'Percaya padaku?' Kalimat Alan itu berdengung di kepala Azzura, sementara matanya terbelalak, jantungnya melonjak ke tulang rusuknya, dan darahnya bergemuruh di seluruh tubuhnya. Kendati begitu, Azzura dengan tegas menganggukkan kepalanya.
Usai mendapat jawaban dari Azzura, Alan segera merogoh saku celananya dan mengeluarkan dasi sutra abu-abu peraknya. Itu adalah dasi sutra abu-abu perak yang meninggalkan bekas pada pergelangan Azzura.Selanjutnya, Alan bergerak begitu cepat dan duduk mengangkang saat ia mengikatkan pergelangan tangan Azzura bersama-sama. Tapi, kali ini, Alan mengikat ujung dasi ke salah satu jari-jari kepala ranjang besi putihnya.Alan menarik ujung dasi yang terikat ke salah satu jari-jari kepala ranjang, dan kemudian memeriksa ikatan di tangan Azzura, apakah itu kuat. Azzura tak akan ke mana-mana. Ia sungguh-sungguh akan terikat di tempat tidur Alan, dan itu membuatnya bergairah.Selesai mengikat pergelangan tangan Azzura,Saat ciuman Alan berhenti di perut Azzura, dengan perlahan Alan mengeluarkan es batu dari dalam mulutnya. Es batu tersebut kemudian menggenang dingin di tengah pusar Azzura bersamaan dengan anggur putih dingin.Dinginnya es batu dan anggur yang menggenang di tengah pusar Azzura, membuat sang empunya pusar merasa terbakar langsung ke bawah bagian terdalam dari perutnya."Wow!" ucap Azzura, berseru dalam hatinya."Sekarang kau harus tetap diam, Sayang," perintah Alan pada Azzura tegas meski dengan berbisik. "Jika kau bergerak, Azzura, kau akan mendapati anggur di seluruh tempat tidur!" terangnya sambil menatap Azzura tajam.Perintah dan tatapan tajam Alan saat itu membuat pinggul sang perancang busana seksi mengejang secara otomatis—membuat anggur di perutnya hampir tumpah. "Oh tidak, Sayang. Jika kau menumpahkan anggur di perutmu, aku akan menghukum dirimu, Nona Azzura," ujar Alan, memperingatkan Azzura dengan lebih tegas. Mende
Sekian detik usai Azzura bicara, Alan bernafas di atas bibir Azzura. Ia lalu menarik kembali tangannya dan berlutut di antara kaki Azzura.Rupanya di waktu ini, Alan dengan sangat perlahan menarik lepas celana dalam Azzura sambil menatap sang fashion desainer tersebut—melihat matanya yang berkilau. "Kau menginganku? Benarkah?" cerca Alan dengan berbisik. Yang ditanya menganggukkan kepala perlahan. "Kalau begitu, aku ingin tahu seberapa menyenangkan ini untukmu, Azzura?" Alan membelai zakarnya. "Itu ... sangat menyenangkan sampai aku tak bisa mengatakannya dengan kata-kata," jawab Azzura dengan terengah-engah. "Aku mohon bercintalah denganku, Alan," pinta Azzura pada Alan, merintih.Alan mengangkat alis saat tangannya bergerak ke atas dan ke bawah pada organ tubuhnya yang sangat dan amat mengesankan alih-alih membalas Azzura.Ya, saking mengesankannya zakar Alan itu, Azzura sampai merintih saat memohon—meminta untuk bercinta dengannya ta
Ada perubahan ketika Alan mencium Azzura. Bibir Alan menjadi lebih mendesak bibir Azzura, dan tangannya bergerak naik dari dagu Azzura kemudian memegang sisi kepalanya.Sementara, tangan Alan yang satu lagi melingkar di pinggang Azzura. Di waktu ini, napas Alan juga menjadi lebih cepat.Selanjutnya, Alan memperdalam ciumannya pada bibir Azzura sambil bersandar ke dalam diri Azzura. Dan Azzura pun meletakkan satu tangannya di lengan Alan. Setelah selesai berciuman, dahi Alan bersandar pada dahi Azzura dengan kedua matanya yang tertutup dan suaranya yang tegang."Azzura..." ucap Alan, berbisik. "Apa yang telah kau lakukan padaku?" tanya pria tampan nan memesona ini, membuat yang ditanya bingung. "Kau adalah candu bagiku, Sayang," jelas Alan pada Azzura.Seketika saja bibir Azzura melengkung, terangkat ke atas dan membentuk bulan sabit yang indah setelah ia mendengar kata-kata Alan terhadap dirinya saat itu."Alan, aku hanya bisa m
Alexa tersenyum lebar kala melihat penampilan Azzura. "Wah, kau tampak mengagumkan, Azzura," tukas Alexa sambil mengangguk. "Kau terlihat seksi," imbuhnya."Seksi?" Azzura terbelalak. "Hey, aku bermaksud terlihat elegan malam ini," sanggah sang fashion desainer seksi satu ini. Seketika saja Alexa tertawa setelah ia mendengar protes dari Azzura. "Azzura, penampilanmu juga elegan. Tapi, yang paling penting adalah kau terlihat seksi. Gaun itu benar-benar cocok dengan warna kulitmu. Dan sangat menempel ketat di tubuhmu." Alexa menyeringai."Alexa!" Azzura mengomeli Alexa dan menatapnya tajam."Apa? Memang benar, Azzura. Penampilanmu saat ini terihat cocok. Pertahankan gaun itu. Aku yakin sekali kau akan membuat dia semakin tunduk di tanganmu," ujar Alexa.Usai Alexa bicara, Azzura mengulum senyumnya disertai dengan wajah cantiknya yang memerah. "Doakan aku ya," pinta Azzura pada asistennya tersebut. "Tunggu! Apa aku tidak salah dengar, Azzura? Kau membutuhkan keberuntungan untuk kencan?
Usai berbisik dalam hatinya, Azzura berdeham dan berkedip. "Lalu, mainan seks apa yang kuterima nantinya, Tuan Alan?" Azzura menatap Alan dengan wajahnya yang penasaran."Aku memiliki vibrator, dildo, butt Plug dan masih ada beberapa mainan seks lagi di ruangan bermain," jelas Alan pada Azzura lugas. Yang diajak bicara mengangguk mengerti tanpa mengatakan apa pun. "Oh ya, Azzura, ada satu hal lagi yang perlu untuk kau ketahui," ungkap Alan. Mendengar itu, Azzura lantas menatap Alan dengan matanya yang seolah bertanya 'hal apa itu?'. Alan yang mengerti dengan cara Azzura menatap dirinya kemudian menjelaskan: "Tindakan bondage yang akan kau terima nantinya adalah, tangan di depan, tangan di belakang punggung, pergelangan kaki, lutut, siku, lalu pergelangan tangan hingga mata kaki, spreader bar, terikat pada mebel, mata ditutup, mulut disumpal, mungkin juga diikat dengan tali, diikat dengan lakban, atau dengan belenggu kulit dan borgol," beber Alan. Mata Azzura kontan terbelalak dan k
Tak berselang lama setelah Azzura berbisik dalam hatinya, pelayan datang dengan hidangan pertama Azzura dan Alan. Rupanya, hidangan pertama yang dipesan Alan sebelumnya adalah tiram di atas hamparan es."Aku harap kau suka tiram ini, Azzura," tukas Alan pada sang fashion desainer di hadapannya dengan suara lembut."Aku belum pernah makan tiram sebelumnya," ujar Azzura sungguh-sungguh setelah pelayan laki-laki berlalu dari hadapannya dan Alan."Benarkah?" tanya Alan pada Azzura saat netranya menatapnya tidak percaya. Yang ditanya menganggukkan kepalanya tanpa mengatakan apa pun.Alan kemudian mengambil satu tiram. "Yang kau lakukan hanya memegang ujungnya dan menelannya. Aku pikir kau bisa melakukannya." Alan menatap Azzura. Dan Azzura tahu apa yang pria tampan tersebut maksud.Karena itu, Azzura tersipu memerah, sementara si pemandu wisata dan selam scuba memesona nyengir. Ia lalu menyemprotkan air jeruk lemon ke atas tiram sambil memegang ujungnya, dan kemudian memasukkannya ke dalam
Malam hari itu, setelah selesai makan malam, Alan membawa Azzura kembali ke apartemennya. Ia rupanya benar-benar ingin menghabiskan malam bersama wanitanya, Azzura.Setibanya di apartemen, Alan menempatkan botol sampanye di atas meja dan berdiri di depan Azzura. Detik berikutnya, Alan menempatkan tangannya di bawah dagu Azzura dan memiringkan kepala wanita tersebut.Di waktu ini, Alan menatap ke arah Azzura dengan ekspresinya yang sangat serius. "Azzura, mulai saat ini, Aku akan memberikan banyak kejutan dan kebahagiaan untukmu," tegas Alan.Sesaat setelah berbicara, Alan membungkuk dan memberikan ciuman kilat tepat di bibir Azzura. "Kumohon, Sayang, habiskan malam bersamaku," ujar Alan, meminta pada Azzura dengan suara lembut."Tidakkah aku terlihat seperti wanita murahan jika bermalam di sini bersamamu, dan bukan di villa?" Azzura mengerutkan dahinya saat bertatapan dengan Alan.Penuturan Azzura itu lantas membuat si pemandu wisata dan
Usai melihat tongkat bervariasi di rak kayu, netra Azzura mengarah kepada sesuatu yang lain yang ternyata lebih mendominasi ruangan bermain Alan. Sesuatu yang lain itu adalah ranjang, yang mana ukuran ranjang tersebut lebih besar dari ukuran king size dengan ukiran megah bergaya rococo dan bertiang empat dengan bagian atas rata. Ranjang besar tersebut tampak seperti bagian dari akhir abad kedua puluh. Lalu, di bawah kanopinya, Azzura dapat melihat lebih banyak lagi rantai berkilau dan borgol.Bagaimana mungkin Azzura bisa tidak melihat itu semua, karena kasurnya tidak ada seprei. Hanya ditutup dengan kulit warna merah anggur dan bantal satin senada yang ditumpuk di salah satu sudutnya.Di sisi lain ranjang, tepatnya pada kaki ranjang, terpisah beberapa meter adalah sofa chesterfield berwarna coklat kemerahan yang besar, terjebak di tengah ruangan menghadap ranjang."Pengaturan aneh ... mengatur sofa menghadap ke ranjang," cicit Azzura d