"Putri? Itu mah bukan bahenol tapi over bahenol," gumam Rendi heran dengan selera sahabatnya.
Liam pun terkekeh kemudian menepuk wajah sahabatnya dengan sendok. Pria itu tersenyum menatap wajah Rendi yang tampak aneh di matanya.
"Justru karena itu gue suka. Gue yakin nih ya cewek-cewek cantik yang kurus pasti dadanya palsu. Cuma ada ganjelan di sana. Tapi kalau cewe super bahenol. Pasti asli isinya. Mantap," ucap Liam dengan alasan konyolnya. Padahal nyatanya dia sendiri tidak mengerti mengapa begitu tertarik dengan Putri.
"Dasar mes*m Lo," ucap Rendi menabok kepala Liam dengan gemas. Sungguh dia tak menyangka sekotor itu jalan pikiran sahabatnya.
"Hehehehe... Yaudah nih, pokoknya nanti sore gue pinjem motor Lo ya?" Tanya Liam sekali lagi.
"Lo yakin. Aman enggak nih?" tanya Rendi khawatir.
"Aman lah. Lo masa ga percaya? Gue tuh jago bawa motor."
"Bukan masalah jago ga jago bawa motor, tapi kalau si Putri yang bonceng gue yakin motor gue langsung koprol," ucap Rendi membuat Liam kembali terkekeh.
"Siapa bilang cuma koprol, salto coy. Mau ga mau gue pokoknya pinjem motor nanti sore ya." Liam pun memutuskan sepihak kemudian menarik kunci motor dari saku Rendi dan pergi lari menjauh. Meninggalkan Rendi yang geleng-geleng kepala melihat sikapnya.
Sesampainya di kelas, Liam memutar pandangannya mencari gadis pencuri hatinya. Gadis gendut yang imut menurutnya. Namun sayang Putri tak ada di kelas. Dia pun berpikir kemana kira-kira Putri pergi. Dan Liam pun mengingat hobi Putri yang membaca. Dia sangat yakin gadis itu ada di perpustakaan.
Lagi-lagi Liam kembali berlari menuju perpustakaan. Bagai matahari yang terbit di barat, sungguh aneh bagi penjaga perpustakaan. Bagaimana mungkin bocah yang terkenal tengil dan bandel itu masuk ke perpustakaan. Awalnya Pak Imam berpikir Liam sudah insyaf dari kebandelannya, tapi melihat penampilan bocah itu yang kacau, rasanya tidak mungkin Liam tiba-tiba insyaf. Baju putihnya kusut dan tidak beraturan. Ada yang masuk dan keluar dari celana abu-abunya. Bahkan dasi abu-abu yang dikenakan bocah itu pun miring tak karuan.
"Pak, liat cewek gendut tapi cantik enggak ke sini?" Tanya Liam pada Pak Imam yang sibuk menatap dirinya.
"Enggak usah terpesona gitu liatnya, Pak. Saya tau kok saya ganteng maksimal," ucap Liam terdengar menyebalkan. Bahkan bocah itu dengan gaya sok cool-nya menyibak poni lemparnya ke samping. Hal itu sukses membuat Pak Imam mengelus dada berusaha sabar.
"Cewek gendut banyak. Cewek cantik banyak. Namanya siapa?" Tanya Pak Imam.
"Ye Si bapak. Jangan dipisah. Gendut dan cantik itu satu kesatuan," ucap Liam membuat Pak Imam semakin geleng-geleng kepala.
"Astaghfirullah emang harus sabar ngadepin nih anak. Ya namanya siapa?" Tanya Pak Imam.
"Putri Aurora Surya. Bapak pasti kenal kan?" tanya Liam sok akrab.
"Iya ada di dalam," ucap Pak Imam membuat bocah itu masuk tanpa pamit. Benar-benar tidak tahu sopan santun.
"Eh tunggu dulu," ucap Pak Imam pada Liam.
"Apa lagi Pak?" Tanya Liam santai.
"Di dalam perpustakaan hanya boleh membaca atau mengerjakan tugas. Dilarang makan, minum dan membuat kegaduhan," ucap Pak Imam menjelaskan.
"Oke siap," ucap Liam menampilkan gaya hormat yang tegap kemudian memamerkan cengiran kuda yang menyebalkan. Setelahnya dia masuk ke perpustakaan demi mencari pujaan hati.
Cukup lama Liam bolak-balik mencari Putri, akhirnya remaja jatuh cinta itu menangkap sosok yang dicarinya. Dengan gerakan perlahan Liam mengikis jarak dengan putrinya yang duduk di kursi baca. Kemudian remaja itu duduk tepat di samping putri.
"Ekhem." Liam berdeham berharap Putri menyadari kehadirannya. Namun sayang Putri hanya melirik sekilas kemudian kembali membaca buku.
Sungguh bagi Liam sikap cuek putri menyebalkan sekaligus membuatnya penasaran. Pria itu pun mengambil salah satu buku di meja kemudian membukanya. Masih menunggu reaksi Putri, Liam melirik ke arah gadis yang sibuk membaca.
"Ekhem." Liam kembali berdeham sambil memperbaiki posisi duduknya. Sedetik dia kembali melirik ke arah Putri yang cuek.
Dan merasa aktifitas asiknya diganggu, Putri pun pindah posisi duduk. Sedangkan Liam yang pantang menyerah mengikuti di mana Putri duduk, maka dia akan ikut duduk di sana.
Kini putri kembali duduk di tempat yang dia rasa aman. Sayangnya Liam malah ikut duduk di sampingnya. Dan kembali berdeham dengan suara yang menurutnya sangat menggangu konsentrasi.
"Ekhem." Liam kembali berdeham dan berpura-pura asik membaca buku.
Putri yang merasa terganggu pun melirik ke arah Liam. Dia benar-benar kesal. Waktunya yang berharga untuk membuka jendela dunia harus terganggu karena perilaku bocah tengil nan tukang bohong itu.
"Kamu ngapain sih ngikutin aku terus?" Tanya Putri kesal.
"Habis kamu tuh udah kayak kutub Utara, aku kutub selatannya. Jadi bawaannya pengen nempel terus. Kan kita ikatannya saling tarik menarik," ucap Liam asal membuat Putri mendengus kesal.
Gadis itu kembali bangkit dan menjauh. Berharap bisa menemukan tempat nyaman untuk membaca. Sayangnya semua kursi sudah penuh. Dia pun berinisiatif untuk keluar dari perpustakaan dan meminjam buku yang sedang dia baca.
"Assalamualaikum, Pak Imam." Putri datang menyapa penjaga perpustakaan.
"Wa'alaikum salam, Neng." Pak Imam yang menjawab salam Putri terkejut melihat sosok di samping Putri. Pria tengil itu tersenyum manis tapi malah tampak seperti meledek.
"Pak, saya mau pinjam buku ini sampai besok ya," ucap Putri.
"Isi formulir dulu ya, Neng."
"Ini Pak udah."
"Oke siap."
Namun merasa ada yang terus mengikuti, Putri pun menoleh ke arah Liam berdiri.
"Kamu ngapain ngikutin aku?" Tanya Putri ketus.
"Siapa yang ngikutin. Aku kan juga mau pinjam buku. Ini pak formulirnya udah saya isi juga," ucap Liam menyodorkan formulir.
Ungkapan Liam sukses membuat Pak Imam semakin syok. Bagaimana tidak bocah atlet bela diri yang biasanya sok jagoan kini menjadi kutu buku. Datang ke perpustakaan saja sudah membuatnya syok, terlebih lagi mau pinjam buku. Luar biasa memang.
"Oke buku ini harus dikembalikan besok paling lambat di jam kepulangan sekolah. Harus dalam kondisi baik seperti saat meminjam. Tidak boleh rusak apalagi robek."
"Siap Pak." Liam pun segera berlari saat tahu Putri sudah meninggalkan dirinya.
Kini langkah mereka sudah sejajar. Membuat Putri mempercepat langkahnya karena enggan jalan beriringan dengan Liam. Sungguh dia tak mau jadi pusat perhatian. Baginya itu sangat merepotkan.
Sayangnya Liam justru ikut mempercepat langkahnya. Putri pun memperlambat langkahnya berharap Liam bisa jalan di depannya. Namun sayang bocah tengil itu juga memperlambat langkahnya.
"Kamu ngapain sih ngikutin aku terus?" Tanya Putri kesal sambil menghentikan langkahnya.
"Aku engga ngikutin. Cuma mau jalan bareng aja," ucap Liam santai.
"Itu sih namanya sama aja," gumam Putri kesal dan kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.
"Gimana tawaran aku yang mau ngajak kamu pulang bareng? Jadi kan?" Tanya Liam.
"Enggak. Aku engga mau."
"Dari pada naik angkot panas, macet, gerah, sempit, desek-desekan, mending naik motor bareng aku. Peluk-pelukan jadi anget," ucap Liam membuat Putri semakin kesal.
"Kalau aku bilang enggak ya enggak. Kamu ngerti bahasa manusia kan?" ucap Putri ketus.
"Enggak. Aku ngertinya bahasa alien," ucap Liam terkekeh membuat Putri semakin mengerucutkan bibirnya.
"Pantesan. Alien," ucap Putri.
Saat gadis itu sedang asik dengan rasa kesalnya, Liam menarik buku yang baru saja Putri pinjam dari perpustakaan. Mengangkat tangannya agar Putri tak mau meraih buku itu.
"Liam! Balikin buku aku! Liam!" Putri benar-benar kesal pada pria pemaksa ini.
"Aku bakal cempungin buku ini ke air kalau kamu enggak mau pulang sama aku."
"Liam, jangan! Nanti aku kena denda," ucap Putri.
"Bodo amat. Pilih mana buku ini rusak apa pulang bareng aku?" Tanya Liam memaksakan kehendaknya. Putri pun mendengus sebal sebelum akhirnya mengatakan ya untuk keinginan Liam.
"Ya udah iya. Aku pulang sama kamu. Sekarang balikin bukunya!"
"Enggak mau. Ini buku aku sita dulu sampai kamu benar-benar pulang sama aku," ucap Liam tersenyum penuh kemenangan kemudian pergi meninggalkan Putri yang menghentakkan kakinya karena kesal.
"Dasar cowok alien nyebelin," gumam gadis itu dengan wajah memerah menahan kesal.
Seorang gadis bertubuh gembul menggemaskan tampak serius menyimak penjelasan guru Fisika di depan kelas. Gadis itu, berkali-kali tampak mencatat hal penting dari penjelasan guru ke bukunya. Namun sebuah lemparan kertas membuatnya terusik. Gadis itu pun menoleh ke belakang di mana seorang bocah menyebalkan tampak tersenyum ke arahnya. Senyuman yang benar-benar membuatnya kesal. Siapa lagi kalau bukan Liam.Dengan kode pria itu melirik ke arah lantai di mana kertas yang dia lempar jatuh. Meminta agar Putri membuka isinya. Gadis itu pun memungut kertas dan membukanya dengan kesal.Dan kini mata besarnya membulat sempurna, pasalnya Liam menulis hal menyebalkan di sana."❤️Hai gendut ❤️"Plus dengan bentuk love yang digambar dengan buruk bagi Putri. Putri pun meremas kertas itu dengan kesal dan membuangnya ke tong sampah. Baru kali ini ada yang terang-terangan mengatakan dia gendut.Pluk...Lagi-lagi lemparan kertas membuatnya kembali
Liam menatap wajah gadis cantik berpipi chubby di sampingnya memerah. Mungkin karena teriknya matahari yang membakar. Atau mungkin karena malu mengetahui warna underware yang dia gunakan diketahui olehnya. Liam pun tersenyum membayangkan betapa malunya gadis itu.Namun sesaat kemudian Liam terdiam menatap wajah Putri yang terus mengerucutkan bibirnya. Sungguh Liam tak bermaksud membuat gadis itu marah. Tapi apalah daya semua yang dia lakukan hari ini berujung kesialan bagi Putri. Liam sadar Putri adalah cewek nerd yang pastinya enggan berurusan dengan hukuman guru seperti ini."Put, aku minta maaf." Liam mengatakannya dengan lembut. Seperti semilir angin yang menyejukkan telinga Putri. Sayangnya Putri benar-benar marah membuat gadis itu enggan menjawab."Put, maafin aku. Aku benar-benar engga bermaksud membuat kamu ikut dihukum seperti ini," ucap Liam menyesali sikapnya tadi di kelas.Putri yang awalnya diam akhirnya menoleh ke arah Liam. Netra coklat gad
"Put, bayarin dong. Aku engga bawa uang. Nanti kalau udah nikah kan aku yang nafkahin kamu," ucap Liam dengan wajah tak berdosa membuat Putri semakin geram.🌸🌸🌸Merasa geram Putri segera meninggalkan Liam. Tak peduli rengekan Liam, yang meminta agar Putri mau membayar angkutan umum untuknya. Alhasil mereka diteriaki para penumpang yang kesal karena angkutan umum mereka tak kunjung jalan."Neng, udah bayarin aja dulu pacarnya. Nih angkot biar jalan," ucap salah satu penumpang membuat Putri semakin kesal pada Liam."Iya dong, My Beautiful FAT Girl. Bayarin aku dulu. Aku janji akan jadi suami yang baik buat kamu kelak," ucap Liam membuat Putri membulatkan matanya."Bang, tunggu bentar ya, Bang. Saya merayu calon istri dulu," ucap Liam
Ungkapan polusi udara dari Sang Papi membuat Liam begitu kesal. Separah itukah aroma yang menguak dari tubuhnya hingga dikatakan mampu membuat polusi udara? Benar-benar menyebalkan. Liam pun mengendus-endus ketiaknya. Benar saja aroma yang keluar memang aneh tapi tidak lebay seperti yang dikatakan Sang Papi."Yaudah iya. Liam mandi. Tapi aku mau makan telur acak-acak sama kecap ya, Mi." Liam merengek pada Mami yang selalu memanjakannya."Liam, Mami udah masak capcay dan steak buat kamu. Enak lho. Makan yang ada aja ya," ucap Sang mami mengusap pipi putranya."Enggak mau. Maunya telur acak-acak sama kecap dicampur nasi. Gitu aja repot," ucap Liam mengerucutkan bibirnya."Masak sendiri. Manja banget jadi anak laki-laki," ucap Sang Papi kesal melihat putranya yang sangat manja."Salah sendiri aku engga dikasih adek. Kalo ada adeknya juga aku sadar enggak akan manja kalee. Anak cuma satu aja komplain mulu," ucap Liam kesal."Ma
Suasana pagi ini begitu cerah. Matahari memberikan kehangatan yabg begitu pas untuk bumi. Suasana yang memberikan semangat bagi seorang Liam untuk berangkat ke sekolah.Dengan berjalan cepat pria itu menenteng sebuah paper bag berisi lunch box berwarna pink cantik. Sesekali Liam menatap isi di dalam paper bag itu. Dan pemandangan pagi yang membuat satpam penjaga begitu heran adalah Liam datang paling pagi hari ini. Padahal biasanya bocah itu menjadi langganan terlambat."Tumben dateng pagi-pagi?" Tanya Sang satpam berkumis tebal pada Liam."Kesiangan dimarahin. Kepagian diomongin," gumam Liam ketus."Dasar Kids jaman now ga punya sopan santun," ucap Sang satpam membuat Liam terkekeh."Ya maap," ucap Liam kemudian melenggang pergi.Liam pun segera memasuki kelas. Dan benar saja. Kali ini dia menjadi makhluk pertama yang datang ke dalam ruang belajar itu. Liam menunggu dengan sabar gadis pujaannya. Dan kini waktu yang dia buang tak sia-sia. Li
AssalamualaikumSemoga suka dengan kisah The beautiful fat girl ya kakakTerik matahari yang menyengat membuat wajah gadis bernama Putri itu memerah. Gadis itu masih setia menunggu sebuah angkutan umum di pinggir jalan. Kali ini dia sendirian karena dia harus menyelesaikan tugas ekstra kurikuler sebelum pulang. Hal ini tentu saja dimanfaatkan oleh tiga gadis cantik yang ingin mengerjainya.Dengan gerakan cepat tiga gadis segera menghampiri Putri yang sendirian berdiri di pinggir jalan. Mereka menatap sengit ke arah Putri yang tampak santai."Heh cewek ganjen," ucap Citra mendorong bahu Putri dengan kasar.Putri pun terhuyung ke belakang karena dirinya sama sekali tak siap. Gadis itu mengerjap bingung. Pasalnya dia tak pernah merasa berurusan dengan gadis kasar bernama Citra. Terlebih pada geng centilnya itu. Kini Putri memutar tubuhnya enggan berhadapan dengan Citra."Heh gue lagi ngomong sama Lo," teriak Citra berjalan ke hadapan Putri.
Dan kini Liam hanya terpaku. Sungguh tak menyangka. Putri, gadis yang ditaksirnya. Ternyata bukan hanya seorang kutu buku tapi juga gadis bersabuk hitam. Tak hanya itu, Liam benar-benar tak menyangka dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Putri. Kata-kata yang sukses mencabik-cabik hatinya. "Kalo Lo suka sama Liam. Ambil aja. Gue engga minat, punya cowok bego yang bisanya cuma cari masalah di sekolah. Enggak level sama gue." Kalimat itu terdengar begitu menyakitkan. Tapi Liam tak gentar dia akan berusaha menjadi pria yabg diharapkan oleh Putri. Liam masih bersembunyi di balik pohon besar yang rindang. Pria itu menatap ke arah tiga gadis yabg masih cekcok. Liam benar-benar kesal. Dia sama sekali tak berminat pada gadis manja seperti Citra. Liam pun segera berjalan meninggalkan pohon besar. Langkah kaki jenjangnya yang dihiasi celana abu-abu itu tampak cepat dan panjang. Rupany
"Aku becanda, Put. Maaf. Aku tuh mau belajar sama kamu. Biar ketularan pintar. Boleh engga?" Tanya Liam membuat Putri heran. Si raja bolos mau belajar biar pintar? Rasanya ini mustahil.***Putri berusaha untuk tenang menghadapi cowok aneh di hadapannya. Gadis itu lagi-lagi menarik nafas panjang sebelum menghempasnya ke udara bebas. Sungguh dia bukan orang yang pelit. Andaikan temannya yang lain yang minta diajarkan olehnya pun akan segera dia terima walau harus menyita banyak waktu. Tapi yang minta belajar dengannya saat ini adalah cowok malas yang suka tidur di kelas. Cowok sok pinter yang suka bikin cewek keleper-kleper. Cowok super super nyebelin yang suka macarin cewek terus ninggalin. Tiba-tiba mau belajar biar pinter.Salah enggak sih kalau Putri berpikir cowok ini modus?"Kamu modus ya sama aku?" Tanya Putri tanpa basa-basi."Kok kamu engga percaya sih sama aku?" Tanya Lia
Citra baru saja hendak menghampiri Putri. Tapi nyatanya dia justru malah melihat putri berlari keluar dari perpustakaan. Tubuh gadis Itu tampak berguncang."Putri nangis kenapa?" Gumam Citra dalam hati nya. Namun sesaat kemudian dia justru melihat Liam yang duduk di meja perpustakaan."Putri kok keluar? Dia kenapa?" Tanya Citra pada Liam."Aku nggak tahu," jawab liang masih menatap kearah pintu perpustakaan. Padahal nyatanya di sana sudah tidak ada Putri."Lho kok kamu nggak tahu? Kan terakhir kali kamu sama dia," ucap Citra bingung."Kamu salah ngomong kali, terus dia marah deh jadinya," ucap Citra membuat Liam mengangkat bahunya."Kamu habis ngomong apa sama Putri?" Tanya Citra."Aku nembak dia lagi. Tapi kayaknya dia mau nggak suka sama aku deh," ucap Liam tertawa sumbang. Hal ini tentu saja membuat Citra ikut tertawa. Citra sudah tak punya rasa sakit di hatinya melihat Liam ya masih menyukai Putri. Karena kini di
Sore ini menjadi sore yang berbahagia. Seolah sinar jingga yang menghiasi langit biru ikut meramaikan kebersamaan Putri, Citra dan Liam. Mereka baru saja selesai membersihkan toilet sekolah. Rasa lelah hinggap di tubuh mereka. Tapi kebersamaan membuatnya merasa bahagia dan tidak terbebani sama sekali.Sejak saat itu mereka mulai belajar bersama. Berusaha keras untuk menjadi bintang kelas hingga akhirnya bersaing secara sehat untuk mendapatkan juara kelas.Putri dan Liam selalu bergantian menjadi juara 1 dan 2. Sedangkan Citra menjadi juara 3 nya. Tak hanya itu, Citra juga menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak pilih-pilih kawan. Dan seragam yang digunakannya pun patuh pada aturan.Dan di hari menjelang kelulusan, Putri bersama Citra selalu saja berada di perpustakaan. Mengisi waktu kosong tanpa jam pelajaran.Mereka berpencar di perpustakaan, mencari buku-buku favorit mereka. Setelah Putri mendapatkan buku kesukaannya, gadis itu pun dudu
Usai berbincang dari hati ke hati, Putri dan Citra pun keluar dari ruangan menghampiri kedua orang tua mereka."Kami sudah saling minta maaf dan saling memaafkan. Mulai hari ini kami akan berteman," ucap Putri tersenyum ke arah Citra."Syukurlah kalau begitu," ucap Ilyas tersenyum. Kemudian Pak Ilyas pun menghampiri Pak Rayyan, mengulurkan tangannya."Minta maaf atas kesalahan putri saya kepada putri Anda ya, Pak.""Tidak masalah, Pak. Mereka masih remaja butuh melakukan kesalahan untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah," ucap Rayyan begitu bijaksana."Baiklah kalau begitu. Masalah selesai. Untuk Citra. Berdasarkan diskusi kami para orang tua, kamu tetap mendapatkan hukuman. Yaitu membersihkan toilet sekolah," ucap Pak Annas membuat Citra menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia terlalu pasrah."Iya, Pak." Ucap Citra mengang
“Put, maafin gue. Gue yang salah,” ucap Citra lemah.*****Putri menatap tangan Citra yang terulur ke arahnya. Gadis itu tersenyum. Tak menyangka Citra mau minta maaf padanya. Karena yang dia tahu, Citra adalah gadis super ampuh yang tak mau mengakui kesalahannya. Jangankan meminta maaf mengakui kesalahan saja dia enggan. Bahkan dia kerap kali memutarbalikkan fakta agar orang yang yang menjadi korban seolah bersalah. Inilah kenyataan yang terjadi pada Putri.Putri masih belum meraih jabatan tangan Citra. Gadis itu kembali menoleh ke atas. Hendak menatap wajah Citra. Sayangnya Citra membuang wajahnya ke arah lain. Gadis itu benar-benar angkuh.Putri pun tersenyum melihat tingkah Citra."Kalau nggak ikhlas minta maaf, nggak usah minta maaf," ucap Putri tenang. Buat Citra kembali menatap wajah Putri dengan geram. Citra berusaha menahan emosinya dengan kuat. Sungguh gadis dihadapannya ini membuatnya terbakar amarah. Bahkan
Liana berjalan tergesa menuju kelas Citra, putrinya. Sungguh dia benar-benar panik saat tau dia telah mencari masalah dengan investor terbesar di perusahaan suaminya. Kali ini dia harus bisa memastikan Citra meminta maaf pada Putri.TOK TOK TOK...Liana mengetuk ruang kelas Citra yang sedang menerima pelajaran. Hal itu tentu saja membuat guru yang sedang mengisi kelas menghentikan penjelasannya. Kemudian berjalan menuju pintu.Ceklek.“Selamat pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita berpakaian rapi layaknya seorang guru pun menyapa Liana.“Permisi, Bu guru. Perkenalkan saya liana. Ibu dari Citra. Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar. Saya harus bertemu dengan putri saya yang namanya Citra. Apa kah boleh?” tanya Liana sopan.“Kalau boleh tau apakah hal yang harus dibicarakan adalah hal yang mendesak? Karena saat ini sedang ada pemberian materi pelajaran,” u
Kini Rayyan mulai menyetel rekaman pada kamera SLR milik Liam. Pria itu tersenyum puas melihat reaksi Liana. Pasalnya dia baru menyadari kalau ternyata Citra yang mencari masalah. Sedangkan Putri hanya berusaha membela diri. Dan dua gadis yang menjadi saksi adalah teman Citra yang berniat mengganggu Putri."Setelah anda melihat rekaman Kamera SLR ini. Apa anda masih berpikir bahwa Putri bersalah, Pak Annas?" Tanya Rayyan."Saya minta maaf atas kesalahan ini. Saya akan menindaklanjuti kasus ini. Terima kasih atas bukti rekaman nya Pak Rayyan," ucap Pak Annas."Daddy dapet kamera ini dari siapa?" Tanya Putri penasaran."Nanti Daddy kasih tau. Sekarang yang penting Daddy mau memenuhi janji Daddy untuk membatalkan hukuman skorsing kamu, Nak." Rayyan mengusap lembut puncak kepala putrinya. Sedangkan Liana menampilkan wajah pucat. Dalam rekaman itu jelas terlihat bahwa Citra memang sangat bersalah. Awalnya Citra bersama dua temannya yang hendak memb
Kini Putri dan Daddy-nya mulai membelah jalanan ibu kota Jakarta dengan kecepatan sedang. Mereka bergerak menuju sekolah Putri. Dan akhirnya mereka pun sampai di depan gerbang sekolah."Alhamdulillah, sampai juga," ucap Rayyan."Alhamdulillah. Iya, Dad.""Parkirnya di mana Nak?" Tanya Rayyan."Masuk aja ke dalam, Dad. Nanti diparkir di sebelah kanan aja," ucap Putri."Oke siap tuan putriku yang cantik," ucap Rayyan membuat Putri Tersipu malu dan mencubit pinggang Daddy-nya."Daddy ada-ada aja. Jangan godain aku kayak anak kecil deh," ucap Putri tertawa senang."Tapi emang iya. Aura kan tuan putrinya Daddy yang cantik," ucap Rayyan."Makasih Daddy. Dad belok kanan kita parkir di sana aja," ucap Putri menunjukkan tempat parkir yang cukup luas.Setelah mereka memarkir motor, mereka pun turun dari motor. Seperti biasa, Rayyan membantu putrinya melepaskan helm. Barulah dia melepaskan helmnya sendiri.
Keesokan harinya. Putri bangun dengan wajah sembab. Gadis itu turun ke ruang makan setelah mandi dan sholat subuh. Rayyan yang melihat wajah putrinya sembab pun segera memanggil putrinya."Aura, Sayang. Sini, Nak." Panggil Rayyan menyiapkan kursi tepat di sampingnya. Putri pun tersenyum dan segera menghampiri ayahnya."Udah jangan nangis terus. Insyaallah, Allah maha melihat. Yang benar tak mungkin kalah," ucap Rayyan mengusap rambut putrinya."Lagian sih kamu, De. Jangan suka ngeladenin orang makanya," ucap Aray pada adiknya."Sssttt... Udah jangan diperpanjang. Maafin Mommy ya. Kemarin Mommy marah-marah sama kamu, Nak.""Iya Mommy. Enggak apa-apa. Aura tau Mommy pasti marah karena kecewa," ucap Putri."Iya, Sayang. Daddy udah cerita ke Mommy," ucap Aurel mengecup pipi gembul putrinya yang menggemaskan walau sudah kelas 2 SMA."Iya Mommy
"Duh, Den. Non Aura kasihan banget. Dimarahin sama kakak-kakaknya. Kok bisa dapet surat panggilan dari sekolah sih, Den? Mana Tuan Rayyan belum pulang," ucap Bude khawatir."Tuan Rayyan?" Tanya Liam."Iya. Itu ayahnya Non Aura. Kasihan dia lagi dimarahin sama kakaknya dan Mommy nya," ucap Bude membuat Liam kehilangan kata-kata.*****Liam benar-benar terkejut. Sungguh tak menyangka informasi yang didapatnya benar-benar di luar dugaan. Selama ini Putri adalah gadis yang sederhana. Dia bahkan terlihat seperti orang yang susah. Dia sama sekali tak pernah menunjukkan kehebatan orang tuanya. Makanya kemarin waktu Liam diajak ke rumah Bude dan Pakde, Liam pikir mereka adalah keluarga Putri. Benar-benar sama sekali tidak ada terbesit dalam pikirannya bahwa putri adalah anak dari majikan Bude dan Pakde.Bahkan Liam sempat berfikir Putri menangis karena beasiswanya dicabut. Padahal kenyataannya jika tahu seperti ini Putri tentu tidak mempermasalahkan tentan