Malam harinya seusai pelatihan shuffle di taman kota itu, mereka berdua tiba di kediaman Dion. Dion yang baru saja memarkirkan motornya di halaman depan rumah, di ikuti Maxim di belakangnya.
"Mah, Dion udah balik" Ucap Dion memberi salam.
"Tante, Maxim pulang" teriak Maxim sembari melepas helm di kepalanya.
Bu Sisi yang mendengar suara anaknya dan Maxim, segera keluar dari kamar tidurnya. Dan menyambut mereka dengan pelukan hangat.
"Sini makan, lapar pasti. Kalian habis dari mana aja?" tanya Bu Sisi.
"Tadi Dion habis latihan dance shuffle mah, kaya biasanya." sahut Dion.
"Habis anterin cewek juga tante." ledek Maxim sambil mengunyah ayam di mulutnya.
"Bener itu Dion?" tanya Bu Sisi.
"Iya mah, adik kelas doang kok. Kasihan tadi gak ada yang jemput" timpal Dion.
Maxim yang mendengar jawaban Dion itu hanya berdehem, mengkode Bu sisi jika Dion itu berbohong. Tetapi Bu Sisi hanya mengangguk saja dan lanjut menemani mereka berdua makan.
***
Setelah selesai, mereka berdua pergi ke kamar Dion yang berada di lantai 2. Samar-samar terdengar suara Bu Sisi berteriak agar mereka segera mandi. Dion yang mendengar suara samar itu hanya menjawab, "iya mah" lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Mengambil ponselnya, ternyata baterai hpnya sudah mulai lowbat. Lalu Dion membuka w******p yang sedari tadi muncul beberapa notif masuk. Dibukanya aplikasi itu, ia mendapatkan beberapa chat dari adik kelasnya.
Ia hanya tersenyum kecil, dan membalas pesan tersebut satu persatu. Di sebelahnya ada Maxim sedang asyik main game. Setelah membalas pesan itu lalu Dion berbalik badan ke arah Maxim, "clubbing yok" ucap Dion lirih.
Maxim yang mendengar itu langsung melotot dan mematikan ponselnya. "Lu serius bas?" tanya Maxim ragu-ragu.
"Serius gua, nanti bilang nyokap nongkrong aja. Disini juga ada kan cafe yang buka 24 jam, kita izin kesana aja." sahut Dion lagi.
"Siap beres, gua bantuin izin ke nyokap" ucap Maxim.
***
Sekarang jam menunjukan pukul 23.00 malam. Di kamar Dion, mereka berdua sedang bersiap-siap untuk pergi clubbing.
Tak lama, mereka menuruni anak tangga untuk menemui Bu Sisi di kamar tidurnya. Tetapi di rumah juga sudah ada Pak Johan yang sudah tertidur lelap di sebelah Bu Sisi. Dengan lirih Dion mengetuk pintu kamar Ibunya itu.
'Tok tok'
"Mah, Dion sama Maxim pamit nongkrong bentar ya"
"Iya tante pamit dulu ya"
(Ucap mereka berdua secara bergantian)
Bu Sisi yang mendengar suara dari balik pintu kamar tidurnya, hanya mengiyakan saja lalu kembali tertidur.
Setelah dirasa berhasil, mereka segera cabut dari rumah Dion. Dan mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, yang artinya mereka sedang melaju sangat kencang.
***
Tiba lah mereka di sebuah gedung di daerah pusat kota. Memarkirkan motornya, lalu bergegas masuk.
"Bas, kan kita masih dibawah umur emang bisa masuk ya?" tanya Maxim penasaran.
"Tenang, gua punya kenalan disini Max" balas Dion santai.
Style mereka kali ini sama-sama memakai pakaian serba hitam, super elegan.
Dion berjalan di depan Maxim dan berbicara 4 mata kepada petugas disana. Lalu Maxim tak sengaja melihat Dion yang memberikan tip agar mereka bisa masuk ke dalam.
***
Mereka berhasil lolos, suasana di dalam sungguh menggelegar. Alunan musik edm terdengar kencang. Dion dan Maxim menuju bar dan memesan 2 botol minuman.
"Kali ini gua dulu yang bayarin." ucap Dion di dekat telinga Maxim.
Maxim hanya mengangguk saja.
***
Perlahan mereka sudah meneguk minuman itu, rasanya aneh tapi membuat kecanduan. Tak sadar mereka sudah berdiri, menggerombol di kerumunan yang sedang asyik berjoget ria.
Lalu setelah sekian lama mereka minum dan berada disana, Dion tertarik oleh salah satu cewe di depannya. Ia hanya mengkode Maxim memberitahu kalo cewe di depannya membuatnya tertarik.
"Bungkus lah" ujar Maxim terkekeh.
"Nantangin" ucap Dion sembari berjalan menghampiri cewe itu.
Sesampainya, Dion hanya mengangkat alisnya ke arah Maxim, memberitahu Maxim kalo dia tidak akan gagal.
"Keras banget ya musiknya." ucap Dion di sebelah telinga cewe itu.
Sontak kaget cewe itu mendengar, dan ia hanya tersenyum menjawab, "iya nih, barusan?" katanya.
"Iya belum lama sih, btw namanya siapa?" sahut Dion lagi.
"Oh kenalin gua Angel, kalo lo?"
"Alexandra Dion Baskara"
(Mereka saling berjabat tangan memperkenalkan diri satu sama lain)
"Cakep juga namanya" kata Angel.
Dion yang mendengar hanya tersenyum dan menatap mata Angel. Terdiam beberapa saat dan merapikan rambut Angel yang berantakan ke belakang telinganya, lalu perlahan memulai mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Angel.
Angel gadis yang terlihat seperti blasteran itu, hanya terdiam memandangi wajah Dion yang semakin dekat dengannya.
Dion yang melihat respon gemas Angel sudah tidak tahan, dan mengecup bibir merahnya itu.
Rasa yang tidak pernah Angel dapatkan sebelumnya, rasa yang tidak bisa ia jelaskan. Sungguh candu, dan membuatnya semakin ganas.
Tetapi kejadian itu sirna sudah, ketika Maxim menepuk kepala Dion dari belakang.
"Pamit dulu ya, lu hati-hati Bas. Gua mau senang-senang dulu" ucap Maxim setengah sadar, dan berjalan sempoyongan.
"Dajjal" teriak Dion sembari merangkul Angel dan mencium pipinya.
***
Sekitar pukul 03.00 pagi Dion membuka ponselnya dan menelfon Maxim. Ia masih berada di area clubbing tersebut. -Berdering-
"Dimana lu!" teriak Dion.
"Apaan bangke! ganggu aja. Balik lu dicariin nyokap. Gua dah bilang lu nginep tempat gua, serah lu mau balik kemana sekarang." sahut Maxim kencang dibalik layar ponsel milik Dion.
"Ya udah gua check in. Thanks Max" lalu ia menutup telfonnya.
Dion memesan kamar di hotel bintang 5 yang berada tak jauh dari tempat ia clubbing. Kali ini Dion seorang diri tak mengajak siapapun.
Setelah urusan selesai di resepsionis, ia langsung menuju kamarnya 304 dan merebahkan badannya di atas kasur. Tak butuh waktu lama Dion sudah tertidur pulas.
***
Keesokan paginya. Jam sudah menunjukan pukul 06.30 pagi. Telepon Dion berdering, terlihat nama tertera disana 'nyokap'. Dion yang terbangun karena suara telfon tersebut langsung meraba meja kecil yang berada di sebelah kasurnya itu, dan mengangkatnya.
"Halo" ucap Dion dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Kamu habis kemana aja? Nginep tempat Maxim ya? Buruan pulang sarapan di rumah terus sekolah udah jam berapa ini Dion." ucap Bu Sisi.
"Iya mah, Dion jelasin di rumah. Dion otw balik dulu." Lalu ia mematikan telfonnya dan bergegas check out.
***
Sampai lah Dion di depan rumahnya, lalu ia bergegas masuk dan lari sekencang-kencangnya menuju lantai 2. Dion takut kalo Bu sisi ibunya sampai mencium bau alkohol di bajunya itu.
Setelah berhasil lari, Dion masuk kamar. Lalu mandi, Lanjut siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Dan tak lupa ia mensemprotkan parfum ke baju yang sudah kena alkohol itu.
***
Ia turun dan sarapan bersama Pak Johan serta Bu Sisi. Meminum susu dan memakan 1 buah sandwich telur kesukaannya. Tak lama ia sudah selesai sarapan, dan mencium tangan ibunya pamit untuk berangkat sekolah.
***
Gerbang sekolah sudah hampir di tutup, tetapi untungnya Dion sudah sampai dan langsung menerobos masuk ke dalam, memarkirkan motornya di halaman samping sekolah.
(Fun fact kejadian di club semalam, Dion dan Angel sempat mampir ke dalam toilet untuk menemani Angel yang katanya takut untuk buang air kecil sendirian. Alih-alih mereka juga sempat melakukan mirror selfie, yang dimana Dion memeluk erat Angel dan menjatuhkan kepalanya di pundak Angel. Sedangkan Angel menutupi wajahnya dengan ponsel iphone miliknya.)
Sebelum memasuki ruang kelas, Dion sempat mengunggah foto hasil jepretannya semalam di toilet club itu dengan Angel. Lalu mematikan ponselnya dan berjalan menuju ruang kelas.
Saat ia sedang berjalan tiba-tiba datang lah Maxim dan merangkul Dion.
"Berita lu udah kesebar." bisik Maxim.
"Berita apa? yang mana?" jawab Dion penasaran.
"Lu abis kasih first kiss ke Zelen kan?" tanya Maxim.
"Iya, kenapa?"
"Kesebar goblok. Ya Allah Ya Tuhan" ucap Maxim yang pasrah.
"Terus? biarin aja, lagian cuma kecup doang. Gua mah santai orangnya, barusan tadi gua posting foto sama cewe semalam di club." sembari mengangkat alisnya itu.
"GILA LU, GA WARAS." teriak Maxim yang berjalan mendahului Dion ke ruang kelas.
"Lebih parah lu kali! dasar babi!" sahut Dion tak mau kalah.
Maxim yang sudah sampai terlebih dahulu di kelas, dan disusul Dion. Mereka berdua duduk di satu bangku yang sama, dan asyik bermain dengan ponselnya masing-masing.Dari luar tanpa sadar Zelen datang, memasuki ruang kelas Dion. Dan menghampiri Dion yang sedang menunduk melihat layar ponselnya, suasana di kelas cukup hening. Ada beberapa siswa yang sadar Zelen masuk ke dalam ruang kelasnya, dan sisanya sibuk dengan dunianya sendiri.Zelen yang sudah mendapati Dion di depan matanya itu, langsung membalas kecupan di pipi kirinya. Suatu kecupan lembut mendarat, membuat Dion tidak fokus dan menoleh.Terkejut dan sempat kebingungan, Zelen hanya tertawa kecil melihat respon Dion yang aneh. Sementara Dion baru mengingat ia pernah memberikan first kiss kepada Zelen beberapa hari yang lalu.Lalu tangan Dion mengelus pipi sebelah kanan Zelen dan mencubitnya pelan, dan berkata"Habis balas dendam ya?" sembari tertawa kecilZelen hanya t
-Angel-Pagi harinya Angel terbangun, ia bingung dia sedang tidur dimana. Ia melihat sekeliling dan memilih untuk duduk.Setelah beberapa menit, ia tersadar sedang berada di hotel tak jauh dari tempat club semalam. Ia juga sadar bahwa malam sebelumnya sedang bersama Dion. Ia syok dan segera menghubungi Dion, menanyakan apa yang sebenarnya terjadi semalam sampai ia berada di hotel tersebut.Tapi sebelum ia menelfon Dion, ia melihat secarik kertas di atas meja kecil di sebelah kasurnya. Kertas berwarna putih dengan tulisan singkat, dibacanya, yang isinya'Hai Angel lo ga gua apa-apain, semua tagihan hotel udah gua bayar semalam. Jan lupa sarapan dulu sebelum check out, sorry.'Membaca pesan itu hati Angel merasa lega, walaupun belum sepenuhnya. Ia tak jadi menelfon Dion, ia percaya Dion tidak melakukan hal aneh kepadanya.Tanpa pikir panjang Angel segera mandi dan breakfast lalu pulang, seperti yang Dion ucapkan.
Keesokan harinya. Hari ini hari jumat, biasanya tidak diadakan pelajaran khusus, melainkan kegiatan pramuka yang dipimpin oleh para Dewan Penggalang (DP). Salah satu dari anggotanya adalah Dion. Dewan Penggalang yang dingin, dan tidak banyak bicara. Itu lah Dion disaat berperan menjalan tugasnya di sekolah.Dimulai dari pukul 07.00 pagi hingga pukul 02.00 siang. Akan diisi dengan kegiatan PBB.***"Sayang, kamu kuat berangkat sekolah hari ini? Ada kegiatan pramuka loh biasanya, atau kamu mau izin dulu?" ucap Bu Sisi menyambut kedatangan Dion yang sedang menuruni anak tangga ke lantai 1Dion yang sedang berjalan menanggapi kekhawatiran ibunya, menghampiri dan memeluknya, dan berkata"Gak apa mah, Dion kuat. Pamit dulu ya, nanti kalo ada apa-apa aku kabari." sembari mencium tangan Bu SisiLalu berjalan menuju halaman rumah, dan menaiki motornya sambil melambaikan tangan ke arah Bu Sisi.***Akhirnya sampai
Hujan mulai turun, hari sudah sore. Padahal jalanan licin sekali, rawan kecelakaan. Tetapi Dion tak peduli, ia terus mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.Ia basah kuyup, dari atas sampai bawah. Air hujan terus mengucur deras dari pakaiannya. Sesekali ia berhenti di lampu merah, membuka benik baju seragamnya itu, membiarkan perut kotaknya terlihat. Dingin pasti, tetapi jarak antara rumah Zelen dan Maxim cukup jauh.***Setelah hampir setengah jam perjalanan, ia tiba di rumah si Max. Langsung memarkirkan motornya di halaman depan, dan mengambil ponselnya di dalam saku celana.Ponselnya basah, alhasil tidak bisa menyala. Akhirnya mau tidak mau, ia harus memencet bel rumah Maxim sampai di buka kan pintu rumahnya.'Ting tong ting tong ting'"Keluar bangke! Gua menggigil." umpatnya di dalam hati"Siapa? Hujan-hujan tidak menerima sumbangan." terdengar suara Maxim dari dalamDion yang
Dinner time dengan keluarga Bu Mala sudah selesai. Makanan semua ludes, apalagi bakwan gorengnya, Dion yang paling ketagihan. Sampai-sampai Bu Mala rela menggorengkannya lagi untuk Dion bawa pulang, alih-alih sebagai buah tangan untuk Bu Sisi. Campuran yang sangat perfect, bakwan dan cabai rawit di dalamnya. "Tante makasih banyak loh, sampai sengaja goreng bakwan baru buat Dion." ucap Dion "Sama-sama mas, hitung-hitung ini buat cemilan sambil nonton televisi sama keluarga di rumah." terbentuk senyuman kecil di bibirnya "Baik banget nyokap lu Max, tapi anaknya beda jauh." ledek Dion "Iya gua soalnya anak pungut, di tempat sampah nyokap nemu gua." jawab Maxim yang terlihat kesal di raut wajahnya itu Bu Mala dan Dion tertawa lepas mendengar jawaban Maxim yang ketus. *** "Ya udah tante, Dion pamit pulang ya udah malam jam 21.00 takut mamah khawatir." ucap Dion sembari berpamitan mencium tangan Bu Mala
Sesampainya di kantin, mereka mampir terlebih dulu ke warung Bi Sumi. Mereka berdua memesan mie ayam dan es jeruk manis sebagai minumannya."Biasa ya Bi di antar, kami ada di sebelah kanan pojok. Yang bayar si Max tagih aja dia bi." ucap Dion sambil memukul pelan lengan Maxim***Lalu mereka berjalan menuju kursi kosong di pojok sebelah kanan itu. Maxim yang menatap Dion, dan mengeluarkan berkasnya yang ia sembunyikan di dalam saku celana."Bas gua anggota osis sekarang." kata Maxim sembari memperlihatkan senyum liciknya"Hah?! Kapan lu jadi anggota osis?" sontak Dion terkejut, nada bicaranya yang tinggi membuat beberapa siswa di kantin sempat menoleh ke arah mereka"Santai kali bos." sahut Maxim tekekeh"Ada lah hari dimana Kak Robert whatsapp gua, dia milih gua juga bukan asal-asalan. Kata dia, gua punya potensi untuk jadi bendahara." sahutnya lagi"Dih bendahara apaan lu! Kak Robert itu ak
Ia benar-benar menurunkan kepalan tangannya, badannya membungkuk. Mukanya memerah. Seseorang yang memeluknya itu lalu membantu Dion untuk memundurkan langkahnya perlahan, dan menjauh dari Maxim beberapa langkah. Maxim yang akhirnya pingsan itu, sudah di bawa oleh tim PMR dan diobati di uks. Anak-Anak yang menonton masih diam di tempat, mereka syok bukan main. *** Lalu seseorang yang memeluk Dion, melepaskan pelukannya. Ia berjalan ke arah depan. Dion yang sedang membungkuk melihat sepasang kaki di depan matanya, lalu ia mengangkat pelan-pelan kepalanya untuk melihat sebenarnya siapakah orang ini? Ketika ia berhasil mengangkat kepalanya dan melihat, ternyata seseorang itu adalah guru Bahasa Indonesia yang mengajarnya di kelas 3. Guru favoritnya. Dion berkaca-kaca, air matanya hampir jatuh. Tapi guru ini sigap, ia langsung memeluk Dion. Seketika itu tangis Dion pecah, ia menangis terisak-isak.
Tak terasa Bu Sisi terlelap, ia langsung mengecek apakah putranya sudah tertidur atau belum. Ternyata Dion sudah tertidur pulas, walaupun matanya masih basah ada bekas air mata. Karena Dion sudah tertidur Bu Sisi segera meninggalkannya, dan turun ke lantai 1. Selagi turun Bu Sisi disambut oleh Maxel. Ia bertanya ada apa dengan kakanya itu. "Kenapa mah? Berantam lagi ya?" tanya Maxel penasaran "Gak, kakak kamu cuma kambuh aja. Udah kamu ikut istirahat ya, cape pasti kan pulang sekolah. Nanti bangun tidur kita dinner sekalian nunggu papah pulang." ucap Bu Sisi "Oke mah. Emangnya hari ini menunya apa?" tanya Maxel lagi "Hari ini mamah mau buatin kalian udang saos tiram dan kremesan. Gimana? Suka?" ucapnya sambil tersenyum "Pas banget mah. Mamah emang jagonya mix masakan, enak itu." ujar Maxel Lalu Maxel mencium pipi ibunya dan berpamitan untuk tidur, sedangkan Bu Sisi melanjutkan memasak d
Wisuda FeliciaHari ini, adalah hari dimana Felicia dinyatakan lulus. Selama kurang lebih 3 tahun, akhirnya Felicia telah melepas status putih biru. Felicia memakai kebaya pink dan memakai balutan hijab berwarna kuning keemasan. Jika ditanya bagaimana perasaannya? Sungguh sangat bahagia, akhirnya ia bisa melanjutkan masa putih abu-abunya.H-2 sebelum wisudaHubungan Felicia dengan Arden terbilang baik-baik saja dan harmonis. Kemarin saja ia baru mengantarkan Felicia pulang. Namun setelah hari dimana pasangan muda ini bertukar sandi akun media sosialnya, Felicia segera log in memakai akun media sosial milik Arden. Selepas pulang sekolah, Felicia memilih duduk santai di teras depan rumah. Ia sibuk berkutat dengan ponselnya, mencoba mengetik sandi akun sembari menutupi matanya. Ia sangat gugup, apa saja yang ada di dalam akun media Arden? Dan boom! Felicia berhasil log in, ia masih membiarkan tampilannya berada di beranda. Lalu mulai menscroll perlaha
Beberapa jam kemudian, suara bel telah berbunyi. Menandakan waktunya para siswa dan siswi pulang, Iris yang sedang menjalankan misinya segera mencari Felicia. Ia benar-benar mencengkeram tangan Cia erat, seperti sedang menjaga mangsa agar tidak kabur. Felicia hanya menurut saja, ia diam dan tak banyak bergerak. Ketika Iris menarik-narik tangannya, sambil berjalan. “Fel, sebenarnya lu tau ga sih?” tanya Iris.“Tau apaan?” “Kak Dion itu kasih kamu kado,” ucap Iris lagi.“Iya? Tapi ga mungkin, kita berdua belum lama kenal.” “Ih gua serius, makanya lu nanti mampir ke rumah gua dulu.” Percakapan mereka berakhir begitu saja, keduanya fokus berjalan menatap depan dan mempercepat langkah kakinya. Di bawah sinar matahari yang terik, di tengah-tengah ramainya kendaraan berlalu lalang. Sampai perjalanan mereka sudah cukup dekat, Iris dan Felicia sedang bersiap-siap menyeberan
Felicia semakin penasaran, ia segera mempercepat laju langkahnya menyusul Serren. Ketika beberapa langkah lagi sampai di rumah Iris, mereka berdua terdiam. Ada perasaan gugup dan malu untuk sampai ke depan sana. “Ren, maju ga nih? Gua penasaran sih, tapi malu.” Ucap Felicia sembari memegangi tangan Serren. “Fel, lu gila ya? Sudah sampai sini, mau kita batalkan aja gitu? Jauh-jauh dong percuma. Ayo buruan.” Jawab Serren yang menarik balik tangan saudaranya. Akhirnya mau tak mau Felicia mengikuti langkah Serren, dan setelah sampai di depan rumah Iris. Sorot mata Felicia menangkap Iris yang sangat gugup dan gelisah seperti menyembunyikan sesuatu. Lantas Felicia memberanikan diri untuk menengok lebih jelas lagi, ke dalam ruang tamu. “Iris?” Panggil Felicia yang mencari sosok temannya ini. Iris pun menjawab dengan muka tegang terlihat jelas di seluruh wajahnya. “I-iya, sini Fel masuk.” T
Lumayan memakan waktu untuk sampai Mall yang mereka tuju. Sebuah Mall terkenal dan legendaris sejak dulu, kini Dion dan Iris sudah memarkirkan motor.Bergegas Iris turun dari motor Dion, ia menunggu lelaki paling bawel ini sedang melepas helmnya. Setelah itu mereka berjalan bersama menuju lantai atas, yaitu istana boneka. Keberadaan mereka sudah di depan mata pintu masuk, terdapat security sedang berjaga disana.Iris dan Dion segera memasuki ruangan itu, tetapi sebelumnya mereka diperiksa dulu dengan alat yang bernama Metal Detector. Ternyata semua aman, mereka melanjutkan langkahnya.Di ruangan seluas ini, terdapat macam-macam boneka. Mulai dari yang bentuknya beruang, panda, bebek, babi, monyet dan masih banyak lagi. Bahkan ada versi mininya, terdapat juga boneka barbie terpajang rapi di dalam rak.Dion sempat bimbang, ia meminta pendapat Iris kira-kira mana yang cocok untuk Felicia.“Ris sini lu.” Panggil Dion.“Ke
Dion yang sudah berjam-jam membersihkan toilet, lantas lemas. Ia bahkan tidak sempat membeli makanan ringan serta minuman dingin. Untungnya tersisa 1 toilet saja, ia segera membersihkannya cepat-cepat. Beberapa menit berlalu, kini Dion sedang meminta kunci motornya di dalam ruang guru. Setelah mendapatkan, ia segera pulang. Berlari menuju kamarnya, membilas tubuhnya dengan air dingin. Tubuhnya benar-benar lengket. Kemudian ia segera mengecek dapur, apakah ada makanan berat disana. Ternyata memang benar ada, ibunya sudah memasak sup ayam yang masih hangat. Bergegas lah ia mengambil sepiring nasi, dan siap melahap sup ayam itu. Selesai makan siang, Bu Sisi justru baru keluar dari kamar tidurnya. Ia menyapa Dion yang sedang mencuci piring.“Pulang jam berapa?” Celetuknya.“Belum lama Mah, Maxel mana? Tidur di kamar Mamah ya?” “Iya, ya sudah kamu giliran istirahat. Mamah juga ingin makan siang, lapar.”
Beberapa menit yang lalu Dion sudah membersihkan badannya dan memakai seragam sekolah. Ia segera turun ke lantai 1, untuk mengambil sepatu hitamnya. Tampilan Dion sungguh acak-acakan, wajahnya terlihat sendu. “Ko, sini sarapan dulu. Menu kesukaanmu nih, keripik bayam.” Ujar Bu Sisi, sembari menuangkan segelas susu di dalam gelas.Dion hanya mengangguk, ia tetap berjalan menuju ruang tamu. Sibuk memakai kaos kaki dan sepatunya. Tetapi ia tidak langsung beranjak pergi, Dion memilih diam dan melamun. Sampai Maxel dan Pak Johan sudah berlalu pergi, tanpa ia sadari. “Hati-hati Pah, Maxel pegangan nanti jatuh.” Pesan Bu Sisi. Setelah kepergian suaminya serta anak bungsunya, ia menoleh ke arah anak sulungnya, Dion. Yang sedari tadi duduk terdiam. “Kenapa lagi,” Ujarnya sambil mengernyitkan dahi. Kini Ibunya sudah duduk di sampingnya, membuat Dion menoleh dengan tatapan nanar. Ia langsung memeluk Bu Sisi,
Hari sudah malam, Felicia sedang merebahkan tubuhnya di kasur. Sedari tadi, ia sedang menunggu balasan pesan dari Arden. Sorot matanya menatap langit-langit kamar. Tiba-tiba pikirannya terbesit akan sosok kakaknya.Beralih mengambil ponselnya, lalu mencari kontak nama ‘Dion’. Ia segera mengetik pesan yang akan ia sampaikan.“Kak,” Panggilnya di dalam room chat.Beberapa menit kemudian, Dion membalas.“Iya Dik, kenapa?” Begitu membaca balasannya, Felicia menahan senyum dari kedua sudut bibirnya.“Sejak kapan Kak Dion manggil aku adik,” Gumamnya.***“Kakak lagi dimana?” Balasnya.“Alun-alun nih, kenapa?”“Kak, Cia waktu itu lihat ada jam tangan merah. Cia boleh pinjam ga? Sehari aja.”Ya, teringat kejadian beberapa hari yang lalu, sewaktu Dion mengunjungi Felicia di
Jam sudah menunjukkan pukul 12 lebih 30 menit, yang dimana ada beberapa masjid atau mushola yang sudah menyelesaikan ibadah shalat jumat. Tetapi belum ada tanda-tanda dari Arden, ia belum menghubungi Eva kembali soal menjemput Felicia.Mereka berempat pun menunggu Arden, sembari mengobrol hal ringan. Entah menggosip teman-teman mereka di sekolah, atau guru, bahkan pekerjaan rumah yang memang terlihat sulit untuk dikerjakan.Waktu demi waktu berlalu, sampai pada akhirnya jam tepat menunjukkan pukul 1 siang. Untuk kesekian kalinya justru Eva yang sudah mulai sedikit geram. Pikirnya, mengapa Arden bisa lama sekali mengunjungi rumahnya.Sampai sudah tidak ada lagi obrolan yang dibahas, Rayne, Eva dan Riva justru mengecek gang apakah Arden sudah datang atau belum. Tetapi kenyataannya nihil. Pria itu belum terlihat batang hidungnya sekali pun. Eva berbalik badan menuju rumah kembali, ia mengomel kenapa kekasih temannya sangat lama.&ldqu
Keesokan harinya, Dion yang akan berangkat sekolah dengan sepeda motornya. Ia sudah selesai menghabiskan sarapannya, sepotong roti dengan isi parutan keju serta telur gulung.Lalu ia berpamitan dengan Bu Sisi, bersamaan dengan Maxel dan Pak Johan. Di rumahnya hanya tersisa Bu Sisi seorang diri. Dion memakai seragam sekolah, yang dibalut jaket kulit berwarna hitamnya yang elegan.Mengendarai sepeda motornya, dengan helm full face. Membuatnya makin terlihat keren saat menaiki si black ini. Ia sudah membunyikan klakson tanda perpisahan untuk yang kedua kalinya. Deru motor Dion sangat lah bising, jika pertama kali ia menancapkan gasnya.Melaju lambat, hingga beberapa menit kemudian sampai lah di SMK Ksatria. Ia memasuki kawasan parkir, yang dimana sudah banyak motor berjejer disana. Nyaris telat, untung saja tidak mendapat hukuman di hari pertama masuk kelas.***Setelah mencari ruang kelasnya, kini ia sudah memili