Waktu menunjukkan pukul 16.10. Kali ini aku tengah makan malam di rumah Bisma. Aku ingin menginap di rumahnya malam ini. Dan dia langsung setuju.
Apa yang ku khawatirkan? Semua kebutuhanku untuk kuliah besok ada di sini. Bahkan buku-buku mata kuliah untuk besokpun sudah sampai di rumah ini sebelum aku dan Bisma sampai.
"Bis, kamu ada PS atau apa gitu nggak?" tanyaku. Bisma menggeleng.
Tiga hari berlalu. Aku masih duduk termenung di atas tempat tidurku. Aku mengabaikan mereka yang berniat menghiburku. Aku merasa hampa. Aku butuh Bisma."Ayolah, Mawar! Makan sedikit aja!"Ibu terus memaksaku makan sejak tiga hari lalu. Tapi aku selalu menolak. Aku tidak nafsu makan."Kenapa Bisma jahat, Bu? Kenapa di
BISMA POV***Aku melangkah malas memasuki rumah. Padahal, baru saja aku mengantarkan Jennie ke rumahnya, setelah kami makan malam bersama. Lattysha Jennie Kumala. Dia adalah kekasihku. Dia juga merupakan cinta pertamaku.
MAWAR POVMakan malam?Tiba-tiba aku teringat kejadian sekitar 9 bulan yang lalu. Apalagi setelah melihat siapa saja yang kini telah duduk mengitari meja persegi panjang di hadapanku."Mawar sayang," panggil seorang
Semua telah di tetapkan. Satu bulan lagi, aku dan Kak Brian akan bertunangan. Dan pagi ini, aku dan Kak Brian akan memesan kebutuhan untuk pertunangan kami. Namun sebelum itu, kami akan ke kantor Kak Brian sebentar karena ada beberapa file yang harus Kak Brian tanda tangani. Aku menunggu Kak Brian di lobby. Aku duduk di sebuah sofa panjang yang terletak di ujung ruangan. Tanganku asyik menari di atas layarsmartphoneku. Hingga sebuah suara berhasil mengalihkan perhatianku. Memaksaku untuk segera menemukan sang pemilik suara itu."Bisma?" kagetku.
BISMA POV***Aku bertemu dengan teman lamaku, Arya dan kami memiliki proyek bersama. Aku mengajaknya berkeliling kantorku sebelummeetingdi mulai. Kami berjalan hingga melewati lobby. Namun, langkahku terhenti. Aku melihat gadis yang menghilang dari pandanganku lebih dari tiga bulan ter
AUTHOR POV***Bisma masih setia menanti di depan halaman rumah Mawar. Berkali-kali Elang mengusirnya, tapi ia tetap bersikeras untuk bertahan. Ia harus bisa menemui Mawar. Hingga pada sekitar pukul 19.00, terlihat sebuah mobil memasuki gerbang rumah Mawar. Dari kaca samping, Bisma dapat melihat sosok Mawar, gadis itu duduk di samping Brian.
Mawar mendorong kursi roda Bisma hingga ke taman halaman belakang rumahnya. Sudah seminggu terakhir, Mawar selalu datang ke rumah orang tua Bisma untuk merawat pria itu. Bagaimana kondisi Bisma?Saat ini dia hanya bisa duduk di kursi roda. Tulang kaki kirinya bergeser dan perlu pemulihan selama satu bulan. Selain itu, dokter mem-vonis Bisma buta. Hal itulah yang membuat Mawar terus merasa bersalah."Bis, kamu mau makan sesuatu?" tawar Mawar. Bisma tersenyum kemudian menggenggam tangan
BRIAN POV***Aku melirik arloji di tangan kiriku. Mungkin ini sudah yang ke sepuluh kalinya siang ini. Dua puluh menit aku menunggu, tapi Mawar tidak kunjung tampak. Berkali-kali aku menelfon gadis itu, namun tidak ada jawaban. Akhirnya, aku memutuskan untuk mencarinya ke dalam. A
Satu jam berlalu. Bisma dan Mawar berjalan beriringan menuju meja makan. Bisma tersenyum melihat putri kecilnya sudah duduk di salah satu kursi sembari memakan martabak manis yang ia belikan. Namun ia bingung dengan ekspresi anak sulungnya yang tampak kesal.“Papa!!” girang Devania menyambut kedatangan Bisma.‘Ratapan seorang Ibu kandung yang di anak tirikan oleh anaknya.’ batin Mawar.
AUTHOR POVWanita berusia 37 tahun itu kembali berdecak kesal ketika acara nonton TVnya terganggu. Dia adalah Mawar Renandi. Ia menatap kesal putrinya yang baru pulang sekolah dan langsung merecokinya menonton acara gosib siang ini.
Bisma menuntunku untuk kembali berdiri. Sekarang, kami berhadapan dengan Kak Elang yang membawa kue ulang tahun yang di atasnya terdapat lilin berbentuk angka 21."Ayo, tiup lilinnya, sayang!" ujar Tante Kamila. Aku mengangguk kemudian meniup lilinnya. Detik berikutnya, aku menoleh ke arah Bisma yang masih mempertahankan senyumannya untukku."Tadinya aku minta mereka buat acara sendiri, biar nggak ganggu kita, tapi mereka menolak." terang Bisma.
Mawar's POV***Aku memeluk leher Bisma dari belakang. Kepalaku ku sandarkan pada bahunya. Mataku terpejam, menikmati semilir angin yang mengenai wajahku. Pantai. Saat ini aku dan Bisma ada di pantai. Salah satu supir keluarga Bisma yang membawa kami kemari. Tak terasa, sudah
BRIAN POV***Aku melirik arloji di tangan kiriku. Mungkin ini sudah yang ke sepuluh kalinya siang ini. Dua puluh menit aku menunggu, tapi Mawar tidak kunjung tampak. Berkali-kali aku menelfon gadis itu, namun tidak ada jawaban. Akhirnya, aku memutuskan untuk mencarinya ke dalam. A
Mawar mendorong kursi roda Bisma hingga ke taman halaman belakang rumahnya. Sudah seminggu terakhir, Mawar selalu datang ke rumah orang tua Bisma untuk merawat pria itu. Bagaimana kondisi Bisma?Saat ini dia hanya bisa duduk di kursi roda. Tulang kaki kirinya bergeser dan perlu pemulihan selama satu bulan. Selain itu, dokter mem-vonis Bisma buta. Hal itulah yang membuat Mawar terus merasa bersalah."Bis, kamu mau makan sesuatu?" tawar Mawar. Bisma tersenyum kemudian menggenggam tangan
AUTHOR POV***Bisma masih setia menanti di depan halaman rumah Mawar. Berkali-kali Elang mengusirnya, tapi ia tetap bersikeras untuk bertahan. Ia harus bisa menemui Mawar. Hingga pada sekitar pukul 19.00, terlihat sebuah mobil memasuki gerbang rumah Mawar. Dari kaca samping, Bisma dapat melihat sosok Mawar, gadis itu duduk di samping Brian.
BISMA POV***Aku bertemu dengan teman lamaku, Arya dan kami memiliki proyek bersama. Aku mengajaknya berkeliling kantorku sebelummeetingdi mulai. Kami berjalan hingga melewati lobby. Namun, langkahku terhenti. Aku melihat gadis yang menghilang dari pandanganku lebih dari tiga bulan ter
Semua telah di tetapkan. Satu bulan lagi, aku dan Kak Brian akan bertunangan. Dan pagi ini, aku dan Kak Brian akan memesan kebutuhan untuk pertunangan kami. Namun sebelum itu, kami akan ke kantor Kak Brian sebentar karena ada beberapa file yang harus Kak Brian tanda tangani. Aku menunggu Kak Brian di lobby. Aku duduk di sebuah sofa panjang yang terletak di ujung ruangan. Tanganku asyik menari di atas layarsmartphoneku. Hingga sebuah suara berhasil mengalihkan perhatianku. Memaksaku untuk segera menemukan sang pemilik suara itu."Bisma?" kagetku.