Alan tertegun. Ia tercekat, lidahnya keluh sehingga ia tampak seperti orang yang miskin bahasa. Sementara, hatinya bergetar ketika ia mendengar pernyataan Azzura kepadanya yang sangat tiba-tiba malam itu.
"Sungguh! Aku benar-benar tak tahu kenapa harus kau orangnya. Tapi hanya kau yang kumiliki. Kau harapan dan penyelamatku, Lan," beber Azzura dengan suaranya yang gemetar, seperti orang yang sedang menahan tangis."Kumohon, jangan pergi, Lan," pinta Azzura kepada Alan berbarengan dengan air matanya yang jatuh di wajah cantiknya selagi tangannya meraih lengan pria memesona tersebut dan mencengkeramnya erat.Seketika saja Alan tersenyum dan menggeleng. Ia lalu menyeka air mata Azzura dengan tangannya. "Kenapa kau sangat putus asa, Azzura?" tanya Alan lembut sambil mengusap pipi kiri Azzura pelan dengan ibu jarinya. Yang ditanya hanya diam dan menatapnya nanar."Azzura, inilah alasan kenapa aku menganggapmu wanita yang sangat berbahaya. Kau sepertSeketika saja Alan yang sedang minum sampanye tersedak kala mendengar pertanyaan Sage mengenai Rubi. Karena itulah, pria ini menyeka noda sampanye di bibirnya dahulu sebelum ia menjawab pertanyaan Sage."Tidak, Ge! Aku sudah janji kepadanya untuk tidak akan melibatkannya," tegas Alan menolak dengan dahinya yang berkerut saat bertatapan dengan Sage. "Hhhhhh ...." Sage menghela nafasnya panjang sambil memijat pelipisnya tanpa mengatakan apa pun.Ya, suami Senna tersebut tahu betul bahwa Alan adalah orang yang selalu setia dengan prinsip, janji hingga komitmennya.Jadi, wajar rasanya jika Alan sama sekali tak ingin Sage melibatkan Rubi. Namun, bukan Sage namanya jika hanya diam dan menuruti keinginan Alan. "Ge...." Alan sembari tersenyum dan memandangi gelas kosong yang dipegangnya memanggil Sage dengan tenang. Yang dipanggil seketika menoleh ke arahnya dan mengernyitkan wajahnya.Bagaimana mungkin wajah tampan Sage bisa tak mengernyit
"Tidak, astaga," ucap Azzura sembari menggeleng tegas. "Tidak mungkin, Alexa. Orang tuaku ... mereka tidak mampu berbuat itu," imbuhnya sangat yakin. "Hhhhhh ...." Alexa menghela nafasnya panjang dan terdiam sejenak. "Azzura, apa kau bilang pada Alan kalau kau transplantasi jantung, mata, dan hati?" tanya kekasih Tommy ini penasaran."Seingatku, tempo hari aku hanya bilang kalau aku transplantasi jantung dan mata," jawab perancang busana ini tak yakin. Alexa dari tempatnya berada lantas mengangguk. "Lalu, apakah kau akan bilang Alan kau transplantasi hati juga?" balasnya."Tidak. Aku tak bisa mengatakannya, Alexa," tukas Azzura dengan wajahnya yang terlihat dilema. Wanita ini lalu menunduk sambil memijat daerah T di atas hidungnya yang mancung dengan pelan. "Ya, sebaiknya begitu," tukas Alexa. Ia kemudian membasahi bibir dan tenggorokannya dengan segelas air yang ia letakkan di atas meja kecil di samping ranjangnya. "Lalu sekarang baga
Setelah Alan selesai bicara, Azzura mengangguk tanpa ragu sambil mengulum senyumnya selagi netranya menatap si pemandu wisata dan selam scuba memesona tersebut dengan mata teduhnya. "If you want me in your mouth, put me there," ujar Azzura tegas. "Take a bite of my pussy and let it full your heart with joy. Eat me!" imbuh wanita ini, membuat gairah Alan kian menggila. "Are you sure?" Alan menatap Azzura dengan mata elangnya. Yang ditanya mengangguk cepat dan tegas."Aku tak akan membiarkanmu menghabiskan satu menit dengan perasaan tak puas di tempat tidur ini," jelas Azzura sambil jemarinya menyentuh rahang Alan dengan gerakan sensual, yang membuat kulit wajah pria tersebut seakan terbakar."Devour me with your eyes. My pussy is yours to consume," terangnya. Penuturan Azzua tersebut kontan membuat Alan menyeringai. "Okay, i will eat you out until you scream out loud, Azzura," balas Alan.Lalu detik berikutnya, Alan terlihat bergerak turun dan melepas celana dalam Azzura, memperliha
Azzura benar-benar penasaran ke mana Alan akan membawanya pergi sore hari itu. Ia semakin penasaran ketika mobil SUV yang Alan kendarai melintasi perbukitan, perkebunan hingga persawahan yang masih hijau. Sangat jelas tempat ini bukan di tengah kota Shanghai. Pemandangan-pemandangan itu membuat Azzura tergugah untuk menurunkan jendela mobil lalu menghirup udara dan semilir angin sore yang sejuk. Setelah itu, sang fashion desainer ini terlihat memejamkan matanya guna menikmati ketenangan yang dibawa tempat itu. Sementara, Alan yang sedang menyetir di samping Azzura menoleh ke arah wanita tersebut sejenak sembari tersenyum. "Selamat datang di tempat yang benar-benar istimewa, desa keluargaku," ujar Alan selagi mata abu-abu gelapnya melihat jalan di depannya. Mendengar itu, Azzura lantas mengalihkan pandangannya dari pemandangan di luar mobil ke arah Alan dengan cepat. Ia menatap wajah pria tampan itu dari samping."Woaah!!" Azzura berseru kagum d
Mata Azzura berkedip setelah Alan menawarinya minum. "Aku akan minum segelas anggur putih. Apa kau mau? Atau kau ingin minum yang lain?" tanya Alan lagi.Dengan cepat dan tegas Azzura menggeleng. "Aku akan minum anggur putih juga. Sama sepertimu," jawab wanita yang tengah berdiri di ruangan yang sangat besar ini."Baiklah," kata Alan. Ia lalu menanggalkan jaketnya, dan bergegas pergi ke dapur.Sekian detik usai Alan meninggalkan ruang tamu, sang perancang busana seksi itu berjalan ke dinding kaca, dan melihat halaman belakang rumah yang indah dengan cahaya lampu yang menyala di setiap sudutnya.Setelah itu, Azzura membawa langkahnya menuju dapur. Dibutuhkan beberapa detik untuk wanita cantik nan seksi ini sampai di sana karena letaknya yang cukup jauh dari area ruang tamu.Setibanya sang fashion desainer tersebut di dapur, ia melihat Alan sedang membuka sebotol anggur. "Pouilly-Fume, apa kau mau?" Alan menatap Azzura yang berjalan ke arahnya.Azzura pun mengangguk tegas sembari mengul
Seketika saja seringai jahat muncul dan tercetak jelas di wajah tampan Alan tatkala mendengar penuturan Azzura, wanita yang berada dalam dekapannya saat itu. "Hey, Nona Azzura ... kau tahu apa? Kau itu adalah makanan manis dan hal termanis yang pernah kurasakan dan aku tak pernah puas denganmu. Saking tidak puasnya, aku bisa memakanmu sepanjang hari," ungkap Alan tegas, sehingga membut jantung Azzura berdetak kencang. ***Meninggalkan Alan dan Azzura di rumah keluarga si pemandu wisata dan selam scuba memesona tersebut, di sisi lain, Sage bersama dengan beberapa orang anak buahnya mendatangi Rubi di kediamannya. "Inspektur Sage," ucap Sage saat memperkenalkan dirinya kepada Rubi. Ia lalu menyodorkan sebuah surat ke arah Rubi, wanita yang berdiri di hadapannya dan sedang menatapnya bingung.Namun kemudian, Rubi mengambil surat tersebut dari tangan Sage, dan membaca isinya tanpa mengatakan apa pun kepada suami Senna tersebut. "Anda harus ikut dengan kami. Anda ditangkap," terang Sag
"Ayo, kau pasti lapar." Lagi Alan mengajak Azzura bergegas kembali ruang makan untuk makan malam. Tapi, anehnya Azzura telah kehilangan nafsu makannya."Tapi, aku tidak lapar," gumam Azzura kesal. Mood dan nafsu makannya menjadi buruk setelah Alan memberi tahunya bahwa mereka tak akan tidur bersama malam itu."Kau harus makan, Zura." Alan menasihati. Ia lalu menggenggam tangan Azzura lagi dan membawa wanita cantik nan seksi tersebut kembali ke lantai bawah.***Sekian menit kemudian, Azzura dan Alan terlihat sudah berada di ruangan yang bersih dan besar. Saat itu, Azzura berdiri di bar sarapan sambil netranya mengawasi Alan yang membuka lemari es dan mengeluarkan dua ikat besar anggur hijau."Duduklah, Azzura." Alan menunjuk ke salah satu kursi di bar sarapan sambil meletakkan anggur hijau yang ia tata dalam mangkuk besar di atas bar. Dan Azzura pun menuruti perintah pria memesona ini. "Lan, aku benar-benar tak lapar," bisik Azz
Seketika saja Azzura berhenti menggiling adonan pasta saat Alan berbisik di telinga kanannya. "Tentu saja, aku akan menyukainya," balas Azzura berbisik juga. Lalu detik berikutnya, tangan Alan terlihat bergerak di sepanjang lengan Azzura. Pria tampan ini membelainya dan meletakkan tangannya pada tangan Azzura.Gerakan Alan dan Azzura menjadi sinkron ketika si pemandu wisata dan selam scuba memesona tersebut mulai menggerakkan seluruh tubuhnya dengan ritme yang sama dengan tangannya dan tangan Azzura. Di waktu ini, Azzura merasakan seluruh tubuh Alan menempel di tubuhnya. Hanya ada lapisan kain yang tipis di antara mereka, sehingga Azzura juga dapat merasakan tonjolan Alan yang semakin besar. Ketika posisi dari tonjolan Alan itu sejajar dengan bokong Azzura yang bulat dan penuh, Azzura merasa jika dirinya terangsan dan benar-benar basah.Oh tidak! Bukan hanya basah, tetapi daging kecil berwarna merah muda di puncak gunung kembar Azzura