Setelah masuk ke kamar tidur Alan, Azzura duduk di tepi kasur sembari netranya memindai setiap sudut dan sisi ruangan yang terbilang besar, luas, sangat bersih juga wangi dan sangat bersih.
Kamar tidur dengan warna yang netral dan tegas, dan dilengkapi dengan furniture besar tetapi sederhana, serta elemen lain yang lebih maskulin itu sangatlah cocok dengan Alan.Ya, Alan adalah sosok pria yang memiliki tingkat yang jauh lebih tinggi untuk penanganan dan pemahaman. sisi Alan yang satu itu membuat sebagian dari diri Azzura ingin lari dan bersembunyi darinya.Akan tetapi, yang terjadi adalah Azzura tak kuasa untuk menghilang dari pandangan Alan. Meski mata abu-abu gelap Alan membakar dirinya, dan tatapan membara dan intensnya masuk ke dalam pikirannya.Oh hanya memikirkan hal itu saja sudah membuat tubuh Azzura mengencang dan tersiap. Padahal Alan kini tidak berada di dekatnya. Tetapi, pesona pria itu mampu menyalakan gairahnya sebagai seorang wanDi Arion Cafe and Resto, Alan duduk berhadapan dengan Sage dan seorang sahabat mereka, Rory. Ketiga pria ini sedang menunggu makanan dan minuman mereka datang."Bodoh!" cicit Rory saat melirik Alan yang sedang melihat ke arah luar restoran melalui jendela kaca yang besar di samping mereka sambil mengulum senyum. "Apa? Siapa yang bodoh?" cerca Sage sambil Rory yang masih mengarahkan pandangannya pada Alan. "Apa kau baru saja menyebut Alan bodoh?" tanyanya lagi pada Rory, bingung. "Bukan Alan. Tapi, mimik wajahnya saja," ungkap Rory. Yang dibicarakan kemudian menoleh dan melihat ke arahnya dan Sage secara bergantian dengan dahinya yang berkerut."Kenapa dengan mimik wajahku?" tanya Alan pada Rory dengan wajahnya yang bingung."Senyum lebarmu itu, Lan," jawab Rory cepat tetapi datar. "Kau sedang memikirkan si perancang busana itu, 'kan?" Rory menatap Alan curiga. Alan terdiam sejenak usai mendengar pertanyaan sang sahabat. Namun
Samar-samar Azzura menganggukkan kepalanya usai mendengar kata-kata Alan. "Ya, kamarmu tenang dan nyaman. Tapi, kupikir tidak sekarang ini—tidak jika dengan kau di sini, Lan," ujar Azzura, bergumam dalam hatinya.Setelah mengangguk setuju dengan bicara Alan, pusat otak Azzura akhirnya mengingatkan tujuannya dan Alan datang ke apartemen mewah itu. Karena itu, Azzura pun menarik napasnya tanpa sepengetahuan Alan."Bagaimana, kau nyaman di sini?" tanya Alan pada Azzura lembut. Ia kemudian tersenyum kepada wanitanya tersebut. Azzura pun mengangguk tegas sambil tersenyum. "Ya, aku suka dan senang berada di sini," jawab wanita ini. "Apa kau mau minum? Biar kuambilkan untukmu," tanya Azzura. Kesopanan menang di atas segala hal lain yang ingin ia katakan kepada Alan.Dengan cepat Alan menggeleng. "Tidak, terima kasih, Azzura." Alan kembali mengulas senyumnya yang memesona—senyum dengan bibirnya yang melengkung, dan kepalanya yang miring sedikit ke satu s
'Percaya padaku?' Kalimat Alan itu berdengung di kepala Azzura, sementara matanya terbelalak, jantungnya melonjak ke tulang rusuknya, dan darahnya bergemuruh di seluruh tubuhnya. Kendati begitu, Azzura dengan tegas menganggukkan kepalanya.Usai mendapat jawaban dari Azzura, Alan segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan dasi sutra abu-abu peraknya. Itu adalah dasi sutra abu-abu perak yang meninggalkan bekas pada pergelangan Azzura. Selanjutnya, Alan bergerak begitu cepat dan duduk mengangkang saat ia mengikatkan pergelangan tangan Azzura bersama-sama. Tapi, kali ini, Alan mengikat ujung dasi ke salah satu jari-jari kepala ranjang besi putihnya. Alan menarik ujung dasi yang terikat ke salah satu jari-jari kepala ranjang, dan kemudian memeriksa ikatan di tangan Azzura, apakah itu kuat. Azzura tak akan ke mana-mana. Ia sungguh-sungguh akan terikat di tempat tidur Alan, dan itu membuatnya bergairah. Selesai mengikat pergelangan tangan Azzura,
Saat ciuman Alan berhenti di perut Azzura, dengan perlahan Alan mengeluarkan es batu dari dalam mulutnya. Es batu tersebut kemudian menggenang dingin di tengah pusar Azzura bersamaan dengan anggur putih dingin.Dinginnya es batu dan anggur yang menggenang di tengah pusar Azzura, membuat sang empunya pusar merasa terbakar langsung ke bawah bagian terdalam dari perutnya."Wow!" ucap Azzura, berseru dalam hatinya."Sekarang kau harus tetap diam, Sayang," perintah Alan pada Azzura tegas meski dengan berbisik. "Jika kau bergerak, Azzura, kau akan mendapati anggur di seluruh tempat tidur!" terangnya sambil menatap Azzura tajam.Perintah dan tatapan tajam Alan saat itu membuat pinggul sang perancang busana seksi mengejang secara otomatis—membuat anggur di perutnya hampir tumpah. "Oh tidak, Sayang. Jika kau menumpahkan anggur di perutmu, aku akan menghukum dirimu, Nona Azzura," ujar Alan, memperingatkan Azzura dengan lebih tegas. Mende
Sekian detik usai Azzura bicara, Alan bernafas di atas bibir Azzura. Ia lalu menarik kembali tangannya dan berlutut di antara kaki Azzura.Rupanya di waktu ini, Alan dengan sangat perlahan menarik lepas celana dalam Azzura sambil menatap sang fashion desainer tersebut—melihat matanya yang berkilau. "Kau menginganku? Benarkah?" cerca Alan dengan berbisik. Yang ditanya menganggukkan kepala perlahan. "Kalau begitu, aku ingin tahu seberapa menyenangkan ini untukmu, Azzura?" Alan membelai zakarnya. "Itu ... sangat menyenangkan sampai aku tak bisa mengatakannya dengan kata-kata," jawab Azzura dengan terengah-engah. "Aku mohon bercintalah denganku, Alan," pinta Azzura pada Alan, merintih.Alan mengangkat alis saat tangannya bergerak ke atas dan ke bawah pada organ tubuhnya yang sangat dan amat mengesankan alih-alih membalas Azzura.Ya, saking mengesankannya zakar Alan itu, Azzura sampai merintih saat memohon—meminta untuk bercinta dengannya ta
Ada perubahan ketika Alan mencium Azzura. Bibir Alan menjadi lebih mendesak bibir Azzura, dan tangannya bergerak naik dari dagu Azzura kemudian memegang sisi kepalanya.Sementara, tangan Alan yang satu lagi melingkar di pinggang Azzura. Di waktu ini, napas Alan juga menjadi lebih cepat.Selanjutnya, Alan memperdalam ciumannya pada bibir Azzura sambil bersandar ke dalam diri Azzura. Dan Azzura pun meletakkan satu tangannya di lengan Alan. Setelah selesai berciuman, dahi Alan bersandar pada dahi Azzura dengan kedua matanya yang tertutup dan suaranya yang tegang."Azzura..." ucap Alan, berbisik. "Apa yang telah kau lakukan padaku?" tanya pria tampan nan memesona ini, membuat yang ditanya bingung. "Kau adalah candu bagiku, Sayang," jelas Alan pada Azzura.Seketika saja bibir Azzura melengkung, terangkat ke atas dan membentuk bulan sabit yang indah setelah ia mendengar kata-kata Alan terhadap dirinya saat itu."Alan, aku hanya bisa m
Alexa tersenyum lebar kala melihat penampilan Azzura. "Wah, kau tampak mengagumkan, Azzura," tukas Alexa sambil mengangguk. "Kau terlihat seksi," imbuhnya."Seksi?" Azzura terbelalak. "Hey, aku bermaksud terlihat elegan malam ini," sanggah sang fashion desainer seksi satu ini. Seketika saja Alexa tertawa setelah ia mendengar protes dari Azzura. "Azzura, penampilanmu juga elegan. Tapi, yang paling penting adalah kau terlihat seksi. Gaun itu benar-benar cocok dengan warna kulitmu. Dan sangat menempel ketat di tubuhmu." Alexa menyeringai."Alexa!" Azzura mengomeli Alexa dan menatapnya tajam."Apa? Memang benar, Azzura. Penampilanmu saat ini terihat cocok. Pertahankan gaun itu. Aku yakin sekali kau akan membuat dia semakin tunduk di tanganmu," ujar Alexa.Usai Alexa bicara, Azzura mengulum senyumnya disertai dengan wajah cantiknya yang memerah. "Doakan aku ya," pinta Azzura pada asistennya tersebut. "Tunggu! Apa aku tidak salah dengar, Azzura? Kau membutuhkan keberuntungan untuk kencan?
Usai berbisik dalam hatinya, Azzura berdeham dan berkedip. "Lalu, mainan seks apa yang kuterima nantinya, Tuan Alan?" Azzura menatap Alan dengan wajahnya yang penasaran."Aku memiliki vibrator, dildo, butt Plug dan masih ada beberapa mainan seks lagi di ruangan bermain," jelas Alan pada Azzura lugas. Yang diajak bicara mengangguk mengerti tanpa mengatakan apa pun. "Oh ya, Azzura, ada satu hal lagi yang perlu untuk kau ketahui," ungkap Alan. Mendengar itu, Azzura lantas menatap Alan dengan matanya yang seolah bertanya 'hal apa itu?'. Alan yang mengerti dengan cara Azzura menatap dirinya kemudian menjelaskan: "Tindakan bondage yang akan kau terima nantinya adalah, tangan di depan, tangan di belakang punggung, pergelangan kaki, lutut, siku, lalu pergelangan tangan hingga mata kaki, spreader bar, terikat pada mebel, mata ditutup, mulut disumpal, mungkin juga diikat dengan tali, diikat dengan lakban, atau dengan belenggu kulit dan borgol," beber Alan. Mata Azzura kontan terbelalak dan k
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri
"Ehem ...." Azzura berdeham dan berkedip. "Alan... Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanyanya pelan dan hati-hati saat bertatapan dengan kekasihnya itu. Tanpa ragu, Alan pun mengangguk. "Ya, tentu saja boleh," jawab pria memesona ini. "Selama pertanyaanmu itu tak melewati batas, aku juga akan menjawabnya." Alan tertawa. Ia lalu merangkul Azzura selagi mereka duduk bersebalahan di bathtub.Pelukan seperti ini digunakan oleh Alan pada sang kekasih untuk menunjukkan dukungannya, rasa cinta dan sayangnya kepada Azzura."Hmm... Apa tidak masalah jika kau membawaku pindah apartemen ini? Maksudku, kau dan Odette—""Cup." Dengan cepat, Alan memotong bicara sang kekasih dengan membungkam mulutnya dengan kecupan kilat. Kecupan kilat di bibirnya detik itu kontan membuat Azzura cukup terkejut. Matanya melebar saat bersitatap dengan Alan, seolah ia bertanya, "Apa yang kau lakukan? Aku sedang bicara!" "Sayang...." Alan dengan lembut berucap sembari jari-jarinya membelai pipi Azzura se
Bathtub yang terdapat di kamar mandi Alan cukup untuk jumlah dua orang saja. Kemudian bathtub ini juga dilengkapi dengan dek kayu jati.Bukan hanya itu, terdapat juga sandaran di masing-masing sisi, sehingga Alan dan Azzura bisa merasa lebih santai usai pergulatan mereka yang panas, menyakitkan, namun sangat menyenangkan.Sayangnya, alih-alih merasa rileks karena pijatan alami yang diberikan oleh air hangat di dalam bathtub, ruang memori di kepala Azzura justru kembali berputar bak gulungan film. Ya, gulungan film yang sangat siap menampilkan potongan-potongan visual di dalamnya. Hal ini tentu saja kembali mematik rasa takut Azzura dan tercetak jelas di wajah cantiknya. Karena itulah tangan Azzura jadi gemetar. Bahkan, tubuhnya menjadi lemas alih-alih segar karena berendam di air hangat yang menenangkan. Azzura tercekat lantas membeku di samping Alan. Sementara, di waktu ini, ruang memori di kepala Azzura mulai menampilkan beberapa adegan visual yang membuat wanita seksi satu ini m
Tanpa perlu menunggu lebih lama, Azzura lantas menjawab Alan dengan tersenyum malu-malu kepadanya. Sehingga, Alan merasa bahwa wanita di hadapannya ini terlihat semakin cantik dan menggemaskan.Sementara itu, di bawah sana tampak Alan Junior yang bertipe Burrito sudah sangat siap untuk melakukan pekerjaannya, memasuki liang senggama Azzura yang berkedut dan basah.Saat Mr. Burrito milik Alan akan memasuki honey pot nya, Azzura membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan setelah itu, baru lah Mr. Burrito sang kekasih perlahan memasuki arena permainannya. "Aagghhh..." Azzura terperanjat saat Mr. Burrito si pemandu wisata dan selam scuba memesona favoritnya itu memenuhi liang senggamanya, dan memberi tekanan serta rangsangan di semua area intimnya.Dan, agar penetrasi semakin dalam, Azzura terlihat melingkarkan kedua kakinya pada pingang Alan. "Mmhh ... ooohh ...." Azzura dan Alan mengerang dengan lembut. Melalui erangan lembut itu, Azzura dan Alan dapat saling mengetahui bahwa mereka satu