Bel pulang sekolah telah berbunyi, anak-anak pun berlarian keluar kelas menghampiri orang tua mereka yang sudah menunggu didepan sekolah untuk menjemputnya. Tak sedikit juga yang dijemput oleh baby sitter dan supir seperti Liam biasanya.
Tidak seperti hari biasanya, Liam memilih tetap tinggal di kursinya seraya menatap Mia yang masih membereskan buku dan alat tulisnya di meja guru. Mia yang menyadari masih ada seseorang yang berada di kelas selain dirinya pun terkejut dan menggelengkan kepalanya melihat Liam yang ternyata menunggunya. Mia pun segera menghampiri Liam yang ternyata menyambutnya dengan senyuman manis dilengkapi lesung pipi.
"Kenapa belum keluar kelas, Liam? Apa jemputan Liam belum datang?" Tanya Mia.
"Liam menunggu mommy." Jawab Liam yang membuat Mia sedikit meringis karena masih merasa aneh dipanggil mommy oleh anak yang bukan anaknya. Terlebih Ia belum menikah, mungkin jika kekasihnya tau ada sosok anak kecil yang memanggilnya dengan panggi
Anne tampak begitu tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Sosok yang begitu mirip dengan mendiang menantunya ada dihadapannya dan tidak ada perbedaan sedikitpun diantara mereka berdua. Bahkan dari cara berbicara dan tersenyum mereka sama. Keduanya seperti duplikat yang susah dibedakan."Oma, mommy tidak mau ikut pulang bersama Liam. Padahal Liam mau mommy ikut pulang bersama kita dan akan membuat daddy bahagia lagi seperti di video itu. Daddy selalu terlihat bahagia ketika bersama mommy, tapi kenapa mommy tinggal di rumah yang berbeda dengan kita sekarang?" Ujar Liam yang membuat Anne mengalihkan pandangannya kearah cucunya.Kepalanya benar-benar berdenyut pusing saat ini, ia seperti melihat sosok Luna kembali dihadapannya. Namun, Anne sadar jika sosok dihadapannya ini bukanlah menantunya melainkan orang lain yang merupakan guru baru di sekolah Liam."Jadi Liam tidak berbohong ketika mengatakan ia tidak bermimpi saat ketemu sang mommy. Liam pasti kelir
"Dari awal pun sudah aneh, kenapa juga Liam terus memanggilmu mommy. Kau tau, mommy kandungnya Liam itu sudah meninggal setelah melahirkan Liam. Tapi tidak biasanya Liam sampai memanggil orang lain dengan panggilan mommy ketika ia merindukan mommy-nya. Aku sering kali bertanya dan memergoki Liam yang diam sendiri merindukan sang mommy, namun dia tidak pernah memanggilku ataupun guru lain sebagai mommy."WHATT?!!"Mila mendelik tajam kearah Mia yang menurutnya respon Mia terlalu berlebihan hingga berteriak seperti itu."Tunggu, apa katamu barusan? Mommy Liam sudah meninggal setelah ia melahirkan Liam?" Tanya Mia dan Mila pun menganggukkan kepalanya karena memang informasi itu bukan lagi rahasia di sekolah ini."Astaga!" Kedua mata Mia terbelalak lebar, tangannya bahkan spontan membekap mulutnya ketika memikirkan ucapan Liam tadi lalu ditambah dengan penjelasan baru dari Mila."Jangan katakan jika daddy Liam menyalahkan kehadiran Liam yang membuat is
Anne pun menghampiri Liam yang tengah memunggunginya. Anne sadar jika ucapannya mungkin membuat Liam sedih dan kecewa. Namun, Anne hanya tidak ingin Liam keliru terlalu lama mengenai sosok yang sangat mirip dengan mommy kandungnya itu. Terlebih ia sudah bisa menebak jika Liam bersemangat cerita kepada David mengenai hal ini mungkin akan berakhir Liam yang kembali disakiti oleh ucapan kasar ataupun sikap kejam dari David. Sungguh, Anne tidak ingin hal itu sampai terjadi."Jangan menyentuh, Liam!" Tegas Liam ketika bahunya disentuh oleh Anne."Liam sayang, Oma tidak bermaksud membuat Liam sedih. Tapi---""Oma tidak sayang mommy! Oma jahat!" Marah Liam.Anne pun menghembuskan napas beratnya, ini akan sedikit sulit untuk menjelaskannya pada Liam."Sekarang Oma tanya deh, nama mommy Liam itu siapa?" Tanya Anne. Namun, Liam terdiam dan enggan menjawab."Nama mommy Liam kan mommy Luna. Sementara tadi yang Liam panggil mommy itu namanya Miss Mia. Be
David hanya menghembuskan napas beratnya, entah kenapa hatinya sedikit tersentuh mendengar permintaan Liam yang terdengar begitu lirih saat ini. Tatapan tajamnya bahkan berubah menjadi tatapan sendunya. Ia ingin sekali memeluk putranya, namun ia tidak bisa melakukannya. Hatinya terasa masih sangat marah dan menyalahkan Liam atas segalanya yang terjadi pada Luna. Melihat wajah Liam selalu membuat David teringat Luna dan itu membuat rasa benci dan enggan berlama-lama dengan Liam itu semakin tinggi."Harapanmu terlalu jauh dan bahkan tidak akan bisa dicapai hingga kapanpun. Masuklah ke kamar dan berhentilah membuatku emosi." Ujar David seraya melepaskan cekalannya pada pergelangan tangan Liam.Liam pun menatap sendu sang daddy. Ia menarik-narik tangan David agar tubuh David sedikit menunduk. Entah apa yang terjadi, David pun dengan mudahnya mencondongkan tubuhnya mendekati Liam. Tanpa bisa dicegah sedikitpun Liam mengecup sayang pipi David dan segera menjauhkan tubuhnya d
Senyum Mia pun langsung merekah ketika melihat anak laki-laki kesayangannya itu sedang celingukkan mencari dirinya. Ya, Mia sangat yakin jika Liam mencarinya. Lagipula siapa lagi yang akan Liam cari selain Miss Mia yang ia anggap mommy-nya itu. Liam memang terkenal dikalangan beberapa guru, namun Liam sendiri tidak mengenal guru manapun selain Miss Mia dan Miss Mila yang pernah mengajar dikelasnya.Mia pun segera beranjak membawa tasnya dan menghampiri Liam. Senyum Liam pun seketika melebar ketika melihat sang mommy kini sedang berjongkok dihadapannya. Ia pun dengan cepat mengecup pipi Mia dan hal itu sontak saja membuat Mia membukatkan matanya. Pasalnya mereka masih di lingkungan sekolah, terlebih saat ini adalah di depan ruang guru."Mom---"Mia pun segera meletakkan jari telunjuknya dibibir Liam seraya menggelengkan kepalanya. Liam yang sudah paham pun menganggukkan kepalanya. Ia memang terkadang tidak bisa mengontrolnya dan selalu keceplosan."Hihi, L
Bocah tampan itu tidak peduli jika permintaannya sudah ditolak berkali-kali oleh sang Daddy. Bahkan ia tetap kekeh bertahan meskipun David mulai mengasarinya secara fisik dan ucapan. Liam hanya ingin David menyetujui permintaannya kali ini saja, namun David tetaplah David. Ia tidak peduli dan tidak mau menuruti apapun yang merupakan keinginan Liam. Karena pikiran David selalu berkata hanya Liam lah yang harus mematuhi seluruh perintah dan permintaannya, namun itu tidak akan berlaku sebaliknya."Pergilah dari hadapanku! Jangan membuatku semakin marah!" Desis David seraya mendorong tubuh kecil putranya hingga terjatuh.Namun, Liam segera bangkit dan kembali mendekati sang Daddy dengan tatapan penuh harapnya. Ia bahkan mencoba memegang tangan David dan jelas saja David segera menepis kasar tangan Liam yang bahkan belum sempat menyentuhnya."Daddy please...Liam janji akan menuruti ucapan Daddy lagi setelah ini. Tapi tolong izinkan Liam pergi keluar besok ya, Liam ha
Liam mengerjakan kedua matanya dengan polos, ia terdiam seakan memproses ucapan David barusan. Kedua matanya spontan melebar penuh binar setelah meyakinkan dirinya atas mendengar ucapan sang Daddy barusan. Dengan langkah cepat Liam berlari keluar kamarnya mengejar David yang berjalan menuruni anak tangga kearah ruang keluarga itu."DADDY! DADDY! DADDY!""DADDY, APA DADDY SERIUS? KITA AKAN PERGI KE TAMAN BERMAIN? APA ITU BENAR, DADDY?" Tanya Liam dengan riangnya menghampiri David.David hanya terdiam tak menghiraukan ucapan Liam. Ia hanya melirik sekilas Liam yang sedang menggoyangkan lengannya seraya menatap penuh harapan pada David."Daddy,ayo kita berangkat! Liam sudah siap kok! Ayo Daddy!" Ajak Liam dengan semangatnya.Anne yang tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini pun menghampiri keduanya dengan tatapan bingungnya."Ada apa ini? Liam? David?" Tanya Anne."Oma, Daddy tadi mengajak Liam pergi ke Taman. Iya kan,Daddy?" Uja
Liam pun menolehkan kepalanya dan senyum manisnya langsung menghiasi wajah tampannya. Semangatnya yang menghilang itu mendadak penuh kembali ketika melihat sosok yang sangat ia ingin temui kini berdiri tidak jauh darinya."MOMMYYY~"Dengan sedikit berlari, Liam segera menghampiri sosok wanita tersebut dan kedua tangannya merentang lebar seakan siap memeluk sang mommy. Begitupun dengan Mia yang juga ikut melebarkan tangannya ingin menyambut pelukan murid kesayangannya itu.Keduanya berpelukan dengan erat seakan tak ingin saling memisahkan."Liam pikir mommy tidak datang. Liam hampir pulang, Mommy." Ujar Liam."Maafkan mommy jika datang telat, hm?" Balas Mia yang langsung diangguki oleh Liam. Mia sebenarnya tidak telat, ia tidak berpikir jika Liam akan datang ke taman mengingat betapa ketatnya sang Oma kemarin. Namun, entah kenapa ia tetap mencoba datang untuk sekedar memastikan saja dan menunggu sebentar. Ini semua diluar ekspektasinya ketika meliha