Sore harinya, Alan menjemput Azzura di butiknya. Mereka kemudian pergi ke sebuah dermaga di sepanjang Sungai Huangpu, yang berada di kota Shanghai.
Di tempat ini, Alan dan Azzura melihat panorama yang indah dan suasana yang metropolis tapi tetap masih kental dengan bangunan kolonialnya."Kau tumbuh sebagai anak tunggal?" tanya Alan yang berjalan di samping Azzura sambil memegang gelato di tangan, dan menyaksikan pemandangan sungai yang jernih nan tenang."Yap," jawab Azzura singkat saat menikmati gelato rasa cokelat favoritnya sambil menatap gedung pencakar langir yang modern dan berdampingan dengan bangunan kolonzial di sepanjang dermaga."Seperti apa rasanya?" tanya Alan penasaran. Lalu ia menatap wajah Azzura dari samping."Ayah dan ibuku merupakan orang tua yang benar-benar bersemangat. Mereka berdua tergila-gila satu sama lain—""Bukankah itu manis?" potong Alan cepat. Azzura pun menatapnya dan terkekeh."Tidak jugMalam hari, di XOXO House—salah satu restoran makanan Cina yang berada tidak jauh dari dermaga, Alan, Azzura dan Senna serta seorang bocah laki-laki yang tidak lain adalah anak tunggal Senna, duduk di kursi yang saling berhadapan dengan satu meja persegi yang memisahkan mereka sambil menyantap hidangan makan malam yang mereka telah pesan. "Sungguh! Aku tidak menyangka kalau kita semua akan bertemu di dermaga tadi," kata Senna yang duduk di samping putranya dan berhadapan dengan Alan sebagai sepupunya. "Tapi, yang membuatku semakin tidak menyangka adalah ketika aku melihat kalian berdua bersama," ungkap ibu satu anak ini sambil menatap Alan dan Azzura secara bergantian. "Azzura, sebenarnya Alan adalah pemandu selam scuba bersertifikat internasional dengan jam terbang menyelam yang tinggi dan nomor satu di Shanghai, yang ingin aku kenalkan kepadamu saat kau bilang ingin belajar selam scuba," imbuh Senna dengan penuh semangat. Penuturan Senna itu
"Tidak, Senna. Tidak perlu berterima kasih padaku. Alan, pria yang baik, menawan dan menyenangkan," tukas Azzura dengan tenang meski sedikit terbata-bata karena sambil menahan sakit berdenyut di dadanya."Meski terkadang tampang rupawannya itu terlihat menyebalkan dan tidak sopan, tapi dia pria yang membuat rumah kami nyaman," terang Senna saat menatap Azzura sambil tersenyum.Azzura pun mengangguk sembari balik tersenyum pada istri Sage tersebut. "By the way, apa itu berarti Alan tinggal bersama keluargamu?" tanya Azzura pada Senna penasaran, yang berbarengan dengan nyeri pada dadanya yang berangsur hilang. Dengan cepat dan tegas Senna mengangguk. "Ya. Setelah orang tuanya meninggal, Alan tinggal bersamaku dan orang tuaku. Tapi, Alan meninggalkan kami ketika dia mencapai puncak kesuksesan karirnya," cibir wanita satu ini, bergurau pada Alan.Mendengar itu, Azzura dan Alan pun tertawa. "Hey, apa kau mencoba membuatku menjadi pria jahat di mata Az
"Tak usah risau, Azzura," sanggah Alan. "Biasanya aku tak cerita. Tapi, ini aneh. Perasaanku kepadamu. Aku benar-benar tidak bisa menjelaskannya. Yang kurasakan ketika kau di dekatku adalah aku ingin masuk ke duniamu dan berbagi duniaku kepadamu," jelasnya sungguh-sungguh.Penuturan Alan tersebut kontan membuat Azzura tertegun. Namun kemudian, ia mendorong tubuhnya lebih dekat kepada Alan di hadapannya, menyentuh rahangnya, dan membelainya pelan."Lan, tak perlu beri istilah apa pun untuk apa yang hati kita rasakan saat ini. Kau tidak perlu menjelaskannya. Kau tidak butuh itu. Aku bisa melihatnya, merasakannya, dan memahaminya." Azzura tersenyum pada Alan.Mendengar itu, Alan lantas bernafas lega. Pria ini kemudian tersenyum sambil mengangguk. "Terima kasih, Azzura. Terima kasih sudah membuatku hidup kembali," balas Alan.Lalu detik berikutnya, Alan dan Azzura berpelukan. Setelah itu, keduanya beringsut dari tempat duduk mereka dan kemudian berjalan dalam diam di koridor restoran men
Alan tertegun. Ia tercekat, lidahnya keluh sehingga ia tampak seperti orang yang miskin bahasa. Sementara, hatinya bergetar ketika ia mendengar pernyataan Azzura kepadanya yang sangat tiba-tiba malam itu. "Sungguh! Aku benar-benar tak tahu kenapa harus kau orangnya. Tapi hanya kau yang kumiliki. Kau harapan dan penyelamatku, Lan," beber Azzura dengan suaranya yang gemetar, seperti orang yang sedang menahan tangis. "Kumohon, jangan pergi, Lan," pinta Azzura kepada Alan berbarengan dengan air matanya yang jatuh di wajah cantiknya selagi tangannya meraih lengan pria memesona tersebut dan mencengkeramnya erat. Seketika saja Alan tersenyum dan menggeleng. Ia lalu menyeka air mata Azzura dengan tangannya. "Kenapa kau sangat putus asa, Azzura?" tanya Alan lembut sambil mengusap pipi kiri Azzura pelan dengan ibu jarinya. Yang ditanya hanya diam dan menatapnya nanar."Azzura, inilah alasan kenapa aku menganggapmu wanita yang sangat berbahaya. Kau sepert
Seketika saja Alan yang sedang minum sampanye tersedak kala mendengar pertanyaan Sage mengenai Rubi. Karena itulah, pria ini menyeka noda sampanye di bibirnya dahulu sebelum ia menjawab pertanyaan Sage."Tidak, Ge! Aku sudah janji kepadanya untuk tidak akan melibatkannya," tegas Alan menolak dengan dahinya yang berkerut saat bertatapan dengan Sage. "Hhhhhh ...." Sage menghela nafasnya panjang sambil memijat pelipisnya tanpa mengatakan apa pun.Ya, suami Senna tersebut tahu betul bahwa Alan adalah orang yang selalu setia dengan prinsip, janji hingga komitmennya.Jadi, wajar rasanya jika Alan sama sekali tak ingin Sage melibatkan Rubi. Namun, bukan Sage namanya jika hanya diam dan menuruti keinginan Alan. "Ge...." Alan sembari tersenyum dan memandangi gelas kosong yang dipegangnya memanggil Sage dengan tenang. Yang dipanggil seketika menoleh ke arahnya dan mengernyitkan wajahnya.Bagaimana mungkin wajah tampan Sage bisa tak mengernyit
"Tidak, astaga," ucap Azzura sembari menggeleng tegas. "Tidak mungkin, Alexa. Orang tuaku ... mereka tidak mampu berbuat itu," imbuhnya sangat yakin. "Hhhhhh ...." Alexa menghela nafasnya panjang dan terdiam sejenak. "Azzura, apa kau bilang pada Alan kalau kau transplantasi jantung, mata, dan hati?" tanya kekasih Tommy ini penasaran."Seingatku, tempo hari aku hanya bilang kalau aku transplantasi jantung dan mata," jawab perancang busana ini tak yakin. Alexa dari tempatnya berada lantas mengangguk. "Lalu, apakah kau akan bilang Alan kau transplantasi hati juga?" balasnya."Tidak. Aku tak bisa mengatakannya, Alexa," tukas Azzura dengan wajahnya yang terlihat dilema. Wanita ini lalu menunduk sambil memijat daerah T di atas hidungnya yang mancung dengan pelan. "Ya, sebaiknya begitu," tukas Alexa. Ia kemudian membasahi bibir dan tenggorokannya dengan segelas air yang ia letakkan di atas meja kecil di samping ranjangnya. "Lalu sekarang baga
Setelah Alan selesai bicara, Azzura mengangguk tanpa ragu sambil mengulum senyumnya selagi netranya menatap si pemandu wisata dan selam scuba memesona tersebut dengan mata teduhnya. "If you want me in your mouth, put me there," ujar Azzura tegas. "Take a bite of my pussy and let it full your heart with joy. Eat me!" imbuh wanita ini, membuat gairah Alan kian menggila. "Are you sure?" Alan menatap Azzura dengan mata elangnya. Yang ditanya mengangguk cepat dan tegas."Aku tak akan membiarkanmu menghabiskan satu menit dengan perasaan tak puas di tempat tidur ini," jelas Azzura sambil jemarinya menyentuh rahang Alan dengan gerakan sensual, yang membuat kulit wajah pria tersebut seakan terbakar."Devour me with your eyes. My pussy is yours to consume," terangnya. Penuturan Azzua tersebut kontan membuat Alan menyeringai. "Okay, i will eat you out until you scream out loud, Azzura," balas Alan.Lalu detik berikutnya, Alan terlihat bergerak turun dan melepas celana dalam Azzura, memperliha
Azzura benar-benar penasaran ke mana Alan akan membawanya pergi sore hari itu. Ia semakin penasaran ketika mobil SUV yang Alan kendarai melintasi perbukitan, perkebunan hingga persawahan yang masih hijau. Sangat jelas tempat ini bukan di tengah kota Shanghai. Pemandangan-pemandangan itu membuat Azzura tergugah untuk menurunkan jendela mobil lalu menghirup udara dan semilir angin sore yang sejuk. Setelah itu, sang fashion desainer ini terlihat memejamkan matanya guna menikmati ketenangan yang dibawa tempat itu. Sementara, Alan yang sedang menyetir di samping Azzura menoleh ke arah wanita tersebut sejenak sembari tersenyum. "Selamat datang di tempat yang benar-benar istimewa, desa keluargaku," ujar Alan selagi mata abu-abu gelapnya melihat jalan di depannya. Mendengar itu, Azzura lantas mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar mobil ke arah Alan dengan cepat. Ia menatap wajah pria tampan itu dari samping."Woaah!!" Azzura berseru kagum d
Suasana yang tenang seolah mendukung hasrat Alan pada Azzura saat itu. Alan benar-benar terangsang, iblis dalam dirinya seolah tidak memikirkan fakta bahwa kini Azzura adalah seorang pasien. "Mmhhhh ...." desahan kecil keluar dari mulut sang fashion desainer saat Alan meremas gunung kembarnya yang berpakaian dengan gerakan sensual. "Alan... I'm so wet. Do you want to taste me?" ucap Azzura saat ia menarik bibirnya dari Alan sementara dada bulat dan padatnya bergerak naik dan turun dengan cepat. Ia terengah-engah. Mendengar itu, Alan lantas menyeringai, matanya menyala tanda bahwa ia semakin terbakar gairah dan juga bersemangat. "Tentu saja, Azzura. Besides the heart, your pussy is mine," jawab Alan, berbisik di depan wajah sang kekasih. "Sayang...." Alan dengan jarinya membelai wajah Azzura hingga ke bibirnya. "Kau tahu, menjilati vaginamu adalah favoritku. Aku akan menjilatinya sampai kau cum, atau memohon kepadaku atau menyemprotkan jusmu ke wajahku. Bahkan, setelah kau orgasme,
"Meski cerita dan mimpi itu mengerikan, aku tidak akan berani menyakitimu, Azzura," kata Alan pelan meski nada bicaranya terdengar dingin.Mendengar itu, Azzura lantas mengangkat wajah cantiknya yang pucat, dan kemudian menatap Alan nanar sementara keningnya berkerut. "Hhhhhh ...." Alan mengehela napas panjang guna menetralisir perasaan sesak yang memenuhi dadanya."Azzura, bahkan sepanjang kau bercerita tadi, tak sedetik atau sekali pun aku berpikir kapan kau mulai memutuskan mencampuri hidupku dengan rencana yang kacau. Entah mengapa hatiku percaya bahwa kau mana mungkin akan begitu. Kau tak mungkin harus sakit untuk mengacaukan hidupku, dan membuat aku percaya untuk mencintaimu," kata Alan dengan tenang. "Alan, saat aku bertemu denganmu aku tidak tahu apa-apa. Dan, saat aku tahu apa yang menghubungkan kita, aku coba memberitahumu ribuan kali," balas sang fashion desainer yang baru menyeka air matanya dengan tangan kosongnya ini. "Aku percaya padamu, Azzura. Sumpah!" tegas si pem
"Apa yang terjadi?" tanya seorang petugas medis wanita yang rambut coklat gelap dan panjangnya dikuncir kuda pada Alan yang belum lama tiba di IGD rumah sakit. Alan yang tampak cemas dan bingung kemudian menjelaskan: "Dia kalut, dan tiba-tiba pingsan."Petugas medis wanita itu mengangguk mengerti. "Baiklah... Dokter akan periksa sekarang. Tolong tunggu di luar," katanya pada Alan. Alan pun mengangguk menuruti perintahnya. Dan setelah beberapa saat, seorang dokter wanita yang berambut hitam pendek sebahu keluar dan bertemu Alan."Dok, apa kondisinya stabil?" tanya Alan dengan perasaan tak sabar yang menggerogoti dirinya. "Ya, kondisinya stabil. Tadi, dia mengalami syok. Tapi kami butuh rekam medisnya. Ada bekas luka di dadanya. Saya kira dia telah melakukan transplantasi hati dan jantung. Dan, apa yang baru saja terjadi mungkin terkait dengan operasi yang dia jalani. Tolong segera hubungi dokter jantungnya. Kami butuh informasi rekam medisnya untuk memastikan bahwa dia tidak menola
Malam harinya—setelah bertemu dengan Tommy dan Alexa, Azzura yang telah membatalkan acara makan malam bersama orangtuanya kembali ke apartemen Alan. Di apartemen itu, ia duduk di meja makan sembari membuka tutup botol anggur. Setelah itu, wanita seksi ini menuang segelas anggur untuk dirinya sendiri, kemudian menyesapnya. Tidak berapa lama, Azzura mendengar suara pintu berdecit dan derap langkah kaki seseorang. Siapa lagi jika bukan sang penguasa apartemen, Alan. Mendengar Alan pulang, Azzura bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Alan yang masih berdiri di depan pintu masuk. "Sayang, kau di sini?" Alan tersenyum pada Azzura. Dengan cepat Azzura mengangguk lalu ia dengan sopan mengatakan bahwa ia datang ke apartemen untuk makan malam bersama kekasihnya. "Tapi, bukankah seharusnya sekarang kau sedang makan malam bersama orangtuamu?" Alan mengernyit saat menatap Azzura. Ia bingung. "Aku sangat merindukanmu, jadi, aku datang kemari. Yah... Aku ingin makan malam bersamamu,
"Hhhhh ..." Ayah Azzura menghela napas panjang, dan memijat pelipisnya pelan tatkala ia menatap putrinya heran. "Jadi, sebenarnya... Apa maksudmu, Azzura?" pria paruh baya ini bertanya dengan nada bingung. "Shit!" Azzura menggeram. Dan kemudian wanita seksi ini memajukan duduknya, lebih dekat dengan coffee table yang memisahkannya dengan orangtuanya. "Selama ini Ayah dan Ibu berbohong padaku!" ujar Azzura melotot pada orangtuanya. "Ayah... Tolong akhiri semua kebohongan ini. Aku tahu bahwa tidak pernah ada donor yang mengalami kecelakaan atau keluarga yang dengan senang hati ingin mendonasikan jantung, hati, dan matanya padaku!" ungkap Azzura, sinis. Sementara, yang diajak bicara membisu. "Dia dibunuh. Nyawanya diambil secara sengaja. Ada yang membunuhnya. Wanita dengan kondisi sehat dan bahagia, memiliki orang tua, kekasih, dan kehidupan!" imbuh Azzura, marah. Sekarang katakan padaku, apakah Ayah terlibat dalam hal ini?" tanyanya dengan menekan setiap kata dalam kalimatnya. "Apa—
"What do you need now, Alan?" tanya Azzura. Yang ditanya kemudian menyeringai. Seringai liciknya tersebut tampak jelas di wajahnya yang tampan itu. "I want you under me, Azzura," jawab Alan, terdengar sangat sensual.Mendengar itu, Azzura lantas tersenyum. "Mr. Alan, you will get what you expect from me," balas sang fashion desainer seksi ini dengan begitu tegas."I must say once again that you never fail to please me, Baby." Alan membelai pipi sebelah kiri Azzura dengan gerakan sensual. Sehingga, membuat hati Azzura berdesir sangat hebat."Astaga, Azzura... Kau semakin terlihat seperti... Wanita jalang. Aku tak pernah menduga bahwa kau akan melangkah sejauh ini," ujar dewi batin Azzura, menggerutu kesal pada Azzura yang tak tahu malu. "Tapi, yah... Kau juga merasa sangat senang ketika kau bisa bercinta dengan Alan, bukan?" sahut sel-sel liar Azzura. "Sungguh! Kau benar-benar tidak bisa menolak tubuh Alan," timpal dewi batin Azzura. Sekian detik berikutnya, Azzura memberanikan diri
"Ehem ...." Azzura berdeham dan berkedip. "Alan... Apakah aku boleh bertanya sesuatu kepadamu?" tanyanya pelan dan hati-hati saat bertatapan dengan kekasihnya itu. Tanpa ragu, Alan pun mengangguk. "Ya, tentu saja boleh," jawab pria memesona ini. "Selama pertanyaanmu itu tak melewati batas, aku juga akan menjawabnya." Alan tertawa. Ia lalu merangkul Azzura selagi mereka duduk bersebalahan di bathtub.Pelukan seperti ini digunakan oleh Alan pada sang kekasih untuk menunjukkan dukungannya, rasa cinta dan sayangnya kepada Azzura."Hmm... Apa tidak masalah jika kau membawaku pindah apartemen ini? Maksudku, kau dan Odette—""Cup." Dengan cepat, Alan memotong bicara sang kekasih dengan membungkam mulutnya dengan kecupan kilat. Kecupan kilat di bibirnya detik itu kontan membuat Azzura cukup terkejut. Matanya melebar saat bersitatap dengan Alan, seolah ia bertanya, "Apa yang kau lakukan? Aku sedang bicara!" "Sayang...." Alan dengan lembut berucap sembari jari-jarinya membelai pipi Azzura se
Bathtub yang terdapat di kamar mandi Alan cukup untuk jumlah dua orang saja. Kemudian bathtub ini juga dilengkapi dengan dek kayu jati.Bukan hanya itu, terdapat juga sandaran di masing-masing sisi, sehingga Alan dan Azzura bisa merasa lebih santai usai pergulatan mereka yang panas, menyakitkan, namun sangat menyenangkan.Sayangnya, alih-alih merasa rileks karena pijatan alami yang diberikan oleh air hangat di dalam bathtub, ruang memori di kepala Azzura justru kembali berputar bak gulungan film. Ya, gulungan film yang sangat siap menampilkan potongan-potongan visual di dalamnya. Hal ini tentu saja kembali mematik rasa takut Azzura dan tercetak jelas di wajah cantiknya. Karena itulah tangan Azzura jadi gemetar. Bahkan, tubuhnya menjadi lemas alih-alih segar karena berendam di air hangat yang menenangkan. Azzura tercekat lantas membeku di samping Alan. Sementara, di waktu ini, ruang memori di kepala Azzura mulai menampilkan beberapa adegan visual yang membuat wanita seksi satu ini m
Tanpa perlu menunggu lebih lama, Azzura lantas menjawab Alan dengan tersenyum malu-malu kepadanya. Sehingga, Alan merasa bahwa wanita di hadapannya ini terlihat semakin cantik dan menggemaskan.Sementara itu, di bawah sana tampak Alan Junior yang bertipe Burrito sudah sangat siap untuk melakukan pekerjaannya, memasuki liang senggama Azzura yang berkedut dan basah.Saat Mr. Burrito milik Alan akan memasuki honey pot nya, Azzura membuka kedua kakinya lebar-lebar. Dan setelah itu, baru lah Mr. Burrito sang kekasih perlahan memasuki arena permainannya. "Aagghhh..." Azzura terperanjat saat Mr. Burrito si pemandu wisata dan selam scuba memesona favoritnya itu memenuhi liang senggamanya, dan memberi tekanan serta rangsangan di semua area intimnya.Dan, agar penetrasi semakin dalam, Azzura terlihat melingkarkan kedua kakinya pada pingang Alan. "Mmhh ... ooohh ...." Azzura dan Alan mengerang dengan lembut. Melalui erangan lembut itu, Azzura dan Alan dapat saling mengetahui bahwa mereka satu