Tengah malam Anna terbangun, dengan panik melihat Jacob yang tertidur lelap. Dia aman, dia masih aman. Namun hatinya tidak tenteram. Dia berdiri dan menatap jendela satu-satunya di kontrakannya yang mungil. Suasana sekeliling rumahnya sunyi senyap. Tidak ada suara apapun kecuali desah napas Jacob.
Mungkin dia terlalu khawatir, sudah beberapa bulan Dokter Steven tidak muncul. Kadang dia merasa bersyukur pria itu tak ada, tapi kadang Anna merasa ketakutan memikirkan mulut istrinya. Bagaimana jika Leona menceritakan tentang dirinya ke Ethan, bagaimana jika Jacob direbut darinya?
Bunyi petir menyambar mengagetkan Ethan yang tengah melamun. Dia sebenarnya tidak tertidur namun juga tidak sadar. Pikirannya ada dimana-mana walau tubuhnya terpaku di kamarnya. Kini dia membiarkan bayangan Anna mengikutinya, bahkan kadang dia mengaj
"Ethan, apakah kamu masih akan melakukan kerjasama untuk hotel di Bali dengan perusahaan Leona?” Daniel sebenarnya merasa percuma bicara dengan Ethan, pria itu duduk diam di kasurnya sambil mengelus baju pengantin Anna. Sepertinya Ethan harus di periksa ke dokter, keadaannya semakin parah. Daniel harus ingat nanti menjadwalkan dokter untuk datang ke rumah.Namun, ternyata Ethan cukup normal pagi ini. Dia menoleh dan tersenyum kepada Daniel.“Oke, Dani. berikan jadwal yang lain juga. Aku mau tahu bagaimana perkembangan perusahaan kita. Dan sebentar lagi masuk tutup buku, katakan pada bagian finance, berikan semua ke aku dulu baru boleh yang lain baca.“ Daniel terkejut. Ethan begitu normal, seakan tidak ada apa-apa, dia bahkan memanggilnya Dani?“Oh oke. Aku ak
Ethan merasa senang bertemu kedua temannya, bahkan Leona dan Steve bergandengan tangan berdua. Sepertinya mereka akur sekali. Dia melambai dengan semangat kepada mereka. Wajah mereka terkejut, mungkin dia dulu terlalu acuh pada mereka.Untung Anna kini sudah bersamanya, jadi tidak ada canggung lagi diantara mereka berempat. Anna tersenyum melihat kedatangan mereka. Wanita itu pengertian sekali. Ethan pasti akan merasa canggung jika bertemu Raka dan istrinya. Tapi tidakAnna, dia duduk dengan anggun meminun air madunya. Ethan sudah memesankan khusus buatnya, katanya air madu bagus buat ibu hamil.Pandangan Daniel dan Leona bertemu. Daniel seperti mengisyaratkan mereka perlu bicara, memang ada yang aneh disini. Ethan tidak seperti biasanya. Dia sangat aneh.
Ethan menatap istrinya yang terbaring di tempat tidur. Dia tertidur dengan lelapnya. Dia segera ikut masuk ke dalam selimut dan menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Anna memekik pelan tapi Ethan segera membungkamnya dengan ciumannya."Kamu baru pulang sayang?" Suara paraunya begitu seksi sehingga Ethan kembali jatuh hati dengan wanita cantik itu."Maaf aku tertidur, sepanjang siang aku ditendang bayi di perutku sehingga aku letih sekali." Ethan tertawa kecil lalu memutar tubuh istrinya."Bayi nakal." Ethan menundukan kepalanya lalu mengecup perut membuncit istrinya. Anna suka mengeluh tubuhnya tidak sebagus dulu, tangan dan kakinya membesar, padahal menurut Ethan itu tak penting karena yang dia cintai adalah diri Anna sendiri, bukan fisiknya.
Leona menatap ketakutan ke arah suaminya yang menatapnya dengan penuh selidik. Dia yang duduk bersandar ke Steven seketika berdiri dan memegang perutnya."Aduh aku lapar sekali, aku mau minta makanan dulu ya?" ujarnya segera berjalan menjauh dari suaminya. Tapi tangannya segera ditahan Steven sehingga dia tertarik jatuh kembali ke sofa."Apa yang kamu telah lakukan?" ulang Steven dengan kesabaran tingkat tinggi. Dia menggunakan nada yang dia biasa gunakan untuk menegur pasien anaknya yang nakal.Istrinya segera menunduk, menghindari pandangan Steven."Leon?""Nggak mau cerita, nanti kamu marah," ucap Leona merajuk. Steven menghela napasnya, untung di hadapannya hanya Daniel yang sudah mengenal karakter Leona dari kecil."Leon?""Ish…, Kamu janji dulu, nggak akan marah jika aku cerita nanti?" rajuknya
Leona menatap wajah suaminya yang kecewa. Hatinya kini sangat takut, bagaimana jika dia digantikan? Bagaimana jika keriduannya pada Anna akan membuat Steven meninggalkannya lagi seperti Ethan.Wajah suaminya tadi yang kecewa tadi tak akan bisa berbohong. Leona tahu, suaminya masih merindukan Anna dan anaknya. Hatinya teriris, dia baru menyadari betapa dia mencintai Steven. Sejak kecil pria itu selalu ada untuknya, walau dia mengacuhkannya.Steven adalah pria pertama yang mengajak dia berdansa di malam kelulusan sekolah mereka, saat dia sangat mengharapkan Ethan untuk mengajaknya berdansa.Steve juga yang menemani Leona saat dia operasi usus buntu, walau berulang kali dia mengabarkan Ethan, dia akan operasi, pria itu tidak pernah datang, hanya Steven yang selalu a
Daniel menyetir dalam diam seperti sibuk dengan pikirannya sendiri sama seperti Anna yang duduk di bangku belakang. Bayi Jacob untungnya sudah tidur lelap, sehingga dia tenang saat dipindahkan tidurnya masuk ke dalam mobil.Dengan hati yang gusar, Anna terus menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa Ethan. Andai dia tidak egois dan memikirkan dirinya sendiri, Ethan pasti akan baik-baik saja. Andai dia dulu tidak terlalu terbakar api cemburu, Ethan pasti masih sehat. Atau jika saja dia tidak terlalu mudah percaya pada Leona, mereka pasti masih bahagia! "Dasar Anna bodoh, malah merusak segalanya!" makinya dalam hati.Ethan menatap dengan tatapan kosong ke langit-langit kamar tidur mereka. Lagi-lagi dia kesepian. Suasana tenang ini membuatnya gila. Seharusnya ada Anna yang cerewet di sampingnya.
“Baiklah, aku akan kembali ke kamarku di atas, ada bel terpasang di samping tempat tidur Ethan, kamu bisa memanggilku dengan menekan tombol itu.” Dia mulai berjalan menuju pintu.“Daniel...terima kasih atas segalanya, kamu bukan karyawan, namun kamu adalah keluarga Ethan sesungguhnya, kakak yang dia tak pernah punya.” Wajah pria itu dipenuhi emosi saat mendengar kata- kata Anna.“Terima kasih Anna, karena sudah kembali.” Dia lalu tersenyum sedih dan naik ke atas.Anna menghela napas, kembali menatap kekasih hatinya. “Aku akan mengembalikanmu seperti semula. Kau dengar Ethan, kamu pasti masih ada di dalam situ. Kamu harus kembali, kami membutuhkanmu,” ucapnya dengan lantang kepada pria yang sedang sibuk berbicara sendiri.&
Daniel menatap Ethan yang kini makan dengan lahapnya di meja makan. Walaupun pikirannya belum sembuh setidaknya hari ini sudah ada makanan yang masuk."Dani, chef-nya pintar yang kali ini, boleh dipertahankan. Nanti siang aku mau masakan dia lagi," ucap Ethan mengambil lagi nasi goreng dari bakul. Daniel mengangguk dengan senyuman di bibir karena mengetahui kalau itu adalah masakan Anna. Semoga dengan keberadaan Anna, Ethan bisa pulih."Dani, kamu bisa jadwalkan dokter buat Anna? Dia sepertinya kesakitan sekali kemarin, punggungnya pegal, dia kan sudah masuk bulan ke-7?" Dan harapan Daniel kembali pupus. Entah kenapa, ingatan Ethan selalu berhenti di Anna hamil 7 bulan. Setiap hari perintahnya selalu sama. Namun Daniel hanya mengangguk dan meninggalkannya masih asyik makan.
"Oh Anna," desah Ethan terengah-engah merasakan sentuhan Anna yang semakin mendesak. Dia semakin bersemangat untuk meninggalkan jejak di cerukan leher Anna, tapi wanita itu segera menghindar."Jangan, ah kita kan mau ke dokter, nanti malu ah," seru Anna sambil terkikik geli merasakan bibir suaminya di lehernya yang jenjang."Ish, biar saja, biar mereka semua tahu kamu ada yang punya," ujar Ethan masih mau menikmati kulit putih sempurna milih istrinya itu, tapi Anna menggeliat dengan sedemikian rupa sehingga Ethan tetap tak bisa menyesap leher sempurna itu.Dia lalu memegang kedua tangan istrinya sambil tersenyum miring. Wanita itu menatapnya dengan mata coklat mudanya yang cantik. Matanya membulat karena terkejut."Kareba bergerak terus aku akan ikat kamu!" Ethan bergaya tegas, tapi tatapan mata Anna yang memelas membuatnya tidak tega, dia mendengus lalu menyerah."Aku menc
Saat Daniel menanyakan hal itu, Anna keluar dari kamar dan mengambil alih Jacob. Anna hanya mendengar sekilas ucapan Daniel, tapi dia mengerti apa yang sedang dibicarakan."Aku ikut, saat kamu ke dokter aku ikut!" ujarnya cepat lalu meletakkan Jacob kembali ke kursinya. Batita itu kembali merenggut dan merengek, dia maunya di gendong, dia tak suka berada di kursi. Dia mulai meraung, tapi ketiga orang dewasa di sekitarnya tak ada yang peduli padanya."Oh... haruskah hari ini?" tanya Ethan sambil meletakkan daging asap mengepul di tengah meja."Ethan, kita tak tahu sampai kapan kamu akan sadar, nanti kalau kamu tiba-tiba menghilang bagaimana?" tanya Daniel dengan penuh kekhawatiran. Anna, membuat makanan untuk Jacob, lagi-lagi instan karena dia belum belanja. Ethan mencari pengalihan perhatian."Makan apa dia? Mengapa instan begitu? Seharusnya kamu masak makanan sehat untuknya jangan yang instan, Dani,
“Aku akan selalu bersamamu sayang.” Mereka menyatu dengan sempurna, Anna mengangguk setitik air mata terjatuh di pipinya.“Kamu sangat sempurna untukku, Anna. Aku mencintaimu.” Mereka saling terengah-engah memuaskan diri dan emosi mereka yang kini saling berpadu. Napas mereka memburu dengan detak jantung yang saling bertalu-talu. “Oh, betapa aku mencintainya, jangan lupakan aku, Ethan!” pinta Anna dalam hati. Dia memekik bersamaan dengan Ethan yang melenguh panjang. Pria itu menatapnya lalu mengecup air matanya.“Terima kasih sayang, karena kembali kepadaku.” Anna bergelung di dada suaminya. “Terima kasih karena telah mengingatku.” desah Anna dalam hati.Ethan berdiri untuk mengambil kaosnya dan mengenakannya kembali merebahkan dirinya di samping Anna. Pria itu menarik pinggang Ana yang ramping. Istrinya masuk kedalam pelukannya, namun walaupun Anna
Dia berdiri diatas bangku berusaha mengikat tali di bagian atas langit-langit ruangan. Namun palang yang dulunya ada untuk mamanya mengikat kini bisa tidak ada. Tadi ada, namun kini hilang, lalu saat dia sadari, tali yang dia pegang pun tak ada? Kemana itu semua? Dia berteriak dengan frustasi sampai pintu ruangan itu terbuka dengan kasar. Wanita tadi masuk dengan air mata bercucuran di pipinya."Sayang, jangang sayang maafkan aku, oh Tuhan, maafkan aku, sayang turunlah!" pekik Anna dengan sangat takut. Wajah Ethan begitu gelap. Dia berdiri diatas bangku dengan canggung, wajahnya bingung seperti mencari sesuatu yang tiba-tiba menghilang."Ethan Samuel, turun kamu dari situ!" teriak Anna berusaha dengan tegas seakan dia sedang memarahi Jacob yang membuang-buang makanannya. Pria itu menoleh dengan bingung."Aku bilang turun, kamu harus turun!" Walau air mata Anna mengalir deras, dia merasa, Ethan harus dikagetkan, dengan ca
"Sayang…," desah Ethan sambil menciumi kelopak telinga Anna sehingga Anna tekikik geli. Tubuhnya mulai bergoyang tak terkendali, merespon tiap sentuhan Ethan. Jemari Anna mulai meraih kancing kemeja kerja Ethan. Dan dengan terampil kancing demi kancing dilepaskannya. Ethan tersenyum miring saat merasakan kemejanya sudah terlepas semua, dan jemari Anna mulai merasakan dadanya."Hmm, geli Anna," Ethan mendesah saat Anna terus menyusuri kulit perutnya yang berkotak-kotak.Anna tersenyum nakal, sambil terus merasakan hangatnya tubuh Ethan. pria itu dengan cepat melepas kemejanya sehingga kedua tangan Anna bebas menyentuhnya. Mata wanita itu berbinar-binar melihat tubuh Ethan yang kurus namun berotot itu."Kamu harus makan lebih banyak ya? Tubuhmu kurus sekali," Anna menyu
"Sayang, maafkan aku, kamu sudah pulang dan aku malah membuatmu takut, kembalilah padaku, aku sangat merindukanmu," desah Ethan di telinga Anna, pelukannya terasa nyata. Anna tak lagi berusaha melepaskan diri. Dia menoleh untuk menatap Ethan, dan menilai.Mata pria itu kembali hangat sebagaimana Anna mengingatnya. Dia tersenyum sedih, memandang Anna penuh harap. Anna menatap Jacob yang sudah kembali merasa aman di pelukan mamanya, batita itu sudah sibuk bermain dengan kancing baju mamanya. Tapi tiba-tiba dia menyentuh hidung papanya"Pa….pa," cengirnya memperlihatkan gusi yang kemerahan."Iya sayang, aku papamu." Ethan menangis menatap bayinya, bukan dia sudah besar sudah bukan bayi lagi. Betapa dia sudah kehilangan waktu, apa yang terjadi? Anna terk
"Aku Anna, Anna Federica, istrimu, ibu dari Jacob anakmu. Aku berhak ke lantai tiga, atau kemanapun aku mau karena aku… ini… istri...mu!" pekiknya marah sambil memukul Ethan yang terlihat linglung. Anna marah dan kecewa, baru saja dia berpikir, Ethan sembuh dan mereka bisa kembali seperti sedia kala. Namun dalam sekejap semua harapannya pecah berkeping-keping.Dia terus memukuli Ethan sampai kedua tangannya dipegang Ethan dengan kuat sehingga dia tidak bisa memukulnya."Apa, kamu kamu apa?" teriak anna marah berusaha melepaskan diri yang percuma."Aku mau ini." Pria itu lalu menunduk mengecupnya lagi. Dia terus mendorongnya ke dinding, sambil terus menciumnya dengan panas. Anna menerima ciuman itu dengan bingung, namun gairahnya muncul dan kem
Ethan tak dapat berpikir, untuk sementara dia hanya mengagumi kecantikan alami wanita di hadapannya. Dia bergerak otomatis mendekati wanita itu saat dia sedang sibuk mengeringkan rambutnya. matanya membesar saat menyadari Ethan sudah ada dihadapannya."Mau apa kamu?" tanya Anna mundur. Tapi Ethan semakin mendekat, dan dia sudah menempel di dinding kaca boks mandi."Mengapa kamu sangat mengganggu?" Dia mengangkat tangannya dan mengelus pipi Anna dengan lembut, wanita itu terperangah, merasakan sentuhan Ethan setelah beberapa lama, rasanya luar biasa. Mereka saling pandang yang terasa sangat intens dan ketika insting membawa Ethan untuk menunduk dan merasakan bibir wanita itu dia mundur. Kaget dengan apa yang ada di kepalanya."Astaga, apa yang baru saja dia pikirkan?" batin Ethan, bagaimana dia bisa mau mencium wanita lain selain Anna. Wanita itu menatapnya lalu segera meninggalkannya yang bingung di dalam kam
Daniel menatap Ethan yang kini makan dengan lahapnya di meja makan. Walaupun pikirannya belum sembuh setidaknya hari ini sudah ada makanan yang masuk."Dani, chef-nya pintar yang kali ini, boleh dipertahankan. Nanti siang aku mau masakan dia lagi," ucap Ethan mengambil lagi nasi goreng dari bakul. Daniel mengangguk dengan senyuman di bibir karena mengetahui kalau itu adalah masakan Anna. Semoga dengan keberadaan Anna, Ethan bisa pulih."Dani, kamu bisa jadwalkan dokter buat Anna? Dia sepertinya kesakitan sekali kemarin, punggungnya pegal, dia kan sudah masuk bulan ke-7?" Dan harapan Daniel kembali pupus. Entah kenapa, ingatan Ethan selalu berhenti di Anna hamil 7 bulan. Setiap hari perintahnya selalu sama. Namun Daniel hanya mengangguk dan meninggalkannya masih asyik makan.