Didalam kamar yang bernuansa serba biru itu, Liam menunduk menahan rasa sakit yang ia rasakan ketika sang Oma sedang mengobati pergelangan tangannya yang dicengkram kuat habis-habisan oleh David.
"Apa terasa sangat sakit, Liam?" Tanya Anne seraya meniup-niup lengan Liam setelah diobati.
"Tidak sakit sama sekali kok, Oma. Daddy memegang tanganku begitu lembut. Kulit Liam putih jadi merah deh, Hihi." Ujar Liam seraya memamerkan deretan gigi susunya yang begitu terawat.
Anne pun terenyuh mendengar jawaban Liam yang sudah dipastikan berbohong. Tangan Anne mengusap lembut pipi kanan Liam dan tersenyum tipis.
"Jangan sedih, Oma. Liam tadi hanya kaget jadi nangis deh. Tapi lihat, sekarang Liam sudah tidak menangis lagi kan? Oma jangan menatap Liam seperti itu." Ujar Liam yang tidak suka melihat tatapan sedih dari Anne.
"Ikut Oma pergi ke rumah lama Oma dan Opa, kita tinggal berdua disana. Liam mau ya?" Ajak Anne yang entah sudah berapa kali ia ajukan pada Liam agar mau tinggal berpisah dari David yang terus menyakiti Liam.
Liam pun menggeleng tegas, "Liam tidak mau meninggalkan Daddy, Oma. Daddy nanti kesepian kalau tidak ada kita."
"Astaga, lihat David! Anak yang selalu kau benci dan kau salahkan ini selalu peduli dan memikirkan dirimu setiap saat! Kenapa kau tidak mau melihatnya dengan tulus sejenak saja, putramu begitu berharga tapi kau sia-siakan. Mama harap kau tidak akan menyesalinya diakhir. " Batin Anne.
"Liam sayang banget ya sama Daddy?" Tanya Anne. Dengan senyum lebarnya Liam mengangguk cepat.
"Liam sayang banget sama Daddy. Daddy juga sayang banget sama Liam. Liam lihat di video itu, Mommy juga bilang kalau Daddy sayang sama Liam, Oma." Ucap Liam. yang kembali teringat potongan-potongan moment bahagia yang diberikan oleh David dan Luna.
Liam melihat video dokumentasi saat Liam masih berada didalam kandungan Luna, video yang menunjukkan betapa bahagianya Luna dan David dalam menyambut kehadiran Liam. Bahkan nama Liam sudah diberikan oleh keduanya sejak masih didalam kandungan. Liam tidak pernah bosan menonton video itu karena disanalah ia merasa yakin jika David begitu mencintai dan menginginkan kehadirannya.
***- Video Dokumentasi -Kedua pasangan itu terlihat begitu bahagia didalam video tersebut. Kandungan Luna yang memasukki bulan ke-5 membuat perutnya terlihat buncit dan David senang sekali mengusapnya. Bahkan hampir setiap pagi dan malam, pria itu selalu menyempatkan diri untuk menyapa, berbicara, mengobrol pada calon bayinya itu.
"Hai anak mommy yang suatu hari nanti akan melihat video ini, kau lihat nak, daddy kamu sangat usil. Karena libur daddy jadi terus menempeli mommy, tapi daddy tidak ngaku, daddy hanya bilang dia ingin selalu memelukmu dan tidak sabar memelukmu secara langsung." Adu Luna yang sekaligus menjadi opening untuk video pertama di kehamilan bulan kelimanya.
Hampir setiap minggu sejak minggu keempat Luna hamil, mereka berdua selalu membuat video seakan ingin menunjukkan kepada anak mereka suatu saat nanti jika ia sudah begitu dicintai sejak awal.
*Muach*
*Muach*
*Muach*
David mengecup perut buncit Luna berkali-kali hingga membuat Luna kegelian dan merasa risih.
"Baby, tolong tendang daddymu!" Ucap Luna seraya mengusap rambut David. Sementara David hanya terkekeh geli dan kembali menciumi perut Luna.
"I love you, Baby! Daddy mencintaimu! Sangat mencintaimu pokoknya! Tapi baby, daddy lebih sangat mencintai mommymu. Ayo cepat keluar dan bantu daddy menjaga mommymu." Ucap David seraya mengusap-usal perut buncit Luna.
"Hai Daddy, baby L mencintaimu. Tapi mommy akan menjadi milikku, Daddy. Aku akan segera keluar dan merebut mommy darimu!" Balas Luna dengan suara baby voice-nya seakan-akan Baby Liam lah yang menjawab ucapan sang Daddy.
"YAK! KAU TIDAK BOLEH MEREBUT MOMMY DARI DADDY! MOMMY MILIK DADDY POKOKNYA!"
Luna pun segera menjauhkan kepala David dari perutnya dan menatapnya dengan tatapan tajam. David yang menyadari kesalahannya pun hanya menyengir takut dan mencoba mendekati perut Luna kembali, namun Luna tak mengizinkan David.
"Kau jahat! Kau membentak putra kita. Bicaranya pelan-pelan saja ihhh~" Rengek Luna.
"Hehe, maaf sayang. Aku tidak rela jika dia merebutmu dariku jika sudah lahir nanti."
"Tapi dia memang akan merebutku darimu! Kamu gak boleh marah-marah pokoknya. Baby hanya boleh disayang-sayang dan diperlakukan lembut. Awas aja kalau dia udah lahir kamu tetap suka kelepasan bentak-bentak dia, aku marah pokoknya!"
"Iya sayang, enggak kok enggak. Aku akan jadi daddy terbaik untuk anak kita. Oke jagoan, maafkan daddy karena sudah berbicara keras padamu. Tapi kau tenang saja, dari dalam lubuk hati daddy yang paling dalam daddy tetap mencintaimu. Muach!" Ucap David yang kembali mengecup perut buncit Luna.
"Oke cukup videonya, bye baby! See you next week! Mommy dan Daddy akan membuat video bersamamu lagi minggu depan. Kau harus tonton yaa karena daddymu sudah mengedit sampai malam, hahaha." Pamit Luna disalah satu video dokumentasi itu.
***Keesokkan Paginya.Liam pun datang ke meja makan seperti biasanya dan menyapa David seakan-akan semalam tidak ada kejadian seret-menyeret hingga ke depan gerbang utama. Berbeda halnya dengan David yang masih tidak bisa mengontrol emosinya, pria itu memilih acuh dan fokus menikmati sarapannya.
"Daddy, hari ini di sekolah Liam kedatangan---"
*BRAKK*
Liam terdiam ketika David menggebrak meja makan.
"Jangan berbicara ketika sedang makan!" Tegas David tanpa menatap Liam.
"Sorry Daddy..." Liam pun segera fokus menyantap sarapannya. Sementara Anne hanya menghela napas panjangnya melihat sikap David yang tidak ada perubahan sama sekali.
Selesai sarapan, David pun segera beranjak keluar mansion. Liam pun berlari dan mengejar sang Daddy.
"Daddy tunggu Liammmm!" Teriak Liam yang berlari kencang mengejar David.
David pun menghentikan langkahnya dan menatap Liam dengan tatapan datarnya.
"Daddy, bisakah hari ini daddy saja yang mengantarkan Liam ke sekolah? Liam juga ingin diantarkan oleh Daddy seperti teman-te---"
"Tidak! Pergilah bersama supir dan jangan pernah berharap kau diantarkan sekolah olehku! Jangan jadi anak manja dan jangan pernah menganggu hidupku lagi!" David pun segera masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja menuju kantornya.
Liam pun tertunduk lemas dan berjalan gontai memasukki mobil lainnya yang dikhususkan David untuk mengantar-jemput Liam. Anne menghampiri Liam dan memakaikan tas sekolah serta memberikan kotak bekal untuk cucunya itu.
"Kau ingin Oma ikut mengantarmu, Liam?" Tanya Anne yang mengetahui jika Liam kecewa atas penolakan David itu.
Liam pun menggelengkan kepalanya dan segera masuk ke dalam mobilnya tanpa rasa semangat. Disepanjang perjalanan ia hanga menatap kearah luar jendela. Air matanya terjatuh ketika mengingat perlakuan David padanya, namun dengan cepat Liam segera menghapusnya dan memaksakan diri untuk tersenyum.
"Daddy juga mencintai, Liam. Mommy selalu mengatakan hal itu. Liam tidak boleh sedih dan marah pada Daddy." Batin Liam yang mencoba semangat namun nyatanya ia tidak bisa.
Di salah satu TK internasional ternama di Jakarta, bocah laki-laki itu tampak tak peduli ketika teman-temannya kembali mengejeknya dan mengatakan jika dirinya tidak memiliki orangtua karena memang David sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya di sekolah lama maupun sekolah baru Liam. Tak jarang Liam dikatain oleh teman-teman seumurannya, ia bahkan lebih memilih menyendiri dan tak mau berteman dengan siapapun karena terlalu takut diejek.Tidak seperti hari biasanya, Liam kali ini benar-benar terlihat tak bersemangat. Sejak datang ke kelas ia bahkan menyembunyikan wajahnya diatas kedua tangannya yang dilipat diatas meja."Pagi anak-anak." Sapa salah satu guru kesayangan anak-anak dikelas tersebut."Pagi Miss Mila." Sahut seluruh anak-anak kecuali Liam yang enggan melakukan apapun saat ini."Seperti yang Miss Mila katakan minggu lalu, hari ini kita kedatangan Miss baru untuk menggantikan Miss Mila mengajar dikelas ini karena Miss Mila harus pindah ke k
Miss Mia pun semakin panik ketika menyadari Liam sudah tidak sadarkan diri dalam pelukannya. Tanpa menunggu lama lagi ia segera menggendong Liam dan pamit pada anak-anak yang lain untuk membawa Liam menuju ruang kesehatan di sekolah tersebut.Karena Dokter yang seharusnya selalu standby di sekolah untuk berjaga itu sedang berhalangan hadir, kepala sekolah pun langsung menyuruh kepala tata usaha untuk mencoba menghubungi orang tua dari Liam. Mereka menghubungi nomor David yang ditulis di nomor prioritas sebagai orang tua Liam, namun tak kunjung diangkat hingga ketiga kalinya. Hingga akhirnya kepala tata usaha itu mencoba menghubungi nomor kedua dalam daftar diri Liam yang merupakan nomor yang terhubung langsung dengan telepon di mansion."Halo, dengan siapa saya berbicara?" Jawab Anne."Halo, saya perwakilan dari tata usaha tempat Liam bersekolah ingin memberi kabar jika Liam sedang tidak sadarkan diri saat ini. Dokter yang bertugas di sekolah sedang berhal
- DG COMPANY -David yang baru saja menyelesaikan meeting itu dengan beberapa kolega pentingnya itu pun terkejut ketika melihat notifikasi panggilan yang begitu banyak dari sekolah Liam dan juga sang mama. Ia pun segera membuka beberapa pesan yang dikirimkan oleh Anne.• David kau dimana? Liam tidak sadarkan diri di sekolah dan dilarikan ke rumah sakit •• Liam berada di rumah sakit terdekat dengan sekolahnya. Tolong datang jika kau tidak terlalu sibuk •• Liam demam dan sedikit mengalami stress ringan karena akhir-akhir ini terlalu berpikir berlebihan, bisakah mama menyalahkanmu atas penyebab sakitnya Liam? •• Putramu sakit, tolong pulang lebih awal. Mama sudah membawanya pulanh ke mansion •• Jangan memarahi Liam, tapi dia berkata jika dia baru saja bertemu dan memeluk mommy sebelum tidak sadarkan diri. Mama pikir Liam bermimpi tapi sepertinya Liam hanya berhalusinasi. Mungkin dia terlalu merin
Anne semakin khawatir karena ternyata Liam tidak kunjung membuka pintu kamarnya yang terkunci. Mau tak mau, ia pun segera meminta bantuan maid untuk mencarikannya kunci duplikat kamar Liam itu. Setelah berhasil menemukan kuncinya, tanpa mengetuk kembali Anne pun membuka pintu kamar Liam. Namun, sayangnya tetap tidak bisa karena kunci yang berada didalam masih menggantung di lubang kunci pintu kamar tersebut."Liam, waktumu sudah habis. Ayo buka pintunya dan makan siang. Daddy bisa marah jika kau tidak makan siang, Liam. Oma mohon buka pintunya..." Ujar Anne sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar cucunya itu."Liam, Oma minta maaf jika membuatmu kesal. Tapi Oma hanya ingin kau sembuh terlebih dahulu. Kau dengar ucapan Miss Mila dan Kepala sekolah tadi, kan? Liam harus banyak istirahat dan cepat sembuh baru deh boleh datang ke sekolah lagi." Bujuk Anne yang memang mengetahui jika Liam kesal karena ia menolak permintaannya untuk kembali ke sekolah."Liam, Oma harus mel
2 Hari Kemudian.Ketika bangun tidur Liam begitu semangat karena akhirnya hari ini ia mendapatkan izin dari sang Oma untuk berangkat ke sekolah setelah 2 hari hanya berdiam diri di kamar. Padahal sejak kemarin Liam sudah merasa baik-baik saja dan ingin sekali pergi ke sekolah untuk memastikan sesuatu yang hingga saat ini masih sangat menganggu pikirannya. Liam merasa sedang tidak bermimpi namun David dan Anne selalu kekeh dan menegaskan jika Liam hanyalah bermimpi atau halusinasi karena terlalu merindukan Luna. Bahkan selama sakit, Anne membiarkan Liam untuk terus menonton video dokumentasi itu, padahal biasanya Anne hanya mengizinkan Liam menonton video itu sebulan tiga kali tanpa sepengetahuan David."Good morning, Oma." Sapa Liam dengan senyum manis miliknya."Morning cucu tampan, Oma." Balas Anne seraya mengecup singkat pipi Liam.Liam pun mengedarkan pandangannya seakan mencari sang Daddy yang tumben sekali belum turun dan duduk di kursi meja makanny
Mia pun segera memangku Liam. Tangannya bahkan terulur mengusap air mata Liam. Entahlah, ia justru merasa bersalah karena menjadi penyebab salah satu muridnya ini menangis sedih seperti ini. Ia pun menarik lembut tubuh Liam kedalam pelukannya dan mengusap punggung Liam dengan penuh kasih sayang."Maaf..." Bisik Mia. "Maafkan Miss Mia, Liam..." Lanjutnya seraya mengusap kepala Liam.Tangis Liam pun semakin menjadi ketika ia dipeluk oleh sang guru pengganti itu. Harapannya untuk dipeluk oleh mommynya seakan menjadi kenyataan saat ini. Liam sangat bahagia dan tidak ingin melepaskan pelukan Mia sama sekali."Jangan pergi lagi, Mommy. Jangan meninggalkan Liam dan Daddy. Liam dan Daddy butuh mommy." Ucap Liam yang menenggelamkan wajahnya didada Mia. Liam benar-benar takut untuk ditinggalkan kedua kalinya oleh sang mommy.Mia hanya terdiam. Ia tidak tahu harus merespon apa. Pikirannya masih kacau dan tidak mengerti situasi yang sedang terjadi saat ini.Li
Bel pulang sekolah telah berbunyi, anak-anak pun berlarian keluar kelas menghampiri orang tua mereka yang sudah menunggu didepan sekolah untuk menjemputnya. Tak sedikit juga yang dijemput oleh baby sitter dan supir seperti Liam biasanya.Tidak seperti hari biasanya, Liam memilih tetap tinggal di kursinya seraya menatap Mia yang masih membereskan buku dan alat tulisnya di meja guru. Mia yang menyadari masih ada seseorang yang berada di kelas selain dirinya pun terkejut dan menggelengkan kepalanya melihat Liam yang ternyata menunggunya. Mia pun segera menghampiri Liam yang ternyata menyambutnya dengan senyuman manis dilengkapi lesung pipi."Kenapa belum keluar kelas, Liam? Apa jemputan Liam belum datang?" Tanya Mia."Liam menunggu mommy." Jawab Liam yang membuat Mia sedikit meringis karena masih merasa aneh dipanggil mommy oleh anak yang bukan anaknya. Terlebih Ia belum menikah, mungkin jika kekasihnya tau ada sosok anak kecil yang memanggilnya dengan panggi
Anne tampak begitu tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Sosok yang begitu mirip dengan mendiang menantunya ada dihadapannya dan tidak ada perbedaan sedikitpun diantara mereka berdua. Bahkan dari cara berbicara dan tersenyum mereka sama. Keduanya seperti duplikat yang susah dibedakan."Oma, mommy tidak mau ikut pulang bersama Liam. Padahal Liam mau mommy ikut pulang bersama kita dan akan membuat daddy bahagia lagi seperti di video itu. Daddy selalu terlihat bahagia ketika bersama mommy, tapi kenapa mommy tinggal di rumah yang berbeda dengan kita sekarang?" Ujar Liam yang membuat Anne mengalihkan pandangannya kearah cucunya.Kepalanya benar-benar berdenyut pusing saat ini, ia seperti melihat sosok Luna kembali dihadapannya. Namun, Anne sadar jika sosok dihadapannya ini bukanlah menantunya melainkan orang lain yang merupakan guru baru di sekolah Liam."Jadi Liam tidak berbohong ketika mengatakan ia tidak bermimpi saat ketemu sang mommy. Liam pasti kelir