiri ke rumah." Jawab Mia dengan kesalnya."Dimana alamat ru
"SIAL! AKU TIDAK BISA MEMBIARKANNYA!" Batin David sungguh berteriak tak rela melihat pemandangan menyakitkan didepan sana.Ia segera memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya dan keluar dari mobil dalam keadaan marah. Langkah lebarnya membawa dirinya cepat sampai untuk menghampiri wanita yang mirip dengan Luna itu.Bahkan tanpa aba-aba sedikitpun, ia langsung menarik paksa Mia agar terlepas dari pelukan laki-laki dihadapannya saat ini. Ia tak peduli bagaimana reaksi Mia padanya yang bisa saja marah besar, namun yang jelas hatinya tidak bisa menerima ini semua.David spontan melayangkan tinjunya tepat pada wajah tampan Ricky hingga bagian ujung bibir Ricky berdarah akibat luka sobek yang David berikan."YAK! APA YANG KAU LAKUKAN PADA KEKASIHKU, SIALAN!" Teriak Mia yang bahkan spontan menampar keras pipi David hingga berbunyi nyaring.Namun jelas rasa sakit itu tak seberapa dibandingkan tinju yang David berikan pada Ricky barusan. David t