Rambut hitam lurus sebahu. Menutupi sebelah mata layaknya layaknya menyembunyikan sesuatu. Tubuh ramping nan tinggi itu, menghipnotis Zara. Mulutnya terbuka, masih bersimpuh lemas saat Alexa sudah berdiri di samping Zack dan Reon.'Siapa dia?' hati Zara bertanya-tanya.Mario dan Forin juga bertanya tentang hal yang sama. Gadis itu terlihat muda, kuat, dan cerdas. "Kau datang rupanya," ucap Reon semakin menambah teka-teki. Ekspresi sedingin batu. Pandangannya jatuh pada Forin yang takut menatapnya. Lalu, senyum aneh pun terbit walau sedikit. Mengambil sebuah gulungan kertas di saku jaketnya sambil berjalan ke arah Forin. Seketika Forin mati gaya. Dia ingin berhenti bernapas. Lalu, gadis itu membuka gulungannya. Ternyata sebuah surat."Aku datang untuk meringkus Forin Sazuma Nafari. Ini adalah surat pemberhentian seluruh kontrak kerjamu di dunia permodelan. Kau telah dibebaskan dari pekerjaan!"Wajah Forin pucat pasi. Mulutnya terbuka sembari menggeleng kuat."Tidak! Tidak mungkin!
Suasana canggung tetap berlanjut.Memandang diri di cermin setelah mandi, Zara tak sanggup menghadapi kenyataan.Pandangannya redup seketika. "Aku harus bagaimana sekarang? Benar-benar terjebak di sarang Raja Iblis sungguhan. Ini ... tidak pernah kupikirkan sebelumnya." Namun, kostum pelayan yang kembali dia kenakan menjadi bukti bahwa semuanya nyata. Dia menunduk luruh. "Apa aku harus diam saja setelah ini? Hatiku tersakiti seperti habis dilempar dari tebing."Selesai berbenah diri, memilih menuju dapur untuk melakukan sesuatu. Sekaligus menghindari kontak mata dengan penghuni rumah selain pelayan. Aksi penyambutan mereka tadi juga luar biasa. Sangking luar biasanya Zara tak bisa menikmati karena dia melamun.Sibuk dengan nalar dan naluri sendiri. Sayang sekali di dapur justru teringat akan rencana keduanya. Menunduk menatap kompor yang bersih dan menepuk dahi. "Seharusnya aku membuatkan dia nasi goreng Seafood sebagai pemulih stamina. Itu rencana awalnya bukan? Kenapa jadi s
Aroma harum tercium dari dapur. Para pelayan yang mengintip teringin sekali muncul dan mencicipi masakan Zara. Kemudian, kompor dimatikan. Piring berjajar-jajar memenuhi meja dapur. Dengan cepat Zara menyajikan semuanya. "Kemarilah semuanya. Sampai kapan kalian mau bersembunyi di sana? Aku membuatnya sangat banyak. Kalian pasti rindu padaku, 'kan? Haha, bilang saja tidak perlu malu-malu." Zara begitu riang menyajikan makanan itu smalai ke piring terakhir. Sontak para pelayan hampir terjatuh terkejut. Zara tertawa karenanya dan mereka tersenyum malu. Mereka pun menikmati makanannya. Zara mematung seorang diri di meja makan dengan sepiring nasi goreng Seafood di tangan.Bibirnya sedikit melengkung sedih. "Kenapa aku buat ini?" Bergumam pusing. Tanpa disadari, Reon berdiri di anak tangga terakhir. "Siapa yang mengizinkanmu memasak? Zara?" Bulu kuduk Zara merinding mendengar suara bariton itu. "Re-Reon?!" cicitnya kaku. Menoleh pun kaku. Lalu, Reon mendekatinya dengan tangan te
Keesokan harinya, Aoi menyuruh Bastian datang ke rumah Reon. Dia fokus mengerjakan pekerjaannya dari jauh. Laptop hitam di kamar bernuansa putih.Kemudian, Bastian pun datang dengan kikuk mencoba tidak memandang ke segala arah sembari menggaruk tengkuknya. "Eee, ada apa kau memanggilku?" "Tidak sopan! Beraninya masuk ke kamar gadis tanpa izin," tolak Aoi telak.Bastian mendelik. "Kau yang memintaku datang. Kau!" Entah mengapa dia jadi sangat geram akan Aoi."Tetap saja. Kau tidak bilang permisi." Bastian menghela napas panjang. "Baiklah, permisi." memalingkan wajah yang sedikit memerah. Dalam hati menggerutu banyak hal. Semuanya tentang Aoi. Sampai Aoi berhenti berkutat dengan laptop. Memandang Bastian membuat Bastian tercekat. 'Apa yang direncanakan gadis aneh ini?!' bahkan suara hatinya menjerit.Tiba-tiba Aoi menunjuknya."Foto aku, Tuan fotografer! Buat seluruh kamar ini menjadi seputih dan sesuci diriku. Jika hasilnya buruk, akan kugunduli kepalamu!" "Hah?! Permintaan
Keterkejutan yang mendalam bagi penghuni rumah Reon. Zara juga tidak bisa apa-apa. Pasalnya itu adalah kebenaran. Bukan hanya Reon, tetapi Alexa, Zack, dan Azuma juga ditangkap. Kabarnya anak buah Reon yang lain juga ditemukan. Mereka berjumlah sangat banyak. Di kantor polisi mereka hanya bisa menunggu. Kedatangan sang pelapor. "Bagaimana ini bisa terjadi? Kukira masalahnya selesai setelah Mario dan Forin mendekam di penjara. Kenapa sekarang Reon dan yang lainnya yang ditahan?" Mondar-mandir di depan Reon dan yang lainnya. Hanya dia yang tidak ditahan membuat Zara semakin pusing. Alexa yang tanpa ekspresi juga sangat tenang. Seakan tidak ada luka di pundaknya. Saat ini mereka memiliki pertanyaan yang sama. Identitas mereka kenapa bisa terbongkar? "Kenapa Aoi tidak tertangkap?" tanya Reon selirih hembusan napas. Alexa dan Zack dapat mendengarnya. "Terakhir kali ... dia bermain dengan Bastian," jawab Zack. Reon pun mengangguk. Lalu, seseorang datang dari pintu masuk. Langkah
Ryo mengetahui identitas Reon sejak awal dan merencanakan banyak hal. Sekarang setidaknya puas mengerjai Zara. "Akan kubebaskan Reon dengan satu syarat." Tiba-tiba Ryo berkata demikian membuat Zara sedikit berharap. "Apa itu?!" Memajukan wajahnya agar Ryo kembali menatapnya. Ryo pun menoleh."Bebaskan Forin dan Mario karena kau yang bisa mencabut tuntutannya. Reon membuat namamu menjadi penanggung jawab atas terpenjaranya mereka," ucapnya serius nan datar.Zara tersentak hebat. Seketika menatap Reon.Bodohnya lagi Reon tersenyum dan mengangguk. "Itu benar?" gumamnya terkejut.Zara berdecak dan menepis udara. "Jangan harap!" bentaknya lantang. 'Sial! Aku tidak bisa bergerak ke segala sisi! Aku harus bagaimana?' pikirnya bermain. "Kalau begitu, aku terpaksa menahanmu!"Tangan Zara ditarik Ryo dan dicekal ke belakang. "Argh!" Zara kesakitan. Kepala Reon sudah sangat panas ingin bertindak, tetapi selalu dia redam. Untuk alasan tertentu dia menahannya. Melihat Reon yang diam, A
Sementara Reon yang terus disiksa, perusahaannya masih berjalan dengan normal. Alasannya karena Zack dan Alexa dipaksa bekerja dari penjara. "Haha, ini menarik! Akan kukenang seumur hidup. Ternyata penjara tidak sepahit itu. Yah, jika aku mau kubisa merusak besi-besi ini kapan saja, tapi demi Pak Reon dan Zara aku harus menahannya. Ah, aku pegal. Azuma, bisakah kau buatkan aku kopi?" Zack dengan lihai mengolah dokumen di laptop dalam jeruji besi. Dia bertolakbelakang dengan Alexa yang juga sedang bekerja. Azuma hanya memandang mereka di pojokan. "Hanya debu yang bisa kuberikan padamu, Tuan Zack. Huft, kenapa Tuan Reon harus menerima pukulan yang menyakitkan itu demi kita? Kenapa tidak membiarkan kita menanggungnya juga? Aku sangat sedih!" lirih Azuma. "Menjijikkan!" maki Alexa datar. Seketika bibir Azuma semakin melengkung ke bawah. "Itulah kualitas terbaik Tuan kita, bukan?" Zack meredupkan matanya.Di sisi lain, Ryo membawakan makanan untuk Zara. Zara berdiri tegap mengepal
Ryo memberitahu siksaan yang Reon terima di penjara kepada Zara. Terus mengancam dan mendorong mental Zara agar bersedia membebaskan Forin dan Mario. Gadis itu begitu tangguh, meskipun mendengar Reon disiksa. Ini sudah lewat satu hari. Semuanya masih berjalan monoton. Hingga pada akhirnya, di pagi ini Ryo kembali datang membawa sebuah video rekaman. "Pergilah!" usir Zara. Ryo tersenyum miring setelah mengunci pintu."Kenapa? Ayo kita bermain-main, Sayang! Akan kuperlihatkan kehidupan penjara padamu." Langkah tertata memaksa keberanian Zara mundur hingga terealisasikan. Zara menabrak kepala ranjang dan Ryo semakin mendekatinya. Kemudian, rekaman video itu pun diputar. Bagai tersapu badai seorang diri, kesadaran Zara menghilang. Mata seakan buta dan telinga tidak mendengar.Ryo tersenyum jahat melihat Zara yang membatu tak berdaya. Ketangguhan Reon yang tak menjerit sama sekali dalam menerima semua siksaan itu tiba-tiba meluruhkan air mata Zara. Tanpa suara, gadis itu menangis