Home / Romansa / My Another Boss / Bab 5 : Strange

Share

Bab 5 : Strange

Author: Niara7
last update Last Updated: 2024-03-31 21:56:20

"Apa pekerjaan Pak Darren selama ini sebagai asisten rumah juga?"

Juan tertawa mendengarnya, "Ya, bisa dibilang dia yang terbaik!"

"Jadi asisten rumah tangga, toh. Multitasking banget orang ini," ucap Diandra dalam benaknya.

Diandra tidak membaca dengan baik kontrak kerja yang langsung ditanda tangani oleh dirinya sendiri. Apa yang dia tahu hanya sebagai asisten. Mungkin ini akan menjadi pekerjaan yang melelahkan baginya.

"Kamu lucu juga, ya," puji Juan tiba-tiba.

"Bagian mana lucunya?" batin Diandra.

Diandra pun menunjukkan senyum andalannya, "Hehe, bisa aja Pak Juan."

Apa yang dipikirkan dalam benaknya selalu berbanding terbalik dengan kelakuan yang dia tunjukkan kepada orang lain. Diandra merasa harus menunjukkan berbagai macam topengnya untuk menyenangkan hati atasannya atau orang lain. Begitulah yang selalu Diandra lakukan selama ini.

"Berhentilah tersenyum seperti itu, aku tau itu bukan senyum yang mau kamu tunjukkan," kata Juan.

Seketika Diandra terkejut dengan apa yang dikatakan Juan. Dia tidak tahu jika Juan menyadari senyum palsunya ketika berhadapan dengannya. Entah bagaimana orang semacam Juan pantas mengatakannya, sebab Diandra pikir pria di hadapannya selalu tersenyum juga.

"Apa maksudnya, Pak?"

Juang mengambil barang belanjaan yang dibawa Diandra, "Enggak mungkin kamu gak tau," ujarnya.

Juan berbalik dan berjalan menuju kasir, Diandra yang mematung beberapa detik, kemudian berjalan mengikutinya, "Kartu ATM dimana?" tanya Juan kepada Diandra di sampingnya.

Mendengar itu Diandra terbata-bata mengambil barangnya. Sebab dia masih memikirkan bagaimana Juan tahu akan senyum palsu yang selalu dia gunakan demi menghindari konflik yang terbesit dalam benaknya. Setelah mereka membayarnya, Juan yang menenteng kantung plastik mengajak Diandra pergi naik taksi menuju swalayan bersamanya.

"Jangan lupa buat lihat catatannya," ingat Juan sembari turun dari taksi.

Diandra cepat-cepat turun dan berjalan di belakang Juan sambil membawa kantung plastik berisi susu varian. Diandra memilih menitipkan belanjaannya sebelum masuk ke dalam. Kemudian mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan sebuah troli yang didorong Diandra.

"Daging ayam, daging sapi, wortel, brokoli ..., dia pecinta brokoli?" Diandra memperhatikan beberapa daftar yang tertulis di sana.

"Ada tepung juga, telor ayam, kurang lebih aku tahu tempatnya," gumam Diandra.

Diandra memicingkan matanya saat melihat sebuah kalimat paling bawa yang diberi gambar bintang, "Note : Jangan biarkan pengawasanmu lengah di pusat perbelanjaan?"

Dahinya mengerut membacanya, "Apa maksudnya?"

Diandra yang sedari tadi berjalan lamban berhenti melangkah, dia baru menyadari Juan tidak ada di hadapannya. Degup jantung pin langsung berdetak kencang, "Gawat, Pak Juan kemana lagi?"

Kedua matanya mulai mencari ke berbagai arah dimana orang bernama Juan itu pergi tadi. Sayangnya, Diandra tidak dapan menemukan di sekitar. Dia terpaksa mendorong troli sambil melewati rak makanan ringan. Namun, hasilnya tetaplah nihil.

Tanpa banyak berpikir lagi, Diandra mencoba menghubungi Juan. Sayangnya, panggilan tidak terjawab sama sekali meskipun beberapa kali coba dihubungi. Diandra mulai frustasi tentang kemana perginya Juan, bagaimana dia bisa mencari Juan di Swalayan yang cukup besar ini? Bukankah tidak mungkin jika Juan berjalan jauh dalam waktu sekejap?

"Gak mungkin kamu orang segede itu ilang?" ucap Diandra mulai panik.

"Pak Darren, Pak Darren," ingat Diandra mengetikkan nomornya yang ditulis sendiri oleh Darren di kertas sebelumnya.

Dia langsung menghubungi Darren, meskipun membutuhkan waktu beberapa menit. Akhirnya Darren mengangkatnya dan menjawab telepon itu, "Iya Diandra, kenapa?" tanyanya dingin.

"Pak, Pak tolongin saya, dong!" pinta Diandra.

"Kenapa, jelasin aja," suruh Darren.

Diandra meneguk ludahnya sendiri, "Pak Juan ilang," ucapnya ragu-ragu.

Terdengar suara helaan napas yang panjang dari balik sambungan panggilan telepon. Mendengarnya sudah membuat Diandra merasa gugup dan ketakutan. Dia takut akan diceramahi di awal bekerja paruh waktu.

"Cari aja di bagian snack, di bagian makanan beku, dan wahana anak aku rasa ada diantara itu," jawab Darren.

"Snack?"

Diandra kembali menoleh ke belakang dan ke depan, "Tapi aku ada di dekat rak berisi snack."

"Semoga berhasil," ucap Darren langsung menutup panggilan.

"T-Tapi Pak Darren, tunggu!"

Diandra kembali menarik ponsel miliknya, tidak ada sambungan telepon di sana, "Mereka berdua gak ada yang beres," geramnya.

"Tetap tenang Diandra, aku tau kamu bisa menemukan orang aneh ini," kata Diandra berusaha menenangkan diri.

Diandra mendorong sambil mencari ke tempat makanan beku yang dibicarakan. Troli yang kosong membuat Diandra ingin membuang trolinya dan kembali mencari. Kedua matanya menyipit, mencari pria yang memakai hoodie biru muda serta celana jeans ditambah kacamata hitam yang melekat. Banyaknya orang menjadikan Diandra harus teliti dalam melihatnya.

"Gak ada di sini," ucap lirih Diandra sembari berjalan menelusuri.

"Aku harus mencari ke tempat wahana anak, tapi ngapain dia di sana?” herannya.

"Lantai tiga?" Diandra berhenti melihat tangga eskalator.

Diandra mengusap wajahnya, "Aku belum belanja apapun."

"Argh, tapi percuma kalo Pak Juan malah ilang," ucap Diandra mulai bimbang.

Akhirnya Diandra menaruh troli ke tempat yang paling dekat. Kemudian dia menaiki eskalator dengan perasaan cemas dan penuh harap agar dia segera bertemu. Dia melewati banyak orang yang datang kemari sambil memperhatikan pria ber-hoodie biru muda.

Dia bahkan salah menerka orang yang mengenakan hoodie biru, "M-Maaf, saya salah orang."

Dengan rasa malu dia kembali melanjutkan perjalanan melewati orang yang dia kira sebagai Juan. Meskipun begitu Diandra tetap mengamati orang di sekitarnya. Hingga dia naik ke eskalator dan menapaki lantai tiga di swalayan. Berjalan beberapa meter dan melihat kerlip lampu berwarna yang menyala terang. Banyak anak-anak dan para ibu yang mengawasi serta bermain bersamanya.

Diandra berjalan memasuki tempat bermain yang dipenuhi anak-anak. Kedua mata tak berhenti memperhatikan layaknya elang yang mencari mangsa. Hingga langkah terhenti di dekat rollercoaster mini. Juan sedang berdiri memperhatikan anak-anak sambil sesekali melambaikan tangannya. Bahkan para ibu tidak keberatan dengan Juan, apalagi berpikir dia adalah penculik yang bisa saja melancarkan aksi kapan pun.

Sebaliknya, para ibu itu malah memberikan beberapa camilan kepada Juan. Situasi aneh itu membuat Diandra yang kewalahan setelah perjalanan jauh makin merasa frustasi. Pasalnya orang yang dia cari sedang bersantai dengan para ibu yang ramah dan genit sepertinya.

"Permisi, maaf ya," ucap Diandra menarik Juan dari sana.

"Pak, daritadi saya cariin, loh. Taunya malah asyik di sini," kesal Diandra.

Juan malah meringis mendengar kekesalan Diandra, "Seenggaknya aku dapat makanan gratis," ujar Juan sambil menunjukkan dua bungkus makanan ringan.

Diandra menghela napas panjang, dia memijat keningnya. Ini baru pertama dia bekerja dengan Juan dan dia sudah kewalahan dengannya. Setidaknya Diandra dapat menemukan Juan, dengan begini dia bisa melanjutkan berbelanja.

"Yaudah, gini deh, Pak. Kita lanjutin belanja dulu, ya," usul Diandra.

"Aku bosnya, kenapa kamu nyuruh aku pergi dari surga dunia dimana anak-anak bebas bermain?"

"Matahari dah mau tenggelem, nih. Mending belanja dulu, nanti Pak Juan gak makan sebulan, mau? " katanya lagi.

"Iya-iya, ayo belanja dulu," ucap Juan memajukan bibirnya.

Diandra terdiam melihat kelakuan Juan, "Apa dia baru aja ngeluarin raut wajahnya cemberutnya?"

Diandra pun berjalan hendak keluar dari sana, tanpa dia sadari ternyata Juan tidak ikut di belakangnya. Juan malah berdiri melihat anak-anak yang asyik bermain di pemandian bola. Seketika lelahnya bisa saja menjadi amuk, Diandra mencoba menahan amarahnya akan kelakuan pria itu. Dia seperti anak kecil yang ingin masuk, tetapi tentu saja tidak diizinkan petugasnya.

"Pak Juan ...."

Sementara itu di tempat lain, seseorang menghirup dalam udara di bandara. Dia menutup mata, kemudian membuka matanya saat menghela napasnya. Senyuman terukir di wajahnya, kedua matanya menyorot tajam. Kacamata hitam dapat menutupi tatapan tajam itu.

"Apakah kamu merindukan teman lamamu ini?" ucapnya sembari menyeringai.

Related chapters

  • My Another Boss   Bab 6 : it's okay

    "Pak Juan, ayolah, sini!"Diandra semakin kesal kala Juan mematung di depan sebuah lemari minuman dingin yang menampilkan banyak varian susu serta olahan susu lainnya. Layaknya anak kecil yang menginginkan sesuatu dia akan memperhatikan sesuatu begitu lama, kemudian baru menunjuk apa yang diinginkan. Hampir sama seperti yang dilakukan pria pemilik hidung mancung dan mata coklatnya yang begitu cantik ini."Bukankah kita juga harus beli ini?" katanya.Diandra merasa ingin meremas kepala orang itu, sebab dia tidak yakin sudah membeli semua yang harus dibeli. Namun, orang ini malah merengek meminta membeli sekotak yogurt. Diandra mengangguk, anehnya pria itu begitu senang setelah diizinkan. Bukankah dia bisa membelinya sendiri? Kenapa perlu izin darinya. Begitulah isi pikiran Diandra ketika menatap lama Juan. "B-Boleh, silahkan aja, Pak," ucap Diandra ragu.Diandra kembali mendorong troli ke tempat perbelanjaan selanjutnya. Juan selalu diawasi ketika Diandra hendak mengambil sesuatu. Hi

    Last Updated : 2024-04-19
  • My Another Boss   Bab 7: Behind

    Dalam taksi di jalan yang sepi, supir taksi itu nampak sesekali melihat ke layar kaca untuk melihat di belakang. Juan menyunggingkan bibirnya, tatapan mata yang saling bersinggungan membuat supir itu langsung mengalihkan pandangan. Juan kini beralih menatap Diandra yang sibuk memandang sekitar. Juan mendekat sampai tatapan mereka berdua terkikis oleh jarak, udara makin panas ketika wajah mereka hanya beberapa senti saja. Jendela kaca mobil yang masih tertutup membuat oksigen luar tak dapat masuk. Dekatnya wajah Juan, membuat Diandra sulit untuk mengalihkan pandangan, "Dengar," bisik Juan dari dekat."Keluarlah sebentar dan berpura-pura menelpon seseorang sambil bersembunyi di gang kecil itu," suruh Juan sambil menunjuknya dengan gerak mata.Bunyi pintu mobil yang terbuka terdengar, angin semilir membawa masuk suhu dingin saat senja hampir usai. Diandra bergegas beranjak keluar mobil, serta menggunakan ponsel sesuai arahan Juan sebelumnya. Setelah Diandra mulai menjauh, Juan langsung

    Last Updated : 2024-04-20
  • My Another Boss   Bab 8: Cook

    "Pegang ini."Juan memberikan satu kantung plastik besar kepada Diandra. Sementara itu, Juan membuka kode kunci pintu masuk apartemen. Setelah bunyi kode kunci benar, Juan mengambil kembali kantung belanjaan yang dia titipkan kepada Diandra. Kemudian dia masuk ke dalam, menaruh belanjaan di dapur yang berdekatan dengan ruang tengah.Diandra masih terdiam di pintu, ini kali pertama baginya masuk ke dalam apartemen laki-laki. Melihat ruang yang begitu rapi dengan suhu dingin dari pendingin ruang menyapa."Apa yang kamu lakukan di sana? Sini masuk!" teriak Juan dari dalam.Mendengar suara yang cukup lantang dari sana, Diandra buru-buru masuk ke dalam. Juan menghampiri Diandra yang berdiri di dekat pintu. Tinggi mereka yang berbeda, membuat Diandra harus mendongak untuk melihat matanya."Kenapa lama sekali?"Diandra terdiam ketika Juan yang menjulurkan tangannya di samping pinggang. Tanpa sepatah kata pun, Juan mendekat dan menatapnya dalam diam. Di saat itu Diandra memundurkan langkah k

    Last Updated : 2024-04-21
  • My Another Boss   Bab 9: Photograph

    Sentuhan di pipi membuat Diandra membuka matanya perlahan. Seseorang terus menyentuh pipinya dengan hari telunjuk, meskipun Diandra sudah mulai sadar dari bunga tidur. Tangan terasa pegal karena posisi yang sama dengan waktu begitu lama."Diandra bangun, sudah malam," ucap seseorang dengan suara beratnya."Bangun putri tidur, pekerjaan sudah selesai hari ini, pulang lah," katanya lagi.Diandra mengejapkan mata, mengumpulkan kesadaran. Suara dari samping, membuat Diandra menolehkan kepalanya. Dia melihat Juan yang jongkok di dekatnya sambil memperhatikan. Pria itu masih setia dengan jari telunjuk yang menggantung di udara, seolah siap menyentuh dengan jari panjangnya. "Jam kerja mu sudah selesai hari ini, terima kasih. Aku akan menghubungi mu nanti," ucapnya sambil tersenyum simpul.Kedua mata terbuka lebar, ketika dia menyadari seseorang yang tidak lain adalah bosnya sendiri berada di dekatnya. Memperhatikan tidur lelap nan entah seperti apa wajah Diandra tadi. Terkejutnya dia sekali

    Last Updated : 2024-04-22
  • My Another Boss   Bab 10: Family

    Beberapa saat setelah Diandra melambaikan tangan dan tersenyum kepada seseorang di balik mobil berwarna hitam yang tak lain adalah Darren. Wanita itu kemudian berbalik melangkahkan kaki menuju pintu coklat di sebuah rumah yang tidak terlalu luas. Dia mengetukkan pintunya sambil memanggil adiknya, "Fani, kakak pulang!"Beberapa menit tidak ada jawaban, akhirnya Diandra berinisiatif memutar knop pintu perlahan. Decitan suara pintu membuat hatinya mulai was-was. Kepalanya melongok ketika celah pintu mulai sedikit terbuka, tapi tak ada seorang pun di sana.Diandra kembali memanggil nama adiknya lagi untuk kesekian kalinya. Masih tidak ada jawaban, hingga suara pecahan benda terdengar dari dalam. Diandra segera membuka pintunya lebar dan berjalan cepat masuk tanpa melepas sepatunya."Fani?"Dengan tas pundak yang masih menggantung, Diandra membuka kamarnya yang sedikit terbuka di sana. Dia menemukan pria paruh baya yang sibuk mengacak lemari pakaian. Sementara Fani duduk di lantai dan mena

    Last Updated : 2024-04-25
  • My Another Boss   Bab 11 : Masalah di antara masalah

    Bau menyengat dari sampah tercium semerbak dari dalam sebuah kost. Satu orang berbadan besar dan tinggi berada di luar gerbang masuk, sementara yang satu lagi berjaga di luar pintu kost. Darren pergi ke sebuah indekos, dimana supir taksi gadungan yang bernama Rudi ini tinggal di sana.Darren yang masih mengenakan setelah jas biru miliknya bergegas pergi ke kos-kosan Rudi saat pagi menjelang siang, dimana orang masih sibuk dengan aktivitas bekerja dan berkuliah. Meskipun masih ada beberapa orang tinggal di dalam ruang kos tak jauh dari kos yang sedang dikunjungi.Kedua mata Darren bergerak dari ke kanan lalu ke kiri, beberapa barang nampak berkarat dan usang. Sebuah tempat tidur lantai begitu berantakan dengan bau menyengat dari sampah yang ada di dekatnya. Botol alkohol dan plastik makanan ringan berserakan di mana-mana.Terdapat seseorang yang sibuk memeriksa tiap barang, furnitur, bahkan sampah yang berserakan. Sementara itu, Darren berdiri dan memperhatikan sekitar. Memperhatikan r

    Last Updated : 2024-04-28
  • My Another Boss   Bab 12 : Rumor

    Pukul 10 pagi dalam kantor, kedua mata tak berhenti menatap layar. Telinganya menangkap banyak suara orang di sekitarnya, riuh bisik dari mulut ke mulut lainnya membuat telinganya terasa panas. Setelah Diandra bekerja sampai malam kemarin, dia tidak menyangka akan ada hal yang mengejutkan lainnya."Ih, jadi dia beneran sama Pak Darren gitu? Dia masuk pake orang dalem, dong," bisik seorang wanita dari belakang.Suasana di kantor menjadi kurang nyaman baginya. Dia merasa ingin mengambil langkah seribu dari sini. Menatap layar monitor saja rasanya membuat enggan. Meskipun sudah menatap lama, suara riuh itu membuatnya merasa sangat terganggu."Kamu sama Pak Darren ada hubungan, ya?" tanya setengah berisik sambil memberikan sebuah permen di meja.Gea berdiri di dekat Diandra, sambil terdiam menatapnya. Seolah dia sedang menunggu jawaban pasti dari temannya itu. Diandra melamun, memandang sebua permen kemasan berwarna merah dengan kata-kata kekinian di situ."Santai," ucap Diandra lirih me

    Last Updated : 2024-04-30
  • My Another Boss   Bab 13 : Potong gaji?

    Rambut berantakan, pakaian tidak serapi sebelumnya. Begitulah yang terlihat jelas dari Diandra saat ini. Duduk di kursi sambil sesekali menatap sinis orang di dekatnya. Sama halnya dengan Diandra, Mawar pun dalam kondisi demikian. Dalam ruangan tersebut mereka duduk di kursi, menghadap Darren. Sementara Juan sibuk melihat tanaman di dekat jendela. Atas kejadian ini, Diandra dan dibawa dibawa ke ruang khusus Darren."Apa masalahnya?"Darren berubah menjadi orang yang dingin dan kaku, bahkan tatapan itu lebih lama kepada Mawar. Darren berdiri dari tempat dan berjalan menghampiri Mawar, dia memegang sandaran tangan kursi yang diduduki wanita berambut pendek ini, dengan sedikit memajukan tubuhnya mendekat dia berkata, "Saya tau ini bukan kali pertamanya kamu membuat karyawan saya pergi dari kantor ini.""Apa kamu tau kenapa saya masih membiarkan kamu di sini?" tanyanya dengan sorotan mata tajam.Kaki Mawar mulai bergetar saat ini, dia menggeleng gugup. Dia terdiam, lidahnya begitu kelu

    Last Updated : 2024-05-01

Latest chapter

  • My Another Boss   Bab 20 : First Kiss

    "Pak Juan? Ini aku Diandra," ucap Diandra sambil menekan bel.Beberapa kali Diandra memanggil nama sang tuan rumah, tapi tidak ada jawaban. Akhirnya Diandra memilih untuk menekan beberapa angka untuk membuka pintu apartemen. Darren memberikan informasi yang begitu penting kepadanya demi jaga-jaga akan kejadian semacam ini.Langkah kaki mulai memasuki ruang yang pengap, hanya ada beberapa lampu kuning yang menyala di beberapa sudut. Ruang tengah begitu remang-remang, dia segera melepas sepatu, lalu suhu dingin menyentuh kakinya yang menapak lantai. Entah sudah berapa lama ruangan ini begitu tertutup tanpa cahaya matahari yang menghangatkan, bahkan hingga membuat sinar matahari itu kembali terlelap di malam hari."Pak Juan di dalam?"Diandra memandang seluruh sudut yang ia temui di ruang tengah ini. Dia tidak menemukan apa pun, selain bau menyengat dari sebuah ruang. Ruangan itu tak lain adalah kamar pribadi sekaligus tempat Juan menyelesaikan pekerjaan. Diandra memberanikan diri untuk

  • My Another Boss   Bab 19 : Another weird person

    Udara makin dingin ketika matahari mulai tergelincir di ufuk barat. Wanita itu telah menenteng sebuah kantung belanjaan dari minimarket tak jauh dari depan gedung Diamond Company. Dia meraih ponsel dari tas bahu yang dikenakan, mengetuk dua kalo pada layar hingga menampilkan waktu pukul setengah enam sore.Diandra berdiri di pinggir jalan, hingga seseorang pengendara motor mengenakan pakaian hijau datang lalu berhenti di depannya. Pria paruh baya itu tersenyum dan menanyakan kepastian nama pelanggannya. Diandra meraih helm yang disodorkan, kemudian menaiki ojek online yang dipesannya."Pak Apartemen Anggrek, ya," kata Diandra."Baik, neng," balas pria paruh baya itu.Motor pun melaju menerobos kemacetan di jam pulang, beberapa kali harus terhenti karena mobil di depannya. Panas jalanan mengalahkan waktu yang seharusnya lebih dingin. Meskipun matahari sudah mulai menghilang, panas dari asap kendaraan dan mesin serta banyak orang di sekitar membuat hawa makin terasa tidak nyaman.Di te

  • My Another Boss   Bab 18 : Missed Call

    Diandra menarik langkah kakinya mundur, dia mencari kontak Darren sesegera mungkin. Dengan tergesa-gesa, Diandra mengetikkan isi pesannya pada layar ponselnya."Pak, tadi Pak Juan nelpon saya, tapi gak ada jawaban dan cuman suara berisik. Bisa bapak lakukan sesuatu? Kayaknya gak mungkin kalo saya pergi sebelum jam pulang, gak enak sama anak-anak yang lain," tuturnya dalam pesan yang dia ketik.Diandra terdiam di depan pintu lift, dia menoleh ke belakang dimana tempat kerja Darren berada tak jauh dari sana. Beberapa saat terdengar bunyi notifikasi dari ponsel. Pesan dari Darren muncul di gelembung notifikasi, dengan sigap Diandra menekan layarnya."Akan kukirim orang untuk memeriksanya hari ini," balas Darren.Meskipun hatinya masih gundah, Diandra sedikit merasa lega. Dia kembali berjalan menuju tempat kerjanya. Sementara itu di sisi lain kantor ini, Darren berdiri menghadap kaca jendela yang memperlihatkan kota di bawahnya. Tatanan kota yang kurang beraturan di sisi lain, menyimpan s

  • My Another Boss   Bab 17 : Mati atau Kembali

    "Mati atau kembali."Setelah mengatakan hal itu, pria misterius tersebut tertawa menggelegar. Dia tertawa seperti orang kurang waras hingga membuat semua di sekitarnya merasa keherenan sekaligus takut. Beberapa orang mulai pergi karena takut, beberapa pegawai memanggil satpam untuk segera datang."Apa maksudnya?" gumam Diandra.Sementara Juan hanya terdiam dengan genggaman tangan yang makin mengerat kepadanya. Seolah mengkhawatirkan akan sesuatu dalam otaknya. Akhirnya pria misterius itu pun berhenti tertawa lepas, lalu berkata, "Jangan biarkan Tuanku menunggu jawabanmu," pungkas pria misterius itu.Tak lama setelahnya, tiga orang satpam yang bertugas langsung meringkus pria berjaket hitam tersebut. Dia tidak mengelak apalagi memberontak saat dibawa oleh para satpam. Malahan dia tertawa dan bersenandung seperti orang kurang waras."Hahaha! Pertaruhan dimulai!" teriaknya sembari diseret dua satpam lainnya.Salah satu satpam menghampiri Juan dan Diandra, "Apa ada yang terluka?" tanyany

  • My Another Boss   Bab 16 : Kelinci

    Pria bertubuh tinggi ini memasuki mobil, dia mengambil sebuah kunci dari saku celananya. Deruman mobil terdengar halus ketika mulai melaju. Sementara Diandra masih membisu, memandang kendaraan yang berlalu lalang."Ini masih siang, ayo kita ke Mall," ajak Juan tanpa menoleh.Diandra mengalihkan pandangan setelah mendengar apa yang dikatakan Juan. Keningnya berkerut saat dia sedang mencerna apa yang ingin dilakukan pria ini di sana. Dengan tidak nyaman, Diandra sedikit membenarkan posisi duduknya, lalu mencondongkan tubuhnya beberapa senti kepada pengemudi yang ada di sampingnya, "Emang ada tugas lagi, Pak?" tanya Diandra heran.Juan menarik kedua sudut bibirnya, dan berucap, "Tentu ada tugas lagi.""Apa kamu gak penasaran?" tanya Juan kemudian.Diandra yang sudah mulai lelah akhirnya mengangguk ragu disertai senyum tipisnya. Juan menengok ke samping, kemudian tersenyum dengan rentetan gigi yang nampak manis. Tanpa aba-aba, Juan melajukan mobilnya lebih kencang menuju Mall terdekat. So

  • My Another Boss   Bab 15 : Ungkapan

    Dalam senyap tatapan matanya menyelidik kedua orang yang sedang duduk di kursi sofa pada hadapannya. Bolak-balik kedua bola mata memandang dua orang secara bergantian, sampai tatapannya terkunci kepada seorang pria berpakaian jas hitam. Dia sibuk melihat gelas cangkir teh berwarna putih mengkilap."Siapa dia?" tanya Risa sambil menunjuk dengan gerak matanya ke arah Juan.Diandra melirik beberapa saat kepada Juan, berpikir sampai Juan menatapnya balik, "D-Dia ....""Kita langsung saja," ucap Juan tiba-tiba.Juan menaruh cangkirnya di atas meja, kemudian mengambil sebuah kertas dari balik jas hitam miliknya bersama sebuah pena yang ada di saku. Dia menaruh di atas meja bersama dengan pena yang telah disiapkan. Lalu, dia kembali mengapkan tubuhnya dan menatap Risa dalam."Mungkin sudah terlambat untuk memintamu menghapus foto yang kamu ambil, tetapi saya harap kamu mau mengundurkan diri menjadi karyawan di perusahaan Diamond Company," tutur Juan. "Maksudnya apa ya?" tanya Risa dengan ke

  • My Another Boss   Bab 14 : Pekerjaan sampingan

    "Potong gaji 50%, mau?"Diandra terdiam membisu, dia menggertakkan gigi ketika mendengar ucapan pria yang masih terduduk di sofa. Kemudian Juan tiba-tiba bangkit dari duduknya, melangkah agar lebih dekat dengan Diandra.Jarak mereka kini hanya sekitar setengah meter. Udara semakin panas, angin yang masuk melalui jendela balkon tidak dapat mengusir suhu panasnya. Diandra memundurkan langkahnya menjauh, tetapi Juan kembali selangkah lebih dekat dengannya."Apa nona ini baru saja mengancamku buat mogok kerja?" tanya Juan sambil menyeringai. Juan memegang dagu wanita di depannya, kemudian berkata, "Kamu sudah menandatangani kontrak ini. Selama satu bulan ke depan kamu harus bekerja denganku, bukan?"Juan menaikan salah satu alisnya, Diandra dapat melihat mata coklat itu lagi dari dekat. Tanpa sepatah kata lain yang dikeluarkan, Juan melepaskan dagu Diandra. Kemudian dia kembali menegakkan tubuhnya."Berhenti banyak bertanya, aku punya pekerjaan tambahan hari ini. Jadi aku mengundang kamu

  • My Another Boss   Bab 13 : Potong gaji?

    Rambut berantakan, pakaian tidak serapi sebelumnya. Begitulah yang terlihat jelas dari Diandra saat ini. Duduk di kursi sambil sesekali menatap sinis orang di dekatnya. Sama halnya dengan Diandra, Mawar pun dalam kondisi demikian. Dalam ruangan tersebut mereka duduk di kursi, menghadap Darren. Sementara Juan sibuk melihat tanaman di dekat jendela. Atas kejadian ini, Diandra dan dibawa dibawa ke ruang khusus Darren."Apa masalahnya?"Darren berubah menjadi orang yang dingin dan kaku, bahkan tatapan itu lebih lama kepada Mawar. Darren berdiri dari tempat dan berjalan menghampiri Mawar, dia memegang sandaran tangan kursi yang diduduki wanita berambut pendek ini, dengan sedikit memajukan tubuhnya mendekat dia berkata, "Saya tau ini bukan kali pertamanya kamu membuat karyawan saya pergi dari kantor ini.""Apa kamu tau kenapa saya masih membiarkan kamu di sini?" tanyanya dengan sorotan mata tajam.Kaki Mawar mulai bergetar saat ini, dia menggeleng gugup. Dia terdiam, lidahnya begitu kelu

  • My Another Boss   Bab 12 : Rumor

    Pukul 10 pagi dalam kantor, kedua mata tak berhenti menatap layar. Telinganya menangkap banyak suara orang di sekitarnya, riuh bisik dari mulut ke mulut lainnya membuat telinganya terasa panas. Setelah Diandra bekerja sampai malam kemarin, dia tidak menyangka akan ada hal yang mengejutkan lainnya."Ih, jadi dia beneran sama Pak Darren gitu? Dia masuk pake orang dalem, dong," bisik seorang wanita dari belakang.Suasana di kantor menjadi kurang nyaman baginya. Dia merasa ingin mengambil langkah seribu dari sini. Menatap layar monitor saja rasanya membuat enggan. Meskipun sudah menatap lama, suara riuh itu membuatnya merasa sangat terganggu."Kamu sama Pak Darren ada hubungan, ya?" tanya setengah berisik sambil memberikan sebuah permen di meja.Gea berdiri di dekat Diandra, sambil terdiam menatapnya. Seolah dia sedang menunggu jawaban pasti dari temannya itu. Diandra melamun, memandang sebua permen kemasan berwarna merah dengan kata-kata kekinian di situ."Santai," ucap Diandra lirih me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status