Tak berselang lama setelah Azzura berbisik dalam hatinya, pelayan datang dengan hidangan pertama Azzura dan Alan. Rupanya, hidangan pertama yang dipesan Alan sebelumnya adalah tiram di atas hamparan es."Aku harap kau suka tiram ini, Azzura," tukas Alan pada sang fashion desainer di hadapannya dengan suara lembut."Aku belum pernah makan tiram sebelumnya," ujar Azzura sungguh-sungguh setelah pelayan laki-laki berlalu dari hadapannya dan Alan."Benarkah?" tanya Alan pada Azzura saat netranya menatapnya tidak percaya. Yang ditanya menganggukkan kepalanya tanpa mengatakan apa pun.Alan kemudian mengambil satu tiram. "Yang kau lakukan hanya memegang ujungnya dan menelannya. Aku pikir kau bisa melakukannya." Alan menatap Azzura. Dan Azzura tahu apa yang pria tampan tersebut maksud.Karena itu, Azzura tersipu memerah, sementara si pemandu wisata dan selam scuba memesona nyengir. Ia lalu menyemprotkan air jeruk lemon ke atas tiram sambil memegang ujungnya, dan kemudian memasukkannya ke dalam
Malam hari itu, setelah selesai makan malam, Alan membawa Azzura kembali ke apartemennya. Ia rupanya benar-benar ingin menghabiskan malam bersama wanitanya, Azzura.Setibanya di apartemen, Alan menempatkan botol sampanye di atas meja dan berdiri di depan Azzura. Detik berikutnya, Alan menempatkan tangannya di bawah dagu Azzura dan memiringkan kepala wanita tersebut.Di waktu ini, Alan menatap ke arah Azzura dengan ekspresinya yang sangat serius. "Azzura, mulai saat ini, Aku akan memberikan banyak kejutan dan kebahagiaan untukmu," tegas Alan.Sesaat setelah berbicara, Alan membungkuk dan memberikan ciuman kilat tepat di bibir Azzura. "Kumohon, Sayang, habiskan malam bersamaku," ujar Alan, meminta pada Azzura dengan suara lembut."Tidakkah aku terlihat seperti wanita murahan jika bermalam di sini bersamamu, dan bukan di villa?" Azzura mengerutkan dahinya saat bertatapan dengan Alan.Penuturan Azzura itu lantas membuat si pemandu wisata dan
Usai melihat tongkat bervariasi di rak kayu, netra Azzura mengarah kepada sesuatu yang lain yang ternyata lebih mendominasi ruangan bermain Alan. Sesuatu yang lain itu adalah ranjang, yang mana ukuran ranjang tersebut lebih besar dari ukuran king size dengan ukiran megah bergaya rococo dan bertiang empat dengan bagian atas rata. Ranjang besar tersebut tampak seperti bagian dari akhir abad kedua puluh. Lalu, di bawah kanopinya, Azzura dapat melihat lebih banyak lagi rantai berkilau dan borgol.Bagaimana mungkin Azzura bisa tidak melihat itu semua, karena kasurnya tidak ada seprei. Hanya ditutup dengan kulit warna merah anggur dan bantal satin senada yang ditumpuk di salah satu sudutnya.Di sisi lain ranjang, tepatnya pada kaki ranjang, terpisah beberapa meter adalah sofa chesterfield berwarna coklat kemerahan yang besar, terjebak di tengah ruangan menghadap ranjang."Pengaturan aneh ... mengatur sofa menghadap ke ranjang," cicit Azzura d
Seketika saja mood Alan berubah dengan cepat, sehingga Azzura begitu sulit untuk mengikutinya. Kendati demikian, sang perancang busana cantik dan seksi tersebut dengan patuh berbalik menghadap ke arah Alan.Saat Azzura berbalik dan menghadap Alan, hatinya berdebar kencang, gairah segera mengganti perasaan tak nyaman dalam dirinya, lalu mengalir melalui darahnya dan menetap kelam dan mengalir rendah turun di perutnya. Sekian detik berikutnya, Alan mengambil rambut Azzura dari punggungnya. Sehingga, rambut sang fashion desainer cantik dan seksi tersebut menggantung ke bawah sisi kanannya, tepatnya di gunung kembarnya. Setelah itu, Alan menempatkan jari telunjuknya di belakang leher Azzura dan perlahan-lahan ia menelusuri ke bawah tulang belakang wanita seksi tersebut. Kuku Alan yang terawat baik dengan lembut menelusuri punggung Azzura."Aku suka gaun ini," bisik Alan pada Azzura. "Aku suka melihat kulit mulusmu, Sayang," ungkap pria tampan ini, m
Meski sebelumnya sempat bingung, tetapi Azzura akhirnya tahu apa yang harus dilakukannya. Wanita cantik dan seksi ini meraih t-shirt Alan, sementara si tampan dan demokratis tersebut memegang tangannya.Namun kemudian, Alan menggelangkan kepalanya dan tersenyum licik kepada Azzura. "Tidak, Sayang," tukas Alan sembari menggelengkan kepalanya dan menyeringai lagi."Bukan t-shirtku. Kau mungkin perlu menyentuhku untuk apa yang aku rencanakan." Mata Alan masih hidup dengan kegembiraan saat menatap Azzura. "Apa ini berita baik, kalau aku bisa menyentuhnya ketika dia berpakaian?" ujar Azzura, bertanya dalam hati. Tak berselang lama usai Azzura bergumam dalam hatinya, Alan mengambil salah satu tangan wanita cantik dan seksi tersebut lalu meletakkannya pada pistolnya yang mulai tegang."Ini adalah efek yang kau berikan padaku, Azzura," ungkap Alan, berbisik pada Azzura selagi sang perancang busana cantik tersebut menggenggam dan melenturkan jar
Setelah Alan bicara, Azzura menggenggam tangan Alan seolah ia akan memegangnya seumur hidupnya. Dan dengan lembut dan pelan, Azzura mulai bergerak ke atas dan ke bawah sesuai dengan instruksi Alan. Ketika Azzura mendorong tubuhnya ke atas dan ke bawah dari tubuh Alan, kedua mata Alan terbakar dengan antisipasi liar dan napasnya tidak beraturan sama seperti Azzura.Lalu detik berikutnya, Alan terlihat mengangkat panggulnya tatkala Azzura mendorong tubuhnya turun ke bawah, membuat tubuh sang fashion desainer memantul kembali ke atas. Di waktu ini, Azzura dan Alan sudah mendapatkan irama—atas, bawah, atas, bawah secara berulang. "O God, rasanya begitu ... nikmat," kata Azzura, bergumam dalam hatinya.Bersama dengan itu, dan di antara napasnya yang terengah-engah, ada perasaan di mana Azzura merasa bahwa liang senggamanya sangat penuh—dipenuhi oleh zakar Alan yang kian membesar. Di samping itu, Azzura juga merasa ada sensasi berdenyut kera
"Ya ampun," Azzura bergumam kecil. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai kembali. "Jadi kau tidak punya pilihan, Azzura," ucap Alan, sinis."Jelas," balas Azzura, terdengar pasrah. Ia tak bisa meneruskan sarkasme keluar dari suaranya saat matanya berputar naik seolah ingin menjangkau surga.“Oh, Azzura, apakah kau barusan memutar bola matamu padaku?" tanya Alan pada wanitanya itu, dingin."Tidak, Alan," jawab Azzura, tegas meski pelan. Kendati begitu, Alan tak lantas percaya. Buktinya, pria memesona ini menggeleng samar sambil tersenyum tipis. "Tidak, Sayang. Aku pikir kau melakukannya. Aku pernah katakan, apa yang akan aku lakukan padamu kalau aku melihatmu menggigit bibir bawahmu dan memutar matamu padaku lagi?" Alan menaikkan satu alisnya ketika berpandangan dengan Azzura.Setelah itu, Alan duduk di tepi tempat tidur. "Zura, kemarilah," katanya pada Azzura begitu lembut. Seketika Azzura pucat. Namun kemudian, wanita seksi ini duduk di samping Alan dan menatap pria tampan terse
Sesaat setelah bicara, Alan memukul bokong sang fashion desainer lagi dan lagi. Karena ini, dari dalam suatu tempat yang jauh, Azzura ingin memohon kepada Alan untuk berhenti.Namun, Azzura tak melakukannya karena ia tidak ingin memberi Alan kepuasan. Jadi, Azzura membiarkan Alan melanjutkan aksinya dengan irama yang tidak henti-hentinya."Argh! Argh!" Azzura menjerit sebanyak enam kali lagi dengan delapan belas tamparan di bokongnya secara total."Cukup!" Alan bernafas serak. "Bagus, Azzura," ujar Alan disertai dengan senyum lebar dan raut wajah senang. "Sekarang aku akan bercinta denganmu, Sayang," katanya tegas.Mendengar itu, Azzura lantas tercekat tapi jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia menjerit senang dan melompat kegirangan.Bersama dengan itu, Alan mulai membelai bokong Azzura dengan lembut, membuat sang empunya bokong terasa terbakar.Namun, yang membuat Azzura semakin terbakar adalah ketika Alan membelai bokongnya dengan gerakan berputar-putar dan kemudian tan