Dan kini Liam hanya terpaku. Sungguh tak menyangka. Putri, gadis yang ditaksirnya. Ternyata bukan hanya seorang kutu buku tapi juga gadis bersabuk hitam.
Tak hanya itu, Liam benar-benar tak menyangka dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Putri. Kata-kata yang sukses mencabik-cabik hatinya.
"Kalo Lo suka sama Liam. Ambil aja. Gue engga minat, punya cowok bego yang bisanya cuma cari masalah di sekolah. Enggak level sama gue."
Kalimat itu terdengar begitu menyakitkan. Tapi Liam tak gentar dia akan berusaha menjadi pria yabg diharapkan oleh Putri.
Liam masih bersembunyi di balik pohon besar yang rindang. Pria itu menatap ke arah tiga gadis yabg masih cekcok. Liam benar-benar kesal. Dia sama sekali tak berminat pada gadis manja seperti Citra.
Liam pun segera berjalan meninggalkan pohon besar. Langkah kaki jenjangnya yang dihiasi celana abu-abu itu tampak cepat dan panjang. Rupanya pria itu hendak melangkah ke wilayah belakang sekolah. Wilayah yang biasanya dia gunakan untuk bersembunyi saat pelajaran yang membosankan dan tempat di mana dia memanjat saat terlambat.
Liam menarik napas panjang saat menatap ke puncak dinding pembatas sekolah. Pria itu sadar, ini adalah benda yang selama ini berjasa untuknya agar bisa tetap masuk sekolah walau gerbang sekolah sudah ditutup satpam. Dan sayangnya, perjuangan bodoh itu adalah hal yang tak disukai oleh Putri, gadis gendut yang mencuri hatinya.
"Oke. Ini terakhir kalinya gue panjat dinding. Karena ini adalah jalan tercepat menuju tikungan tempat angkot lewat," ucap Liam berjanji pada dirinya sendiri.
Pria itu pun segera melompat ke dinding dan mencengkeram salah satu batu bata yang tak tertutup rapat. Mulai merayap naik dengan kekuatan tangan dan kakinya. Bergerak hingga sampai puncak.
Dari kejauhan, Liam melihat angkot yang dinaiki oleh Putri. Liam pun segera melompat turun.
BRUUUKKKK...
"Aaaawwww...." Rupanya karena terburu-buru, kaki Liam sedikit terkilir. Liam benar-benar tak peduli. Pria itu pun segera bangkit sambil menahan rasa sakit yang menyiksa pergelangan kakinya.
Kemudian berlari ke arah trotoar. Pria itu tampak melambaikan tangannya agar angkot yang dinaiki Putri berhenti.
Ciiiitttt...
Suara derit rem berbunyi nyaring. Seiring dengan penumpang angkot yang terdorong ke depan. Putri yabg sedang membaca buku pun terkejut. Pasalnya buku yang sedang dia baca sampai terjatuh.
Gadis itu pun menggelengkan kepalanya berusaha untuk bersabar. Kemudian mengulurkan tangan untuk meraih bukunya yang jatuh.
Sayangnya buku malang itu sudah diraih oleh seseorang. Dan tangan itu memberikan buku kepadanya. Putri pun tersenyum dan meraih bukunya.
"Terima kasih," ucap Putri tersenyum mengangkat wajahnya.
Dan gadis itu segera terperanjat saat melihat wajah tampan dengan senyuman manis yang dihadiahkan kepada dirinya. Sayangnya putri terkejut buka karena senyuman manis itu, tapi karena sosok di hadapannya adalah sosok yang sedang dia hindari. Gadis itu pun segera kembali duduk dan membuang wajahnya. Enggan menatap pria menyebalkan ini.
"Kamu rumahnya di mana?" Tanya Liam basa-basi.
"Jauh," ucap Putri enggan menjawab pertanyaan Liam.
"Iya jauh, aku tahu. Tapi di mana?" Tanya Liam penasaran.
"Ngapain nanya-nanya. Jadi cowok enggak usah ganjen deh. Ga tau apa pacarnya itu kayak macan sukanya main keroyokan. Dari pada ganjen sama cewek lain. Mending ngajarin pacarnya biar jadi orang tuh yang sopan," ucap Putri memuntahkan unek-uneknya.
"Aku engga punya pacar," ucap Liam tegas.
"Dasar cowok mata keranjang. Buaya darat. Udah punya pacar enggak mau ngaku," ucap Putri.
"Astaghfirullah Putri. Kok kamu marah-marah. Kamu cembokur emangnya?" Tanya Liam menggoda gadis itu.
"Cembokur?" Gumam Putri bingung dengan bahasa yang diucapkan oleh Liam.
"Cemburu," ucap Liam santai.
Putri pun memutar bola matanya jengah mendengar ucapan Liam. Apa-apaan pria itu.
Putri cemburu? Ya enggak mungkin. Punya hubungan aja enggak.
"Sorry ya. Gue enggak cemburu. Gue cuma enggak suka sama cowok ganjen. Hhhh... Susah ya kalo ngomong sama cowok yang punya otak dangkal," ucap Putri kesal.
Sayangnya Liam bukan cowok yang mudah marah. Pria itu justru tertawa mendengar ucapan Putri yang mengatai dirinya berotak dangkal. Liam justru memanfaatkan keadaan.
"Iya otak gue emang dangkal. Makanya ajarin gue dong biar pinter," ucap Liam santai.
"Modus banget sih Lo," ucap Putri kesal.
"Bang kiri Bang," Putri pun segera menyetop laju angkot. Dia benar-benar malas berdebat dengan pria keras kepala macam Liam.
Gadis itu pun segera turun dari angkot dan membayar biaya baik angkot. Beruntung Liam selalu membawa uang recehan sekarang. Dia belajar dari pengalaman.
Pria itu pun menyusul Putri turun dari angkot dan ikut membayar tarif angkot. Sejenak Liam mencari keberadaan Putri. Dan dia melihat Putri berjalan ke sebuah jalan kecil. Mungkin saja rumah Putri ke arah sana.
Liam mempercepat langkah kakinya mengikuti Putri. Pria itu berusaha agar Putri tak menyadari bahwa dia mengikuti Putri.
Sayangnya Putri memiliki insting yang tajam. Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak. Kemudian menarik napas panjang sebelum memutar tubuhnya ke belakang.
Sreeet....
Putri memutar tubuhnya dan dia tak melihat siapa pun. Pasalnya Liam yang menyadari Putri menghentikan langkahnya segera bersembunyi di belakang pohon.
Dan saat Putri kembali melangkahkan kakinya ke depan, Liam keluar dari persembunyiannya dan kembali mengikuti Putri. Dan kini Putri justru menggunakan instingnya untuk segera membalikkan tubuh dan mengunci lengan Liam yang sejak tadi mengikuti langkahnya.
"Aaaawww... Putri... Ini sakit. Sumpah sakit... Aaaawww," teriak Liam kesakitan. Pria itu benar-benar berlebihan. Padahal dia pun seorang taekwondo bersabuk, tapi justru berpura-pura tak bisa melawan Putri.
"Ngapain kamu ngikutin aku?" Tanya Putri.
"Enggak aku enggak ngikutin kamu," ucap Liam meringis. Sungguh kuncian tangan Putri di lengannya begitu kuat.
"Bohong!" Teriak Putri kesal.
"Beneran. Aku engga bohong."
"Ngaku enggak dari tadi kamu ngikutin aku kan? Mau ngapain coba?" Putri benar-benar geram melihat tingkah Liam yang menyebalkan.
"Enggak aku mau pulang. Aku engga ngikutin kamu. Jangan kepedean deh," ucap Liam membuat Putri semakin memperkuat kuncian tangannya. Seketika suara tulang Liam yang gemertak ngilu.
Kkrreeekkk...
"Aaaawww... Sakit Put."
"Kamu pikir aku bodoh apa. Emangnya aku ga liat bayangan kamu. Kalo kamu engga ngikut aku, ngapain kamu ngumpet di belakang pohon waktu aku nengok ke belakang?"
Skakmat...
Liam tak bisa mengelak lagi. Akhirnya dia pun memilih untuk jujur.
"Aduh Put. Sakit. Beneran sakit. Iya iya aku ngaku. Aku ngikutin kamu," ucap Liam.
Dan...
Kreekkkk...
Putri semakin memusatkan tenaganya. Dia benar-benar kesal.
"Awwwww... Sakit ini. Aduh sakit tau," ucap Liam meringis.
"Iya emang sakit," ucap Putri.
"Mau ngapain coba ngikutin aku?" Tanya Putri semakin geram.
"Mau kenalan sama calon mertua," ucap Liam tak tau malu. Hal itu sukses membuat Putri tak mampu berkata-kata. Dia benar-benar tak paham arah pikiran Liam.
Putri pun melepas lengan Liam.
"Bisa enggak sih kamu tuh enggak memancing emosi aku?" Tanya Putri menatap nyalang ke arah pria di hadapannya.
"Aku becanda, Put. Maaf. Aku tuh mau belajar sama kamu. Biar ketularan pintar. Boleh engga?" Tanya Liam membuat Putri heran. Si raja bolos mau belajar biar pintar? Rasanya ini mustahil.
"Aku becanda, Put. Maaf. Aku tuh mau belajar sama kamu. Biar ketularan pintar. Boleh engga?" Tanya Liam membuat Putri heran. Si raja bolos mau belajar biar pintar? Rasanya ini mustahil.***Putri berusaha untuk tenang menghadapi cowok aneh di hadapannya. Gadis itu lagi-lagi menarik nafas panjang sebelum menghempasnya ke udara bebas. Sungguh dia bukan orang yang pelit. Andaikan temannya yang lain yang minta diajarkan olehnya pun akan segera dia terima walau harus menyita banyak waktu. Tapi yang minta belajar dengannya saat ini adalah cowok malas yang suka tidur di kelas. Cowok sok pinter yang suka bikin cewek keleper-kleper. Cowok super super nyebelin yang suka macarin cewek terus ninggalin. Tiba-tiba mau belajar biar pinter.Salah enggak sih kalau Putri berpikir cowok ini modus?"Kamu modus ya sama aku?" Tanya Putri tanpa basa-basi."Kok kamu engga percaya sih sama aku?" Tanya Lia
"Kok bapak-bapak itu panggil Putri, Non?"****Gumaman liam terdengar jelas di telinga Putri. Gadis itu pun segera meraih tangan wanita dihadapannya untuk dikecup. Kemudian tangan pria itu untuk dikecup pula punggung tangannya."Ini Pakde, yang ini Bude," ucap Putri membuat Liam bangkit dari balai bambu. Cowok itu pun ikut melakukan hal yang sama seperti yang Putri lakukan."Assalamualaikum, Pakde, Bude. Saya Liam temannya Putri," ucap Liam sopan memperkenalkan dirinya."Dia teman sekelas Putri. Lagi belajar sama Putri. Enggak apa-apa kan Putri sama Liam belajar bersama di sini?" Tanya Putri."Ya enggak apa-apa dong, Non. Ayo sini masuk, tapi rumah Pakde sama Bude jelek. Rombeng," ucap Bude tersenyum.Sedangkan Pakde tampak membuka gembok pintu dan mempersilahkan masuk mereka berdua."Ayo sini masuk. Pakde gelar tiker dulu ya," uc
"Udah jangan banyak ngomong. Sini tas nya!" Teriak Putri menarik tas yang ada di pelukan Liam. Seketika wajah pria itu pucat saat Putri membuka isi tasnya.Dan setelah tahu apa yang ada di dalam tas Liam. Putri pun menatap tajam ke arah remaja itu, membuat Liam tersenyum canggung.*****Gadis cantik dengan pipi gempi yang menggemaskan pun mulai mengerucutkan bibirnya. Tepat di saat dia melihat isi di dalam tas Liam. Sungguh Putri heran. Karena tak ada satupun buku yang di simpan di dalam sana. Yang ada hanya kamera SLR."Kamu ke sekolah enggak bawa buku sama sekali?" Tanya Putri menahan kesal. Sungguh dia saja kesal melihat kelakuan cowok super rese ini. Apalagi orang tuanya jika tahu putranya sekolah tanpa ada buku satupun di dalam tasnya?"Ya kan tadi aku udah bilang. Aku engga bawa buku. Kamu nya aja yang enggak percaya," ucap Liam mengerucutkan bibirnya manja. Sikap itu justru membuat Putri berdecak kesal."Kamu engga kasihan
Liam tersenyum jenaka melihat hujan datang bertepatan dengan sumpah serapahnya. Sungguh dia berharap sumpah itu didengar malaikat lewat. Sedangkan Putri benar-benar kesal. Dia berharap ini hanyalah sebuah kebetulan."Duh, Non. Kok malah main hujan-hujanan sih. Bajunya jadi basah kan," ucap Bude membuat Putri segera masuk ke dalam. Bude pun mengikuti anak majikannya masuk ke dalam."Bude aku pinjem baju dong.""Ada sih tapi daster. Mau emangnya, Non?" Tanya Bude."Mau Bude enggak apa-apa. Sekalian pinjam baju pakde juga buat teman Putri.""Ada sih, Non. Tapi modelnya tua. Emang mau temannya Non memakai baju kuno?" Tanya Bude khawatir. Menyadari Liam pasti bukan dari kalangan menengah ke bawah melihat wajahnya yang tampan dan bersih layaknya anak orang kaya."Pasti mau. Dari pada masuk angin kan," ucap Putri."Yaudah ayo ke kamar Bude," ucap Bude mengajak Putri ke kamarnya.Wanita yang sudah membantu mengurus Putri sejak kecil pu
Setelah Liam pergi, Putri pun berpamitan kepada bude dan pakde untuk pulang ke rumahnya. Kini gadis itu memesan ojek online untuk pulang. Karena hari sudah menjelang sore, Putri memilih untuk naik ojek online agar bisa segera sampai di rumah.Jantungnya berdebar tak karuan. Sungguh dia takut jikalau kakak-kakak perempuannya menyadari dia pulang telat.Ternyata benar, baru saja Putri turun dari ojek online. Rupanya dua kakak perempuan yang super perhatian sudah menunggunya di depan gerbang besar sebuah mansion.Ya ...Sebenarnya Putri adalah anak dari pewaris tunggal Felix corp. Yaitu Aurelia Audrey Felix dan seorang dokter kandungan bernama Muhammad Rayyan Surya. Tapi gadis itu enggan memperlihatkan identitas sebenarnya yang menjadi seorang anak super tajir. Dia tidak mau teman-temannya mendekati dia hanya karena statusnya. Dia ingin teman yang tulus."Assalamualaikum," ucap Putri saat masuk ke gerbang."Kamu dari mana aja, De? T
Pagi ini Putri sudah bersiap dengan seragam putih abu-abu miliknya. Gadis itu segera berlari meraih tas sekolah dan bergegas ke meja makan. Pasalnya ini sudah cukup siang. Gadis itu sarapan roti selai coklat dengan terburu-buru."Sayang, hati-hati makannya," ucap Aurel menasihati putrinya."Iya, Mom. Aku harus buru-buru soalnya udah siang. Angkutan umum kan jalannya lama," ucap Putri membuat Aurel tersenyum."Sekali-kali biar Kak Aray anterin kamu ke sekolah. Kakak mau kan anterin Dede ke sekolah?" Tanya Aurel pada putri sulungnya."Ya mau dong. Udah tenang aja nanti Kakak yang anterin kamu ke sekolah," ucap Aray memamerkan jempolnya."Ih Mommy. Dede mau naik angkot aja ah. Lagian Kak Aray kasihan. Arah sekolah aku sama kantor kan berlawanan," ucap Putri yang memang selalu menolak jika harus diantar kakaknya.Pasalnya mobil kakaknya adalah mobil sport Maybach hitam mengkilap yang mentereng di jalanan. Bagaimana tidak mentereng. S
"Put, dipanggil Pak Annas di ruang BK," ucap Trias membuat Putri terkejut."Dipanggil Pak Annas? Ada apa emangnya?" Tanya Putri heran.*****Putri pun segera melangkahkan kakinya menuju ruang Bimbingan konseling. Ruangan yang merupakan ruang guru paling dihindari oleh siswa siswi penurut sepertinya. Sayangnya hari ini dia harus menerima kalau dia akan menjadi salah satu siswi yang masuk ke ruang laknat ini.Dan dari kejauhan, Liam melihat Putri berjalan keluar kelas. Bocah itu pun segera berlari mendekat ke arah Putri. Setelah dekat, dia menepuk bahu gadis itu."Put, Lo mau kemana?" Tanya Liam.Putri pun segera menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke belakang."Aku mau ke ruang BK. Tadi kata Trias aku dipanggil Pak Annas," ucap Putri."Emang ada masalah apa? Kok dipanggil ke sana?" Tanya Liam."Engga
"Aku engga bahagia Dad. Aku malah dicabut beasiswanya," ucap Putri menangis. Ini adalah mimpi buruk baginya. Sungguh mimpi yang amat sangat buruk.*****Gadis itu terus meneteskan air matanya. Sungguh hatinya terlampau kacau. Perasaannya begitu hancur. Dia begitu bangga pada kecerdasannya. Kemampuannya meraih beasiswa. Bukan karena tak mampu sekolah, tapi karena ada kebanggaan sendiri baginya.Sudah tak ada lagi yang bisa dia banggakan sekarang. Nyatanya dia ada gadis paling buruk di rumah. Dia memiliki dua kakak yang sangat cantik. Aray mewarisi perpaduan mommy dan Daddy dengan sangat baik. Bertubuh tinggi semampai, kulit putih, rambut coklat keemasan yang asli. Hawa pun sama. Dia mewarisi wajah Eropa Sang Mommy dengan kulit putih dan mata hitam berbulu mata lentik milik Daddy. Itu luar biasa. Sedangkan dia, entah gen dari mana dia memiliki kulit yang tidak terlalu putih. Mata sipit dengan tubuh berlebihan lemak.Baru kali ini Putri mer
Citra baru saja hendak menghampiri Putri. Tapi nyatanya dia justru malah melihat putri berlari keluar dari perpustakaan. Tubuh gadis Itu tampak berguncang."Putri nangis kenapa?" Gumam Citra dalam hati nya. Namun sesaat kemudian dia justru melihat Liam yang duduk di meja perpustakaan."Putri kok keluar? Dia kenapa?" Tanya Citra pada Liam."Aku nggak tahu," jawab liang masih menatap kearah pintu perpustakaan. Padahal nyatanya di sana sudah tidak ada Putri."Lho kok kamu nggak tahu? Kan terakhir kali kamu sama dia," ucap Citra bingung."Kamu salah ngomong kali, terus dia marah deh jadinya," ucap Citra membuat Liam mengangkat bahunya."Kamu habis ngomong apa sama Putri?" Tanya Citra."Aku nembak dia lagi. Tapi kayaknya dia mau nggak suka sama aku deh," ucap Liam tertawa sumbang. Hal ini tentu saja membuat Citra ikut tertawa. Citra sudah tak punya rasa sakit di hatinya melihat Liam ya masih menyukai Putri. Karena kini di
Sore ini menjadi sore yang berbahagia. Seolah sinar jingga yang menghiasi langit biru ikut meramaikan kebersamaan Putri, Citra dan Liam. Mereka baru saja selesai membersihkan toilet sekolah. Rasa lelah hinggap di tubuh mereka. Tapi kebersamaan membuatnya merasa bahagia dan tidak terbebani sama sekali.Sejak saat itu mereka mulai belajar bersama. Berusaha keras untuk menjadi bintang kelas hingga akhirnya bersaing secara sehat untuk mendapatkan juara kelas.Putri dan Liam selalu bergantian menjadi juara 1 dan 2. Sedangkan Citra menjadi juara 3 nya. Tak hanya itu, Citra juga menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak pilih-pilih kawan. Dan seragam yang digunakannya pun patuh pada aturan.Dan di hari menjelang kelulusan, Putri bersama Citra selalu saja berada di perpustakaan. Mengisi waktu kosong tanpa jam pelajaran.Mereka berpencar di perpustakaan, mencari buku-buku favorit mereka. Setelah Putri mendapatkan buku kesukaannya, gadis itu pun dudu
Usai berbincang dari hati ke hati, Putri dan Citra pun keluar dari ruangan menghampiri kedua orang tua mereka."Kami sudah saling minta maaf dan saling memaafkan. Mulai hari ini kami akan berteman," ucap Putri tersenyum ke arah Citra."Syukurlah kalau begitu," ucap Ilyas tersenyum. Kemudian Pak Ilyas pun menghampiri Pak Rayyan, mengulurkan tangannya."Minta maaf atas kesalahan putri saya kepada putri Anda ya, Pak.""Tidak masalah, Pak. Mereka masih remaja butuh melakukan kesalahan untuk tahu mana yang benar dan mana yang salah," ucap Rayyan begitu bijaksana."Baiklah kalau begitu. Masalah selesai. Untuk Citra. Berdasarkan diskusi kami para orang tua, kamu tetap mendapatkan hukuman. Yaitu membersihkan toilet sekolah," ucap Pak Annas membuat Citra menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia terlalu pasrah."Iya, Pak." Ucap Citra mengang
“Put, maafin gue. Gue yang salah,” ucap Citra lemah.*****Putri menatap tangan Citra yang terulur ke arahnya. Gadis itu tersenyum. Tak menyangka Citra mau minta maaf padanya. Karena yang dia tahu, Citra adalah gadis super ampuh yang tak mau mengakui kesalahannya. Jangankan meminta maaf mengakui kesalahan saja dia enggan. Bahkan dia kerap kali memutarbalikkan fakta agar orang yang yang menjadi korban seolah bersalah. Inilah kenyataan yang terjadi pada Putri.Putri masih belum meraih jabatan tangan Citra. Gadis itu kembali menoleh ke atas. Hendak menatap wajah Citra. Sayangnya Citra membuang wajahnya ke arah lain. Gadis itu benar-benar angkuh.Putri pun tersenyum melihat tingkah Citra."Kalau nggak ikhlas minta maaf, nggak usah minta maaf," ucap Putri tenang. Buat Citra kembali menatap wajah Putri dengan geram. Citra berusaha menahan emosinya dengan kuat. Sungguh gadis dihadapannya ini membuatnya terbakar amarah. Bahkan
Liana berjalan tergesa menuju kelas Citra, putrinya. Sungguh dia benar-benar panik saat tau dia telah mencari masalah dengan investor terbesar di perusahaan suaminya. Kali ini dia harus bisa memastikan Citra meminta maaf pada Putri.TOK TOK TOK...Liana mengetuk ruang kelas Citra yang sedang menerima pelajaran. Hal itu tentu saja membuat guru yang sedang mengisi kelas menghentikan penjelasannya. Kemudian berjalan menuju pintu.Ceklek.“Selamat pagi, Bu. Ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita berpakaian rapi layaknya seorang guru pun menyapa Liana.“Permisi, Bu guru. Perkenalkan saya liana. Ibu dari Citra. Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar. Saya harus bertemu dengan putri saya yang namanya Citra. Apa kah boleh?” tanya Liana sopan.“Kalau boleh tau apakah hal yang harus dibicarakan adalah hal yang mendesak? Karena saat ini sedang ada pemberian materi pelajaran,” u
Kini Rayyan mulai menyetel rekaman pada kamera SLR milik Liam. Pria itu tersenyum puas melihat reaksi Liana. Pasalnya dia baru menyadari kalau ternyata Citra yang mencari masalah. Sedangkan Putri hanya berusaha membela diri. Dan dua gadis yang menjadi saksi adalah teman Citra yang berniat mengganggu Putri."Setelah anda melihat rekaman Kamera SLR ini. Apa anda masih berpikir bahwa Putri bersalah, Pak Annas?" Tanya Rayyan."Saya minta maaf atas kesalahan ini. Saya akan menindaklanjuti kasus ini. Terima kasih atas bukti rekaman nya Pak Rayyan," ucap Pak Annas."Daddy dapet kamera ini dari siapa?" Tanya Putri penasaran."Nanti Daddy kasih tau. Sekarang yang penting Daddy mau memenuhi janji Daddy untuk membatalkan hukuman skorsing kamu, Nak." Rayyan mengusap lembut puncak kepala putrinya. Sedangkan Liana menampilkan wajah pucat. Dalam rekaman itu jelas terlihat bahwa Citra memang sangat bersalah. Awalnya Citra bersama dua temannya yang hendak memb
Kini Putri dan Daddy-nya mulai membelah jalanan ibu kota Jakarta dengan kecepatan sedang. Mereka bergerak menuju sekolah Putri. Dan akhirnya mereka pun sampai di depan gerbang sekolah."Alhamdulillah, sampai juga," ucap Rayyan."Alhamdulillah. Iya, Dad.""Parkirnya di mana Nak?" Tanya Rayyan."Masuk aja ke dalam, Dad. Nanti diparkir di sebelah kanan aja," ucap Putri."Oke siap tuan putriku yang cantik," ucap Rayyan membuat Putri Tersipu malu dan mencubit pinggang Daddy-nya."Daddy ada-ada aja. Jangan godain aku kayak anak kecil deh," ucap Putri tertawa senang."Tapi emang iya. Aura kan tuan putrinya Daddy yang cantik," ucap Rayyan."Makasih Daddy. Dad belok kanan kita parkir di sana aja," ucap Putri menunjukkan tempat parkir yang cukup luas.Setelah mereka memarkir motor, mereka pun turun dari motor. Seperti biasa, Rayyan membantu putrinya melepaskan helm. Barulah dia melepaskan helmnya sendiri.
Keesokan harinya. Putri bangun dengan wajah sembab. Gadis itu turun ke ruang makan setelah mandi dan sholat subuh. Rayyan yang melihat wajah putrinya sembab pun segera memanggil putrinya."Aura, Sayang. Sini, Nak." Panggil Rayyan menyiapkan kursi tepat di sampingnya. Putri pun tersenyum dan segera menghampiri ayahnya."Udah jangan nangis terus. Insyaallah, Allah maha melihat. Yang benar tak mungkin kalah," ucap Rayyan mengusap rambut putrinya."Lagian sih kamu, De. Jangan suka ngeladenin orang makanya," ucap Aray pada adiknya."Sssttt... Udah jangan diperpanjang. Maafin Mommy ya. Kemarin Mommy marah-marah sama kamu, Nak.""Iya Mommy. Enggak apa-apa. Aura tau Mommy pasti marah karena kecewa," ucap Putri."Iya, Sayang. Daddy udah cerita ke Mommy," ucap Aurel mengecup pipi gembul putrinya yang menggemaskan walau sudah kelas 2 SMA."Iya Mommy
"Duh, Den. Non Aura kasihan banget. Dimarahin sama kakak-kakaknya. Kok bisa dapet surat panggilan dari sekolah sih, Den? Mana Tuan Rayyan belum pulang," ucap Bude khawatir."Tuan Rayyan?" Tanya Liam."Iya. Itu ayahnya Non Aura. Kasihan dia lagi dimarahin sama kakaknya dan Mommy nya," ucap Bude membuat Liam kehilangan kata-kata.*****Liam benar-benar terkejut. Sungguh tak menyangka informasi yang didapatnya benar-benar di luar dugaan. Selama ini Putri adalah gadis yang sederhana. Dia bahkan terlihat seperti orang yang susah. Dia sama sekali tak pernah menunjukkan kehebatan orang tuanya. Makanya kemarin waktu Liam diajak ke rumah Bude dan Pakde, Liam pikir mereka adalah keluarga Putri. Benar-benar sama sekali tidak ada terbesit dalam pikirannya bahwa putri adalah anak dari majikan Bude dan Pakde.Bahkan Liam sempat berfikir Putri menangis karena beasiswanya dicabut. Padahal kenyataannya jika tahu seperti ini Putri tentu tidak mempermasalahkan tentan