Beranda / Pernikahan / My Cassanova Husband / 9. Kamar Kita Terpisah?

Share

9. Kamar Kita Terpisah?

Penulis: Rosa Uchiyamana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Om pakai parfum cewek ya?!"

“Apa?”

Lavina mendekati Auriga dan mengendus kaos pria itu di bagian dada. Auriga langsung mundur selangkah, jari telunjuknya mendorong dahi Lavina supaya menjauh.

“Apa yang kamu lakukan?” Satu alis Auriga terangkat.

“Ish!” bibir Lavina mencebik. “Penampilan aja yang cool, tapi selera parfumnya aneh. Cowok, kok, malah suka pakai parfum cewek? Udah paling bener aku nggak suka sama tipe cowok kayak Om.”

Lavina geleng-geleng kepala prihatin lalu berjalan menghampiri lemari.

Auriga mengendus tubuhnya sendiri, terdiam sesaat, sebelum akhirnya melanjutkan langkah ke kamar mandi.

“Semalam Om nginap di mana? Kenapa nggak balik lagi ke sini?!” seru Lavina, yang membuat langkah Auriga terhenti.

Auriga mengembuskan napas dan menatap Lavina. “Di manapun saya menginap, itu—”

“Bukan urusanku!” Lavina menyela, melanjutkan kalimat Auriga. Ia tersenyum lebar dan membentuk huruf O dengan jari telunjuk dan ibu jari. “Oke! Aku tahu itu bukan urusan aku, jadi aku ngga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
oke masuh aman nih belum bertibgkah lagi om duda
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
baru kali ini ada pengantin seneng kamarnya terpisah ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Cassanova Husband   10. Sugar Babby

    “Saya nggak tahu selera baju kamu, jadi lemarinya masih kosong dan kamu bisa membelinya sendiri.” Auriga menyerahkan sebuah kartu gold pada Lavina. “Huh? Apa ini, Om?” Lavina mengerjap menatap kartu tersebut. Ia tahu itu kartu debet, tapi… untuk apa? “Ini bisa kamu gunakan untuk kebutuhan kamu. Saya akan transfer uangnya setiap bulan ke sini,” jelas Auriga seraya menatap Lavina dengan tatapannya yang masih tanpa ekspresi. “Jangan khawatir, ini sudah terisi untuk nafkahmu bulan ini. Gunakan dengan bijak. Dan ini…." Kali ini Auriga menyerahkan sebuah remot kecil pada Lavina yang masih tampan kebingungan. Dan kembali berkata, “Ini kunci mobil. Saya sudah menyediakan satu mobil buat kamu. Gunakan itu untuk keperluanmu.” Lavina tertegun. Matanya berkaca-kaca. Lidahnya pun mendadak terasa kelu meski banyak hal yang ingin ia ucapkan. Namun, yang bisa keluar dari mulutnya hanya…. “Terima kasih banyak,” lirihnya, “aku akan menggunakannya dengan bijak.” Lavina ragu untuk mengambil kartu da

  • My Cassanova Husband   11. Wishlist Aurora

    “Aurora?! Boleh aku masuk?!” seru Lavina sembari melongokan kepala di celah pintu kamar Aurora yang terbuka, bibirnya tersenyum lebar.Aurora sedang menulis di meja belajar. Anak itu menoleh dan tersenyum, lalu mengangguk.Setelah mendapat izin, Lavina pun menghampiri Aurora. “Hey, rajin sekali! Pagi-pagi udah belajar aja ya?” candanya dengan senyuman lebar yang masih terpatri di bibirnya.Aurora terkikik sembari menutup buku lalu memeluknya di dada, seolah takut buku itu akan direbut Lavina. “Aunty nggak boleh lihat!”“Eh?”Lavina terkejut hingga langkahnya mendadak berhenti di dekat meja.Bukan. Ia bukan terkejut karena Aurora terlihat memiliki rahasia di buku itu. Namun, Lavina terkejut karena panggilan aunty yang Aurora lontarkan barusan.“Aun… ty?” gumam Lavina. Padahal sejak awal bertemu, Aurora selalu memanggilnya mommy. Ada apa dengan anak ini?Aurora turun dari kursi, lalu menggenggam tangan Lavina dan menariknya ke tepian tempat tidur. Keduanya duduk di sana berdampingan.“A

  • My Cassanova Husband   12. Do'a Lavina

    “Om manggil aku? Ada apa?” Lavina menghampiri Auriga yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.Auriga menoleh, satu alisnya menukik ke atas melihat rambut Lavina yang basah. “Saya sudah nyiapin hairdyer di kamar kamu.”“Oh, itu.” Lavina meraba rambutnya sendiri. “Aku lebih suka rambut kering secara alami. Kasihan banget rambut aku kalau terus-terusan dipanasin hairdryer,” katanya sambil melompat duduk di samping Auriga, yang membuat Auriga sedikit berjengit.“Bisa duduk pelan-pelan? Ini sofa, bukan tempat sirkus,” desis Auriga dengan nada kesal.Lavina menyengir lebar. “Maaf.”Kemudian Lavina merebut remote televisi di tangan Auriga tanpa permisi dan memindahkan channel sesuka hati.Rahang Auriga mengetat, ia mengembuskan napas dengan kasar.“Ada yang mau saya bicarakan sama kamu, sesuatu yang cukup serius.” Auriga merebut remote itu kembali dan menaruhnya di meja. “Fokus ke saya, jangan ke televisi.”“Baiklah….”Lavina mengubah posisi duduknya menjadi menghadap Auriga, kakinya

  • My Cassanova Husband   13. Jangan Memanggil Om

    “Bagaimana? Apa Daddy sudah terlihat seperti seorang pilot sejati?" “Hm! Seragam itu bikin Daddy terlihat seperti pahlawan di film-film! Aku bangga sama Daddy!” Langkah kaki Lavina terhenti di depan pintu kamar Aurora saat mendengar percakapan ayah dan anak itu yang samar-samar karena pintunya tertutup. Tawa Auriga terdengar menggema. “Daddy sayang kamu, bahkan jauh lebih sayang dari apapun di dunia ini. Ingat itu baik-baik, hm?” “Iya, Daddy. Aku tahu. Aku juga sayang Daddy! Cepat pulang lagi ya, Dad!” “Hmm….” Suasana di dalam kamar tiba-tiba hening. Lavina yakin di dalam sana, Auriga sedang memeluk putrinya sebelum berpisah untuk beberapa minggu ke depan. Pintu tiba-tiba terbuka. Lavina terkejut tapi tidak bisa menghindar atau pergi dari sana dalam waktu sepersekian detik. Oh, sungguh! Auriga pasti mengira Lavina sedang menguping, walau kenyataannya memang begitu. “Oh? Sedang apa kamu di sini?” tanya Auriga dengan ekspresi datar saat sosoknya muncul di pintu dengan seragam p

  • My Cassanova Husband   14. Lavina Terluka

    Lavina duduk di salah satu kursi di kantin sekolah, lagu BTS berjudul Spring Day yang mengalun merdu dari headset, membuatnya merasa mengantuk. Dia bosan karena tidak melakukan apa-apa selama menunggu Aurora belajar, hampir dua jam ia duduk di sini. Namun, tiba-tiba, bel sekolah berbunyi nyaring, Lavina seketika terlonjak dan kepalanya terantuk. Buru-buru ia melepas headset dan menghabiskan sisa minumannya. Lavina berlari-lari kecil menuju kelas Aurora. Tubuhnya yang mungil dibalut kaos putih oversize dan celana jeans. Banyak orang mengira ia adalah kakak yang sedang menunggu adiknya sekolah. Setibanya di depan kelas, Lavina menghela napas lega karena Aurora belum keluar. Sebab anak itu akan menangis jika tidak melihat Lavina saat keluar kelas. Jadi, Lavina selalu siaga berdiam diri di dekat pintu setelah bel berbunyi. “Mommy Lavina….” Aurora menghambur dan memeluk Lavina saat pintu sudah terbuka. Lavina memeluknya dan mengamati ekspresi Aurora yang sedikit lebih cerah daripada h

  • My Cassanova Husband   15. Janji Yang Tak Ditepati

    Auriga keluar dari kokpit pesawat dengan langkah mantap. Wajahnya dipenuhi kepuasan setelah berhasil menyelesaikan penerbangan dengan sukses.Dia melepas topi pilotnya dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan akibat topi itu.Sementara matahari perlahan turun ke cakrawala, dia menyusuri lorong bandara menuju terminal.Di sampingnya, tas pilotnya yang setia menemani setiap penerbangan diajaknya pergi.“Capt!”Seseorang yang memanggilnya membuat langkah Auriga terhenti. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Arnold sedang berjalan tergesa menghampirinya.Arnold adalah co-pilot yang membersamai Auriga dalam penerbangan kali ini. Dia lelaki berkebangsaan Australia dan usianya lima tahun lebih muda dari Auriga. Pembawaannya selalu tampak ceria.“Setelah ini kau mau langsung kembali ke Indonesia?” tanya Arnold dalam bahasa Inggris sembari tersenyum lebar.“Ya, penerbangan ke Jakarta tiga jam lagi.” Auriga melirik arloji, bahkan ia tidak punya waktu untuk kembali ke apartemen lebih dulu

  • My Cassanova Husband   16. Kecewa

    “Kok, Daddy belum sampe-sampe ya, Mom?” tanya Aurora tak sabaran sembari menggeliatkan tangannya ke atas. “Sebentar, Mommy telepon Daddy dulu ya.”Sudah pukul 22.30 tapi Auriga tak kunjung datang. Lavina lantas menelepon Auriga, tapi yang menjawab justru malah suara operator wanita. Nomor Auriga tidak aktif.Tak menyerah, Lavina mencoba menghubunginya lagi dan lagi.Hasilnya tetap sama.Ia mulai khawatir terjadi sesuatu pada pesawat yang ditumpangi Auriga dari Sydney ke Jakarta. Auriga menumpangi pesawat komersil, dia berstatus sebagai penumpang, bukan pilot.“Kita tunggu saja, ya. Semoga aja sebentar lagi Daddy pulang. Mommy nggak bisa menghubungi nomor telepon Daddy kamu,” ujar Lavina setelah mengirim beberapa pesan kepada Auriga yang hanya ceklis satu.“Iya, Mom,” lirih Aurora yang terlihat mulai bete.Keduanya kembali menonton televisi, tapi antusiasme yang semula terlukis di wajah Aurora kini perlahan-lahan hilang. Air muka Aurora tampak murung dengan bibir cemberut. Meski tidak

  • My Cassanova Husband   17. Terlupakan

    “Maaas… akhirnya kamu pulang juga.” Apa? Mas? Siapa yang meminta Lavina memanggilnya ‘mas’? Auriga berhenti melangkah di ambang pintu rumahnya, saat Lavina berseru dengan wajah ceria sembari menghampirinya. Auriga tercengang melihat penampilan Lavina yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari penampilan biasanya. Biasanya, Lavina selalu mengenakan kaos atau hoodie kedodoran dipadukan dengan celana jeans atau celana pendek rumahan, yang membuat gadis itu tampak seperti anak SMA. Namun, pagi ini, Lavina terlihat feminin dengan dress putih selutut, berlengan panjang tapi kainnya transparan di bagian lengan. Sebagian rambutnya diikat di belakang kepala dengan aksen pita, sebagiannya lagi dibiarkan tergerai ke bawah bahu. “Mas, kamu pasti capek. Ayo masuk.” Lavina tersenyum lebar sembari menggandeng lengan Auriga. Bik Nimah menghampiri untuk mengambil koper sang majikan dan membawanya ke dalam rumah. Auriga menatap Lavina dengan kening berkerut, ia masih belum mengerti dengan

Bab terbaru

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 9

    Auriga menghela napas panjang, perintah Lavina sulit untuk ia bantah. Akhirnya ia pun melajukan kendaraannya meninggalkan tempat tersebut. Auriga melirik Aurora melalui kaca spion tengah.“Sayang, gimana latihannya?”“Em… kayak biasa aja, Dad.” Aurora mengedikkan bahu sambil mencubit pipi Melody dengan gemas. “Nggak ada yang spesial, tapi juga nggak ngebosenin.”“Kenapa dia ikut kamu ke sini?”“Farel?”“Iya.”“Farel cuma mau lihat aku latihan, Dad.”“Memangnya kenapa dia harus nonton kamu latihan?”“Daddy….” Aurora merotasi matanya dengan malas. “Daddy mulai, deh. Aku tahu Daddy melarang aku pacaran, dan aku emang nggak niat pacaran. Okay? Aku dan Farel cuma teman biasa aja. Jadi, Daddy stop bersikap posesif.”Auriga mengembuskan napas, dan ia tidak puas dengan jawaban Aurora. Namun sentuhan lembut Lavina di pahanya membuat Auriga memfokuskan matanya kembali ke arah jalanan.Lavina yang sejak tadi mendengarkan dan tidak mau pembahasan itu menjadi panjang lebar, buru-buru ia mengalihkan

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 8

    Selepas menjemput Samudra dan Melody di rumah orang tuanya, kini Auriga melajukan kendaraannya menuju tempat les biola untuk menjemput Aurora.Sore ini ibukota kembali di guyur hujan. Lavina memandang ke luar, memperhatikan tetesan hujan yang jatuh ke kaca pintu mobil. Akan sangat menyenangkan jika ia menikmati secangkir kopi hangat sambil membaca buku dan menikmati musik yang merdu.Namun, yang terjadi pada kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Di dalam mobil ini, alih-alih menikmati lagu yang romantis, Lavina justru harus mendengar lagu Cocomelon yang berjudul Wheels on the Bus, diiringi gelak tawa dan celotehan kedua putranya di kabin belakang.“Love….”“Hm?” Lavina menoleh saat Auriga memanggilnya. Pria berkaos polo hitam itu menumpukan siku di pintu sambil mengusap-usap dagu, sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Lavina. Mobil sedang berhenti di lampu merah.“Kenapa, Mas?” tanya Lavina kemudian.“Kamu tahu nggak, ada berapa banyak rintik hujan yang j

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 7

    5 tahun kemudian.Di luar rumah langit terlihat mendung, tetesan-tetesan gerimis berjatuhan ke atas dedaunan dan tanah kering yang menimbulkan aroma khas.Gemerisik daun dari pepohonan yang memagari rumah mewah tersebut terdengar berisik saat angin sepoi-sepoi menerpanya.Cahaya matahari seakan enggan menerobos masuk ke dalam kamar karena tertutupi awan kelabu. Suasana terasa hening di dalam kamar yang didominasi warna putih itu.Di dinding yang bersebrangan dengan ranjang, terlihat sebuah foto yang terbingkai, berukuran besar, menggantung di sana. Jika dulu dalam foto itu hanya ada empat anggota keluarga, sekarang sudah bertambah satu orang lagi.Foto itu diambil di sebuah studio foto, dengan background bunga-bunga kering yang bernuansa vintage. Kelima orang itu memakai pakaian senada,

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 6

    Suasana di dalam restoran malam itu tidak begitu ramai, tapi juga tidak sepi. Musik klasik mengalun merdu di seluruh penjuru ruangan. Lavina mengibaskan rambut bergelombang sepunggungnya ke belakang. Matanya tertuju pada meja yang terletak di dekat pintu masuk. Auriga, Aurora, Flora dan Jiro duduk di sana.Lavina mengembuskan napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak cemburu melihat pemandangan tersebut.Lavina tahu, Auriga juga tidak ingin ada di sana, tapi karena Aurora yang meminta ditemani untuk mengobrol dengan Flora—setelah Flora memohon-mohon agar diizinkan bicara dengan Aurora, akhirnya Auriga pun menemani Aurora sejak lima menit yang lalu.“Mama… Mama….”Celotehan Samudra yang duduk di baby chair, membuat Lavina mengalihkan pandangan dari mereka, ke arah anaknya yang sedang memakan biskuit.Lavina terkekeh karena bibir dan tangan Samudra belepotan. Ia mengambil tisu basah untuk membersihkan tangan dan mulut anak berkulit putih itu.Samudra memanggil-manggil ayahnya sam

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 5

    “Capt, perempuan kalau lagi marah, jangan didiamkan. Bujuk dan rayu dia sampai luluh. Karena kalau di silent treatment, marahnya bakal menjadi-jadi.”Auriga mengangkat satu sudut bibirnya sembari mendengarkan nasihat Fredy—copilot yang terbang bersamanya hari ini, yang berbicara dengan nada bijak itu.“Aku tahu.” Dan kepala Auriga sedang menyusun rencana, setelah selama penerbangan pikirannya ia tumpahkan untuk pekerjaan. Sekarang, saat ia kembali ke Jakarta, barulah ia memikirkan cara untuk membuat Lavina luluh kembali.“Pantas saja dari pagi kamu nggak ceria, ternyata gara-gara istri marah, toh.” Fredy tersenyum kecil. “Melihat gimana cara kamu memperlakukan istrimu, kurasa kamu sangat mencintai dia.”Auriga mengangguk, mengiakan ucapan lelaki yang duduk di hadapannya itu. “Begitulah,” jawabnya sambil terkekeh. “Dia sangat istimewa.”Pada saat yang sama, deringan ponsel Auriga berhasil menginterupsi percakapan mereka.Auriga mengangkat panggilan tersebut dan menempelkan ponsel di te

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 4

    Auriga memandangi Lavina dengan kening berkerut. Ia duduk di sofa, menyamping menghadap Lavina dengan satu tangan bertumpu di dagu. Sementara itu yang dipandangi tengah asyik membaca buku sambil ngemil keripik kentang.“Love, sejak kapan buku lebih menarik dipandangi daripada wajahku, hem?” Auriga akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak bersuara.“Sejak hari ini,” jawab Lavina enteng, suara kriuk terdengar begitu nyaring saat ia menggigit keripik kentang itu yang sengaja dikeraskan.“Kamu tahu? Dari tadi siang kamu aneh banget, Love.”“Masa?”Iya, sejak tadi siang Auriga merasakan ada yang aneh dengan sikap Lavina. Perempuan itu memang tidak ketus, tapi justru dia terlihat cuek pada Auriga. Seperti saat ini contohnya, entah sudah berapa puluh menit Auriga duduk di sampingnya, tapi Lavina malah asyik membaca novel roman picisan.“Kamu mengabaikan suami kamu sendiri, Sayang. Aku di sini dari tadi, lho, nunggu perhatian dan kasih sayang dari kamu.”Mata Lavina merotasi matanya denga

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 3

    Sore harinya, Auriga kembali ke kamar setelah pulang dari mini market untuk membeli makanan ringan pesanan Lavina dan Aurora.Begitu memasuki kamar, ia melihat Lavina sedang mondar mandir di tengah ruangan sambil menggigit kuku ibu jarinya.“Love, aku pulang. Camilannya mau dimakan sekarang?”Lavina tidak menjawab, dan ia masih asyik dengan pikirannya sendiri sambil terus mondar-mandir.Auriga merasa kebingungan, apa yang sedang Lavina pikirkan sampai-sampai dia tidak menyadari kedatangannya? Setelah menaruh kantong belanjaan di meja, Auriga lantas mendekati Lavina dan memeluk pinggangnya, yang membuat Lavina terkesiap dan membulatkan mata saat menatap Auriga.“Mas, bikin kaget aja, deh,” gerutu Lavina dengan bibir merengut.“Memangnya kamu nggak dengar suaraku barusan dan nggak sadar aku datang?”Lavina menggeleng. Ia sempat menahan napas saat Auriga mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.“Mikirin apa memangnya, hm?” tanya Auirga setelah menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata La

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 2

    Ah, itu. Auriga mengusap wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sama sekali tidak ingat dengan kejadian itu. Sungguh.Selain karena sudah berlalu begitu lama dan terlalu banyak wanita yang pernah menghabiskan malam dengannya, Auriga juga tidak pernah mengingat-ingat apa yang telah ia lakukan bersama mereka. Urusan mereka telah selesai ketika pagi menjelang.“Bagi saya masa lalu sudah selesai,” ucap Auriga sambil tetap memegangi Samudra yang berkecipak di dalam air. “Empat tahun yang lalu, satu tahun yang lalu, bahkan kemarin… semuanya sudah selesai. Kita nggak perlu membuka lagi apa yang sudah kita tutup. Kamu pasti mengerti maksud saya."Hanya itu yang Auriga ucapkan, yang membuat wanita cantik itu melongo dan kemudian ekspresi wajahnya berubah jengkel dan memerah.“Sialan,” desis wanita itu, sebelum akhirnya meninggalkan Auriga dan keluar dari kolam renang.Wanita yang tadi sempat memuji Samudra terheran-heran melihat wanita itu tiba-tiba berwajah muran. Lalu ia menyusul temannya itu ya

  • My Cassanova Husband   Extra Chapter 1

    Cantik.Hanya satu kata itu yang terlintas di pikiran Auriga, ketika ia membuka mata dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Lavina, yang hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dari wajahnya.Auriga mengulum senyum. Jemarinya terulur, menyingkirkan helaian rambut dari dahi wanita yang berpenampilan polos itu.Setiap pagi, ketika membuka mata, Auriga selalu disambut dengan kehadiran Lavina di sisinya. Sehingga tidak ada alasan bagi Auriga untuk tidak semangat menjalani hari.“Aku sayang kamu, Lav,” bisik Auriga sebelum mendaratkan kecupan di pipi Lavina dengan mesra.Perlahan ia bangkit dari tidur dan membetulkan letak selimut Lavina. Udara dingin dari AC pasti membuat Lavina kedinginan, tubuhnya masih polos setelah mereka menghabiskan malam yang sangat panjang dengan panas dan mesra.Bel yang berbunyi berkali-kali membuat Auriga buru-buru melompat dari tempat tidur. Ia memunguti pakaiannya yang tergeletak di lantai dan sofa setelah semalam ia melemparkannya dengan tak sab

DMCA.com Protection Status