Di kamar biara yang dahulu terasa tenang, Anna menjadi sangat gelisah, setiap ketukan pintu atau ketika dia mendengar langkah kaki mendekat. Anna selalu takut meninggalkan bayinya sendirian, dan menangis di malam setiap mengingat Ethan dan Leona. Keadaanya semakin buruk karena dia juga tak mau makan.
"Anna sayang, kamu harus makan, demi bayimu, mau makan apa nanti anakmu, dia sangat bergantung padamu." Suster Maria menimang Bayi Jacob yang merengek lapar, sedangkan Anna hanya duduk dalam keadaan bingung.
"Anna?" panggil suster Maria lagi dengan lembut, tapi Anna hanya diam terpekur dengan air mata menetes di pipinya.
Suster kepala ikut masuk dan men
Berbekal uang sedikit dari biara, Anna membawa bayi Jacob pergi. Dia membulatkan tekadnya, dan segera melarikan diri lagi. Dia tahu hanya dalam hitungan hari, Ethan akan menangkapnya.Dia tak mau anaknya memanggil Leona, mama. Hanya Anna yang boleh dipanggil mama oleh Jacob.Anna memandang bayi dalam pelukannya, Jacob genap 6 bulan sekarang. Dia bertubuh gempal dan sangat mudah tertawa. Hati Anna melambung tinggi karena bahagia setiap melihat senyum tanpa gigi anaknya, namun sedih karena Anna seperti melihat Ethan kecil di diri anaknya. Bagaimana, anak ini begitu mirip dengan papanya?"Jacob…anak mama, hari ini belajar makan lagi ya, mama buat bubur nasi." Bayi itu menatapnya dengan mata bulat hitamnya, lalu tersenyum. Dengan gemas Anna mencium pipi gempalnya.Dalam beberapa bulan akhir ini, Anna bekerja sebagai penjaga kios laundry koin. Anna sangat bersyukur kepada biara yang menyiapkan rumah dan pe
"Aku, akan pergi, aku akan membawa anak kita," seketika suara dingin itu mengagetkan Ethan yang terbangun dengan kecewa. Matanya kembali menatap nyalang ke langit-langit rumah. Badannya pegal karena dia tertidur dengan Posisi kaki separuh di bawah.Kamarnya yang biasanya rapi sekarang sangat berantakan, tidak ada yang boleh sentuh kamarnya, bahkan Daniel kembali terancam dipecat saat di berani menyentuh tempat sampah di kamar Ethan. Dia mau kamarnya tetap seperti Anna ada, walau wanginya samar-samar mulai menghilang, tapi kadang wangi samar itu dapat membawanya ke mimpi indah seperti semalam.Kadang mimpinya mereka sedang di Singapura, kadang di pernikahan mereka, kadang di awal pertemuan mereka dulu, di rumah sakit, saat dia mengej
Suster Lila yang selalu rajin bergosip langsung siap mencatat segala sesuatu yang terjadi dalam benaknya, agar bisa menjadi bahan gosipnya yang terbaru. Dokter Steven yang misterius itu, selalu menjadi bahan gosip yang paling disukai oleh teman-temannya se-rumah sakit. Perceraian Dokter itu, membuat gempar dan Suster Lila semakin termasyur dalam memberikan info terkini tentang Dokter Steven yang tampan itu."Kamu sudah kasih Paracetamol, Na?" Anna menggeleng, langsung seketika merasa bodoh, harusnya dia memberikan Paracetamol dulu, baru panik berlari ke rumah sakit."Kamu tenang dulu, sepertinya setelah diperiksa, Jacob tak ada masalah. Hanya…, sini kamu lihat deh," panggil Dokter Steven dengan lembut. Suster Lila melonjak senang melihat
"Aku tidak percaya!" teriak Leona marah, dengan geram dia membanting pintu yang ditahan oleh Suster Lila.Suster tua itu ikut masuk karena dia tidak boleh ketinggalan gosip. Ketika mantan istri Dokter Steven tiba-tiba berkunjung, dan duduk menunggu, sedangkan pacar baru dokter Steven ada di dalam, Suster Lila sangat bersemangat, pasti akan terjadi peristiwa yang seru sekali.Dia sengaja bercerita ke siapapun yang lewat, perihal pacar baru Dokter Steven. Semakin lama suaranya semakin kencang, sehingga Leona, mantan istri Dokter Steven pasti ikut mendengarkan. Maka ketika wanita itu lalu dengan marah memaksa masuk walaupun Suster Lila melarangnya, dia pun ikut masuk untuk 'melerai' dan memasang telinganya lebar-lebar, menyerap bahan g
“Kamu, belum menandatangani surat keparat itu kan?” tanyanya dengan penuh harap. Jantung Leona seakan berhenti berdebar saat menunggu jawaban Steven, dia memainkan kancing kemeja suaminya dengan manja. Steven menatapnya dalam diam, memperhatikan air wajahnya dengan seksama.Awalnya Leona datang untuk memaksa Steven menandatangani surat cerai mereka. Dia mau memperlihatkannya kepada Ethan, kalau dia benar-benar sudah bercerai, sambil berharap adanya respon dari pria itu. Namun kini, dia sungguh-sungguh berharap, suaminya belum menandatangani surat itu. “Belum, suratnya masih ada di laci,-” ucapan Steven terpotong dengan ciuman cepat dari Leona. Dia menciumnya dengan sepenuh emosinya, semua ketakutannya dicurahkan dalam ciuman itu, berharap Steven membalasnya.Steven terkejut saat merasakan bibir Leona yang amat dia rindukan. Selama pernikahan mereka, Steven hanya dapat merasakan
Leona terbangun ketika handphone-nya bergetar di meja samping tempat tidur. Tangan Steven yang berat berada di pinggangnya yang ramping, dia tersenyum mengingat percintaan mereka semalam yang dahsyat. Dia mencoba menggeser tangan Steven yang berat secara pelan-pelan, tapi pria itu malah mengeratkan pelukannya sambil mengerang lembut.Mendengar suaranya membuat hati Leona memgembang dengan cinta, betapa dia mencintai suaminya ini. Dan semua itu baru disadari baru-baru ini. Dia menarik tangan suaminya dan mengecupnya."Masih mau bobo, bangunin nanti jam 8." Suara malas Steven terdengar walau matanya masih terpejam."Iya, ini ada telepon," jawab
Tengah malam Anna terbangun, dengan panik melihat Jacob yang tertidur lelap. Dia aman, dia masih aman. Namun hatinya tidak tenteram. Dia berdiri dan menatap jendela satu-satunya di kontrakannya yang mungil. Suasana sekeliling rumahnya sunyi senyap. Tidak ada suara apapun kecuali desah napas Jacob.Mungkin dia terlalu khawatir, sudah beberapa bulan Dokter Steven tidak muncul. Kadang dia merasa bersyukur pria itu tak ada, tapi kadang Anna merasa ketakutan memikirkan mulut istrinya. Bagaimana jika Leona menceritakan tentang dirinya ke Ethan, bagaimana jika Jacob direbut darinya?Bunyi petir menyambar mengagetkan Ethan yang tengah melamun. Dia sebenarnya tidak tertidur namun juga tidak sadar. Pikirannya ada dimana-mana walau tubuhnya terpaku di kamarnya. Kini dia membiarkan bayangan Anna mengikutinya, bahkan kadang dia mengaj
"Ethan, apakah kamu masih akan melakukan kerjasama untuk hotel di Bali dengan perusahaan Leona?” Daniel sebenarnya merasa percuma bicara dengan Ethan, pria itu duduk diam di kasurnya sambil mengelus baju pengantin Anna. Sepertinya Ethan harus di periksa ke dokter, keadaannya semakin parah. Daniel harus ingat nanti menjadwalkan dokter untuk datang ke rumah.Namun, ternyata Ethan cukup normal pagi ini. Dia menoleh dan tersenyum kepada Daniel.“Oke, Dani. berikan jadwal yang lain juga. Aku mau tahu bagaimana perkembangan perusahaan kita. Dan sebentar lagi masuk tutup buku, katakan pada bagian finance, berikan semua ke aku dulu baru boleh yang lain baca.“ Daniel terkejut. Ethan begitu normal, seakan tidak ada apa-apa, dia bahkan memanggilnya Dani?“Oh oke. Aku ak
"Oh Anna," desah Ethan terengah-engah merasakan sentuhan Anna yang semakin mendesak. Dia semakin bersemangat untuk meninggalkan jejak di cerukan leher Anna, tapi wanita itu segera menghindar."Jangan, ah kita kan mau ke dokter, nanti malu ah," seru Anna sambil terkikik geli merasakan bibir suaminya di lehernya yang jenjang."Ish, biar saja, biar mereka semua tahu kamu ada yang punya," ujar Ethan masih mau menikmati kulit putih sempurna milih istrinya itu, tapi Anna menggeliat dengan sedemikian rupa sehingga Ethan tetap tak bisa menyesap leher sempurna itu.Dia lalu memegang kedua tangan istrinya sambil tersenyum miring. Wanita itu menatapnya dengan mata coklat mudanya yang cantik. Matanya membulat karena terkejut."Kareba bergerak terus aku akan ikat kamu!" Ethan bergaya tegas, tapi tatapan mata Anna yang memelas membuatnya tidak tega, dia mendengus lalu menyerah."Aku menc
Saat Daniel menanyakan hal itu, Anna keluar dari kamar dan mengambil alih Jacob. Anna hanya mendengar sekilas ucapan Daniel, tapi dia mengerti apa yang sedang dibicarakan."Aku ikut, saat kamu ke dokter aku ikut!" ujarnya cepat lalu meletakkan Jacob kembali ke kursinya. Batita itu kembali merenggut dan merengek, dia maunya di gendong, dia tak suka berada di kursi. Dia mulai meraung, tapi ketiga orang dewasa di sekitarnya tak ada yang peduli padanya."Oh... haruskah hari ini?" tanya Ethan sambil meletakkan daging asap mengepul di tengah meja."Ethan, kita tak tahu sampai kapan kamu akan sadar, nanti kalau kamu tiba-tiba menghilang bagaimana?" tanya Daniel dengan penuh kekhawatiran. Anna, membuat makanan untuk Jacob, lagi-lagi instan karena dia belum belanja. Ethan mencari pengalihan perhatian."Makan apa dia? Mengapa instan begitu? Seharusnya kamu masak makanan sehat untuknya jangan yang instan, Dani,
“Aku akan selalu bersamamu sayang.” Mereka menyatu dengan sempurna, Anna mengangguk setitik air mata terjatuh di pipinya.“Kamu sangat sempurna untukku, Anna. Aku mencintaimu.” Mereka saling terengah-engah memuaskan diri dan emosi mereka yang kini saling berpadu. Napas mereka memburu dengan detak jantung yang saling bertalu-talu. “Oh, betapa aku mencintainya, jangan lupakan aku, Ethan!” pinta Anna dalam hati. Dia memekik bersamaan dengan Ethan yang melenguh panjang. Pria itu menatapnya lalu mengecup air matanya.“Terima kasih sayang, karena kembali kepadaku.” Anna bergelung di dada suaminya. “Terima kasih karena telah mengingatku.” desah Anna dalam hati.Ethan berdiri untuk mengambil kaosnya dan mengenakannya kembali merebahkan dirinya di samping Anna. Pria itu menarik pinggang Ana yang ramping. Istrinya masuk kedalam pelukannya, namun walaupun Anna
Dia berdiri diatas bangku berusaha mengikat tali di bagian atas langit-langit ruangan. Namun palang yang dulunya ada untuk mamanya mengikat kini bisa tidak ada. Tadi ada, namun kini hilang, lalu saat dia sadari, tali yang dia pegang pun tak ada? Kemana itu semua? Dia berteriak dengan frustasi sampai pintu ruangan itu terbuka dengan kasar. Wanita tadi masuk dengan air mata bercucuran di pipinya."Sayang, jangang sayang maafkan aku, oh Tuhan, maafkan aku, sayang turunlah!" pekik Anna dengan sangat takut. Wajah Ethan begitu gelap. Dia berdiri diatas bangku dengan canggung, wajahnya bingung seperti mencari sesuatu yang tiba-tiba menghilang."Ethan Samuel, turun kamu dari situ!" teriak Anna berusaha dengan tegas seakan dia sedang memarahi Jacob yang membuang-buang makanannya. Pria itu menoleh dengan bingung."Aku bilang turun, kamu harus turun!" Walau air mata Anna mengalir deras, dia merasa, Ethan harus dikagetkan, dengan ca
"Sayang…," desah Ethan sambil menciumi kelopak telinga Anna sehingga Anna tekikik geli. Tubuhnya mulai bergoyang tak terkendali, merespon tiap sentuhan Ethan. Jemari Anna mulai meraih kancing kemeja kerja Ethan. Dan dengan terampil kancing demi kancing dilepaskannya. Ethan tersenyum miring saat merasakan kemejanya sudah terlepas semua, dan jemari Anna mulai merasakan dadanya."Hmm, geli Anna," Ethan mendesah saat Anna terus menyusuri kulit perutnya yang berkotak-kotak.Anna tersenyum nakal, sambil terus merasakan hangatnya tubuh Ethan. pria itu dengan cepat melepas kemejanya sehingga kedua tangan Anna bebas menyentuhnya. Mata wanita itu berbinar-binar melihat tubuh Ethan yang kurus namun berotot itu."Kamu harus makan lebih banyak ya? Tubuhmu kurus sekali," Anna menyu
"Sayang, maafkan aku, kamu sudah pulang dan aku malah membuatmu takut, kembalilah padaku, aku sangat merindukanmu," desah Ethan di telinga Anna, pelukannya terasa nyata. Anna tak lagi berusaha melepaskan diri. Dia menoleh untuk menatap Ethan, dan menilai.Mata pria itu kembali hangat sebagaimana Anna mengingatnya. Dia tersenyum sedih, memandang Anna penuh harap. Anna menatap Jacob yang sudah kembali merasa aman di pelukan mamanya, batita itu sudah sibuk bermain dengan kancing baju mamanya. Tapi tiba-tiba dia menyentuh hidung papanya"Pa….pa," cengirnya memperlihatkan gusi yang kemerahan."Iya sayang, aku papamu." Ethan menangis menatap bayinya, bukan dia sudah besar sudah bukan bayi lagi. Betapa dia sudah kehilangan waktu, apa yang terjadi? Anna terk
"Aku Anna, Anna Federica, istrimu, ibu dari Jacob anakmu. Aku berhak ke lantai tiga, atau kemanapun aku mau karena aku… ini… istri...mu!" pekiknya marah sambil memukul Ethan yang terlihat linglung. Anna marah dan kecewa, baru saja dia berpikir, Ethan sembuh dan mereka bisa kembali seperti sedia kala. Namun dalam sekejap semua harapannya pecah berkeping-keping.Dia terus memukuli Ethan sampai kedua tangannya dipegang Ethan dengan kuat sehingga dia tidak bisa memukulnya."Apa, kamu kamu apa?" teriak anna marah berusaha melepaskan diri yang percuma."Aku mau ini." Pria itu lalu menunduk mengecupnya lagi. Dia terus mendorongnya ke dinding, sambil terus menciumnya dengan panas. Anna menerima ciuman itu dengan bingung, namun gairahnya muncul dan kem
Ethan tak dapat berpikir, untuk sementara dia hanya mengagumi kecantikan alami wanita di hadapannya. Dia bergerak otomatis mendekati wanita itu saat dia sedang sibuk mengeringkan rambutnya. matanya membesar saat menyadari Ethan sudah ada dihadapannya."Mau apa kamu?" tanya Anna mundur. Tapi Ethan semakin mendekat, dan dia sudah menempel di dinding kaca boks mandi."Mengapa kamu sangat mengganggu?" Dia mengangkat tangannya dan mengelus pipi Anna dengan lembut, wanita itu terperangah, merasakan sentuhan Ethan setelah beberapa lama, rasanya luar biasa. Mereka saling pandang yang terasa sangat intens dan ketika insting membawa Ethan untuk menunduk dan merasakan bibir wanita itu dia mundur. Kaget dengan apa yang ada di kepalanya."Astaga, apa yang baru saja dia pikirkan?" batin Ethan, bagaimana dia bisa mau mencium wanita lain selain Anna. Wanita itu menatapnya lalu segera meninggalkannya yang bingung di dalam kam
Daniel menatap Ethan yang kini makan dengan lahapnya di meja makan. Walaupun pikirannya belum sembuh setidaknya hari ini sudah ada makanan yang masuk."Dani, chef-nya pintar yang kali ini, boleh dipertahankan. Nanti siang aku mau masakan dia lagi," ucap Ethan mengambil lagi nasi goreng dari bakul. Daniel mengangguk dengan senyuman di bibir karena mengetahui kalau itu adalah masakan Anna. Semoga dengan keberadaan Anna, Ethan bisa pulih."Dani, kamu bisa jadwalkan dokter buat Anna? Dia sepertinya kesakitan sekali kemarin, punggungnya pegal, dia kan sudah masuk bulan ke-7?" Dan harapan Daniel kembali pupus. Entah kenapa, ingatan Ethan selalu berhenti di Anna hamil 7 bulan. Setiap hari perintahnya selalu sama. Namun Daniel hanya mengangguk dan meninggalkannya masih asyik makan.