Bab 15
Kamar Reino
Setelah kepergian Reino, aku pun ke luar rumah sambil membawa handuk dan baju ganti. Mama yang berada di luar kamar kelihatan sekali sedang menungguku.
“Kamu sama Reino berantem?” tanya Mama langsung. “Tadi Reino pamit, katanya mau pulang ke rumah orangtuanya buat beberapa hari.”
“Reino ngadu ke Mama?” balasku jengkel.
Mama menggeleng. “Enggak, tapi Mama tahu ada yang enggak beres. Reino tuh kurang baik apa sih sama kamu sampai dimusuhin?”
“Mama tuh enggak tahu apa-apa. Mama enggak akan paham.”
“Ya karena Mama enggak tahu makanya Mama enggak paham. Heran Mama tuh sama kamu, punya suami sebaik Reino kerjaannya diajak berantem terus. Kamu tuh sama Reino masih pengantin baru. Baru mau dua minggu, Dek.”
“Ma, aku mau mandi aja. Mama enggak usah ikut campur masalahku dan Reino. Ini kan rumah tangga kami.” Setelah mengatakan i
Happy Reading....***Bab 16Bulan MaduBukan hal mudah untuk memaafkan sebuah kesalahan fatal yang dilakukan oleh orang yang paling kita sayang. Ketika seseorang makin dekat dengan kita, bisa jadi orang tersebut adalah orang yang mampu menorehkan luka yang sangat pahit. Itu juga yang terjadi padaku. Mungkin kasusnya berbeda jika dibanding diselingkuhi atau dipoligami, tapi melihat sosok suami di hari pernikahan kami bercumbu dengan wanita lain, sungguh tidak termaafkan. Di mana letak penghargaan darinya untuk mempelai wanitanya? Di hari awal pernikahan saja, ia sudah berlaku demikian. Sungguh menyakitkan hati.Aku menginap di rumah orangtua Reino hanya semalam. Setelahnya, aku pamit pulang diantar Reino yang sekalian pergi ke restoran.Sesampainya di rumah, Mama menanyaiku tentang sikap keluarga Reino. Apakah orangtuanya bersikap baik atau tidak? Aku menjawab ala kadarny
***Happy Reading***Bab 17Permintaan Malam PertamaBulan maduku dengan Reino tergolong biasa, tiada hal yang manis. Semua berjalan tidak seperti bayangan di novel-novel romantis yang kubaca. Di mana kebanyakan pasangan yang berbulan madu saling bermanja, menikmati matahari terbit atau tenggelam bersama, atau yang paling sederhana saling tersenyum dan berbalas kata sayang. Semua itu tidak kurasakan. Yang ada hanya kecanggungan dan kekecewaanku pada Reino yang masih terus berlanjut.“Tit, sini dong!” ujar Reino malam itu. Ia menyuruhku untuk duduk di sebelahnya. Jendela kamar terbuka, ia sudah duduk di lantai kayu yang berada di luar jendela kamar, sedangkan aku masih berada di dalam kamar.Aku terdiam sejenak, menimbang apakah harus bergabung dengan Reino atau tidak. Setelah memutuskan untuk menuruti Reino, aku pun berjalan, melewat
Happy Reading, Gaesss...***Bab 18Kado dari ElenaSetelah pengumuman kelulusan tes SKD di awal Maret, untuk tes selanjutnya masih simpang siur tanggal pelaksanaannya, apalagi berita tentang Covid19 sudah menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Beberapa penerbangan, perjalanan kereta, bahkan bus dihentikan untuk mengurangi dampak dari penyebaran virus korona di Indonesia.Beruntungnya aku sekarang berada di Cirebon, di daerah zona kuning-hijau. Jika aku berada di Jakarta, mungkin aku tidak bisa bergerak leluasa seperti saat ini.Tapi karena hal ini, Mama sangat mengkhawatirkanku yang sendirian di sini. Saking takutnya aku kenapa-napa, Mama menyuruhku untuk ke rumah saudaraku yang tinggal di Cirebon. Namun aku menolaknya karena mengikuti peraturan pemerintah untuk berada di rumah. Stay at home. Itulah tagline yang digembor-gemborkan oleh semua orang di masa pandemi seperti
***Bab 19Periksa KandunganSetelah mendapat pesan dari Elena yang ia sematkan dalam kado pernikahanku dan Reino, aku jadi banyak berpikir. Jika Elena tidak menginginkan pernikahanku hancur, lalu mengapa ia mencium Reino di hari pernikahanku? Apakah saat itu otaknya sedang konsleting berat, atau ada bagian sarafnya yang harus direparasi?Aku memutuskan mengunjungi lembaga kesehatan terdekat untuk memeriksakan diri. Kudatangi Puskesmas Kencanawungu lalu mengatakan maksudku saat di bagian pendaftaran, untuk melakukan cek kandungan. Kutanyakan juga apakah di puskesmas terdapat layanan USG atau tidak? Aku ingin memastikan apakah benar dalam rahimku sekarang sedang bersemayam calon anakku dan Reino?“Maaf, Mbak. USG di puskesmas hanya terjadwal setiap rabu dan jum’at,” jawab perawat bagian administrasi itu sambil terus mengisi formulir pendaftaranku. Setelah selesai, ia memberikan formulir yang ba
***Happy Reading, Gaeesss...***Bab 20Tinggal SendiriAku baru paham perhitungan usia kandungan saat mencari tahu di internet. Ternyata usia kandunganku dihitung sejak awal pertama haid pertamaku. Kalau tidak salah itu sebelum menikah, tepatnya 2 hari sebelumnya, dan saat aku berhubungan dengan Reino sepertinya adalah masa suburku kala itu karena aku memang mempunya jadwal haid yang lebih lama dari biasanya.Setelah menyapu rumah yang sedikit kotor karena debu, aku pun duduk santai di teras depan sambil memainkan ponselku.Hidupku sekarang sangat hampa. Tidak bekerja, maksudku belum bekerja. Tinggal seorang diri di daerah asing, dan belum bersosialisasi dengan baik dengan tetangga.Sebenarnya tetangga di sekitar rumahku orang-orang yang baik, hanya saja yang wanita hobi sekali bergosip. Aku pernah bersosialisasi dengan mereka, duduk main di rumah Bu End
Bab 21TerbukaBeberapa hari kemudian, kudapati pintu depan rumah berbunyi. Ada yang mengetuk dengan kencang, beberapa kali, sampai akhirnya aku menyahut dengan teriakan. “Iya, tunggu sebentar.”Saat kuputar kunci dengan sedikit terburu-buru, aku baru berpikir. Siapa gerangan yang bertamu pada jam 05.30 pagi?Setelah membuka pintu depan, aku sangat tidak percaya saat melihat sosok yang kurindukan selama ini. “Mama,” ujarku penuh semangat lalu berjalan cepat dan memeluknya dengan erat. “Ma, Tita kangen banget sama Mama.”Mama mengusap pundakku dengan kencang, sesekali diusapnya kepalaku. “Mama juga kangen kamu. Makanya Mama bela-belain ke sini, kita pulang ya, ke Jakarta.”Wajahku langsung menegang. “Aku kan udah bilang mau tinggal di Cirebon,” balasku langsung sambil melepaskan pelukan Mama. Kulihat
Happy Reading...***Bab 22Rencana ReinoMama datang disaat yang kurang tepat, saat aku dan Reino baru saja mengobrolkan masalah kami. Aku yakin sekali Mama sudah mendengar semuanya.“Mama lupa bawa dompet,” ujar Mama sambil berbalik arah. Tidak melihatku lagi atau Reino. Ia mencari ke dalam tas jinjing coklat tua miliknya lalu mengambil dompet berwarna senada. “Belanjaan Mama masih di warung.”Setelah mengatakan itu, Mama kembali pergi. Tanpa menoleh ke arahku atau Reino.Reino menatap kepergian Mama dengan wajah gugup. Sama sepertiku. Aku takut Mama akan membenci Reino karena masalah ini. Bagaimana pun juga Reino adalah menantu idaman Mama.“Apa Mama denger obrolan kita barusan?” tanya Reino membuatku menoleh ke arahnya dengan wajah tenang.“Aku enggak tahu. Mama kayaknya ngehindar gitu, buru-buru pergi lagi.”Re
Happy Reading>>>***Bab 23Video MisteriusReino memutuskan menginap di hotel setelah jam menunjukan pukul 11.00. Semua itu karena keminiman perabot di rumah kontrakanku. Hanya ada satu kasur di rumah, yang berada di kamarku dan kini sedang ditiduri Mama.Sebelum memutuskan menyewa hotel, Reino sudah mencoba tidur di lantai dengan alas tikar seadanya. Namun berulang kali mencoba tertidur, ia terus saja terbangun. Katanya, badannya sakit.Tidak aneh, menurutku dalam hati. Apalagi Reino ini anak orang berada. Kasur di kamarnya saja sangat empuk, halus, dan lembut. Bagaimana bisa ia tidur di karpet? Ia butuh kasur agar tubuhnya nyaman.Sementara Reino pergi ke hotel dan Mama beristirahat dengan tidur di kamar. Aku pun memutuskan untuk duduk di ruang tengah sambil menonton youtube. Aku mencari channel K-POP dan menonton video musik yang sedang tranding. Karena
Setelah perjuangan panjang menahan kontraksi yang makin menjadi-jadi. Akhirnya putra kecilku terlahir dengan selamat. Seperti yang kubayangkan, ia mirip ayahnya.Reino sangat bersuka-cita dengan kelahirannya. Ia tidak berhenti menatap wajah lelap buah hati kami.“Udah deh jangan dilihatin terus,” cetusku membuat Reino menatapku dengan cengiran kudanya.“Habis dia kecil banget, lucu. Kayak miniatur.”“Ngaco!” Aku tertawa. Sekarang aku masih berada di rumah sakit setelah melakukan persalinan yang terjadi hingga 12 jam lamanya menahan sakit.“Makasih ya, Tit. Kamu udah berjuang melahirkan anakku.” Reino memelukku dari samping.“Anak kita, Rei,” ralatku.Reino berdehem. “Kita sekarang udah jadi orangtua. Tanggung jawabku pun sudah bertambah satu lagi. Semoga dalam masa kepemimpinanku sebagai kepala keluarga kalian bahagia ya.”“A
Hari ini terasa begitu berat saat aku mengetahui semuanya secara jelas. Selama ini, aku sudah bersikap gegabah dan keras kepala. Seharusnya aku jauh lebih dewasa dengan mendengarkan penjelasan Reino lebih dulu. Ah, tidak … Reino juga sejak awal memang tidak bisa jujur padanya hingga kesalahpahaman ini lebih melingkar dan seolah tak berujung selain menjadi kesalahan Reino seutuhnya.Tak kusangka sebelumnya, ternyata dalang semua ini adalah teman dekatku. Orang yang kuanggap sangat baik dan kuanggap sebagai orang yang meginspirasi, malah menjadi penyebab kemarahanku. Pernikahanku yang baru kujalani sudah berada di ujung tanduk karena ulahnya.Bersyukur, aku mengetahui semuanya sebelum pernikahanku dan Reino benar-benar berakhir. Semua itu berkat Elena, karena ia mau dan berani speak up tentang kejahatan Fatiya.Suara pintu kamar terbuka dan kulihat Reino masuk dengan wajah yang memancar senyum tipis. “Gimana tadi obrolan kamu da
Happy Reading>>>***Bab 28Musuh dalam SelimutSetelah mendapatkan verifikasi akurat dari Elena, aku pun sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Fatiya. Alhasil setelah pertemuanku dan Elena selesai pukul 1 siang, aku pun sengaja segera menemui Fatiya.Aku menghubungi Fatiya melalui whatsapp karena ia sedang dalam mode online. Fatiya pun segera membalas pesanku.[Fatiya : Ada apa, Tita?]Aku segera membalasnya. [Aku mau ketemu sekarang. Kalau boleh tahu kamu ada di mana? Biar aku yang nyamperin kamu.][Fatiya : Urgent banget ya? Emang ada apa?][Enggak ada apa-apa kok. Kamu ada apa? Aku Cuma mau ngobrol sebentar sama kamu. bisa?][Fatiya : Bisa, Tita. Aku lagi ada Mall Popokrat. Di lantai 4, di restoran Kiorado.][Kamu sama siapa di sana? Apa aku bisa ngobrol berdua, nanti?]
Bab 27ObrolanPembicaraanku dan Elena terhenti sejenak karena seorang pelayan yang menghampiri meja kami, memberikan pesanan Elena, kopi dangdang dalam secawan cangkir putih.Elena menyeruput kopi dangdang perlahan lalu meletakan kembali cangkir yang dipegangnya ke atas piring kecil. “Rasanya enak. Kamu udah pernah coba sebelumnya?” tanya Elena mengubah topic pembicaraan kami. Ia nampak berhasil mengontrol dirinya dengan baik.“Hmm,” dehemku malas.Elena menatap ke arah jendela yang berada di samping kami, lalu mendesah dengan kesal. “Hujan,” katanya pendek.Aku melihat ke arah luar dan terdiam cukup lama. Hujan tiba-tiba deras dan mengguyur sekitar pemukiman Kafe Dangdang. Kulihat banyak orang berlalu lalang demi tidak terkena air hujan yang membasahi pakaian mereka.“Aku kira hari ini bakal cerah. Sayang banget turun hujan,” kata Elena lagi, lalu melirikku. Kami
***Happy Reading>>>***Bab 26Pertemuan“Cepetan dong, Rei, kamu kok lama banget sih!” ketusku pada Reino yang baru saja masuk ke dalam kamar. Sekarang sudah pukul 10 pagi dan Reino masih bersantai di rumah. Padahal ia sudah berjanji akan mempertemukanku dengan Elena hari ini.“Sabar dong, Tit. Aku juga kan harus cuci mobil dulu,” balas Reino lalu membuka kaosnya yang basah, menyisakan kaos dalam putih yang melekat di tubuhnya. Ia berjalan mengambil handuk lalu membuka lemari pakaian untuk mengambil pakaian ganti.Aku mencebik, kesal dengan sikap Reino yang santai. Padahal aku sudah ingin sekali segera bertemu dengan Elena.“Kan janjiannya masih lama, santai aja.” Reino menatapku, menenangkan. “Kamu jangan ngomong apa-apa ya tentang apa yang kubilang.”“Kenapa?” tanyaku sengit.“Aku kan udah bilang, kalau
Happy ReadingBab 25Titik AwalMama memaksaku untuk pulang ke Jakarta hari ini, tidak ada penolakan. Alasannya karena Mama sudah lama meninggalkan Papa di rumah. Belum lagi, Mama tidak tega jika harus meninggalkanku di Cirebon sendiri, meskipun Reino sudah pernah menyinggung untuk pindah ke Cirebon, tapi sepanjang pemaksaan yang Mama lakukan agar aku ikut pulang ke Jakarta, Reino tetap diam. Aku sungguh tidak paham dengan sikapnya.“Tita, ayo cepet! Kamu siap-siap lama banget sih,” ujar Mama kepadaku.“Ma, kita ke rumah yang punya kontrakan dulu yuk! Buat ngasih langsung kunci rumahnya.” Aku melihat ke sekitar kamar, semua barang sudah dibawa kecuali kasur. Mama bahkan ngotot semua peralatan dapur untuk dibawa. Ini sungguh pindahan dan usahaku untuk kabur dengan berdalih ujian CPNS berakhir sudah.“Enggak dititipin aja ke warungnya Bu Nen?” tanya Mama balik.
Happy Reading>>>***Bab 24Tanda TanyaTidak habis berpikir tentang keberadaan Fatiya yang berada di video, aku pun terus menonton. Fatiya yang kukenali dengan pakaian biru putih nampak berjalan menghampiri Elena dan temannya yang lain, Gina. Dalam video itu, Fatiya tidak memakai hijab, dan rambutnya yang panjang terurai hingga punggung.“Gue ingetin ya, ini peringatan terakhir kali ke elo. Kalau gue masih ngelihat lo deket-deket sama Reino, gue bakal kerjain lo tiap hari. Ini cuma awal, Elena.” Fatiya mengancam sambil berlutut menghadap Elena yang sedang menunduk. Tangannya yang tadi diam, kini mulai mendorong kepala Elena. “Elo tahu kan siapa gue? Gue Fatiya, seorang Tia enggak main-main sama ucapannya.”Elena terus terisak tapi Fatiya, Gina, dan Dinda tidak peduli. Wajah mereka bahkan terlihat senang saat berhasil menindas Elena. Ini benar-benar tidak tidak adil, satu l
Happy Reading>>>***Bab 23Video MisteriusReino memutuskan menginap di hotel setelah jam menunjukan pukul 11.00. Semua itu karena keminiman perabot di rumah kontrakanku. Hanya ada satu kasur di rumah, yang berada di kamarku dan kini sedang ditiduri Mama.Sebelum memutuskan menyewa hotel, Reino sudah mencoba tidur di lantai dengan alas tikar seadanya. Namun berulang kali mencoba tertidur, ia terus saja terbangun. Katanya, badannya sakit.Tidak aneh, menurutku dalam hati. Apalagi Reino ini anak orang berada. Kasur di kamarnya saja sangat empuk, halus, dan lembut. Bagaimana bisa ia tidur di karpet? Ia butuh kasur agar tubuhnya nyaman.Sementara Reino pergi ke hotel dan Mama beristirahat dengan tidur di kamar. Aku pun memutuskan untuk duduk di ruang tengah sambil menonton youtube. Aku mencari channel K-POP dan menonton video musik yang sedang tranding. Karena
Happy Reading...***Bab 22Rencana ReinoMama datang disaat yang kurang tepat, saat aku dan Reino baru saja mengobrolkan masalah kami. Aku yakin sekali Mama sudah mendengar semuanya.“Mama lupa bawa dompet,” ujar Mama sambil berbalik arah. Tidak melihatku lagi atau Reino. Ia mencari ke dalam tas jinjing coklat tua miliknya lalu mengambil dompet berwarna senada. “Belanjaan Mama masih di warung.”Setelah mengatakan itu, Mama kembali pergi. Tanpa menoleh ke arahku atau Reino.Reino menatap kepergian Mama dengan wajah gugup. Sama sepertiku. Aku takut Mama akan membenci Reino karena masalah ini. Bagaimana pun juga Reino adalah menantu idaman Mama.“Apa Mama denger obrolan kita barusan?” tanya Reino membuatku menoleh ke arahnya dengan wajah tenang.“Aku enggak tahu. Mama kayaknya ngehindar gitu, buru-buru pergi lagi.”Re