sudah satu Minggu lamanya semenjak kepulangan mereka dari Bali,sikap Wili terhadap intan memang tidak berubah tetap lembut,dan bahkan tak jarang Wili menyentuh intan sebagai pasangan suami istri, tetapi ada yang beda kalau awal menikah Wili selalu membicarakan untuk secepatnya memiliki anak,tetapi tidak untuk saat ini bahkan Wili menyuruh intan untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan."dek,kamu minum ini dulu ya mas gak ingin kamu hamil dulu." ucap Wili sambil menyodorkan satu tablet pil KB untuk Intan,dan sekarang mereka sudah melakukan hubungan suami istri."loh kenapa mas?bukanya mas sangat menginginkan aku cepat hamil?" tanya intan heran,pasalnya suaminya ini sangat ngotot ingin segera memiliki anak tetapi kenapa sekarang berubah secepat ini?"mas hanya pikir,lebih baik kita jangan punya anak dulu,mas masih ingin bermanja-manja dulu dengan kamu." Wili ber alasan.meski ragu tetapi Intan tetap menuruti permintaan Wili,walaupun hatinya sedikit kecewa dengan keputu
"jelaskan mas,kenapa diam saja?bukankah wanita yang kau cium tadi adalah wanita yang ada di foto itu?katakan dan jelaskan." ucap intan saat sudah menguasai dirinya untuk tidak menangis lagi.Wili menghela nafas dalam dan membuangnya secara kasar,"ya dia adalah Angeline kekasih mas,dulu mas sempat los kontak denganya bahkan mas memergokinya bermesaraan dengan lelaki lain,dan saat itu mas tidak pernah lagi menghubunginya sama sekali karena kecewa.""lalu kenapa sekarang kalian menjalin hubungan kembali di saat kamu sudah menikahiku mas,apa kamu kira pernikahan hanya sebuah mainan?" ucap intan menatap tajam suaminya."maaf dek,awalnya mas akan mencoba untuk mencintaimu dan melupakanya tetapi dia datang dan menjelaskan semuanya dan mas tidak bisa membohongi hati mas,kalau mas masih mencintainya."Intan tersenyum miris ternyata suaminya mencintai wanita lain dan dirinya di jadikan pelarian semata.Intan mengambil nafas dalam dan membuangnya secara perlahan guna untuk mengurangi rasa sesak
hari ini Wili pulang lebih awal,jika biasanya dia pulang pukul sepuluh malam karena ia menghabiskan waktu sorenya bersama Angeline,tapi tidak untuk saat ini,entah kenapa dia mengawatirkan intan Wili tak bisa melakukan apapun karena kehilangan fokus memikirkan intan.pukul enam sore Wili sampai di rumahnya,sebenarnya tadi setengah lima dia sudah pulang tetapi tadi di jalan ada sebuah kecelakaan yang menyebabkan dirinya terjebak macet dan baru bisa sampai rumah jam enam sore."selamat malam tuan,apa anda ingin makan malam sekarang?" "tidak aku ingin ke kamar lebih dulu." tanpa menunggu jawaban dari asisten rumah tangganya Wili langsung melangkahkan kakinya dengan lebar,ia ingin segera menemui intan memastikan istrinya baik-baik saja.Wili membuka pintu kamarnya lalu mengedarkan pandangan mencari sosok yang ia cari tetapi tak ia temukan. Wili lalu mengecek ke kamar mandi namun juga nihil Intan juga tak ada di sana."kemana dia?" Wili lalu merogoh sakunya mengambil ponselnya untuk meng
setelah di rawat tiga hari di rumah sakit akhirnya intan di perbolehkan untuk pulang. Wili membantu Intan untuk mengemasi barang-barang intan."sudah selesai semua?kalau sudah ayo kita pulang." ajak Wili lembut,namun di tanggapi datar oleh Intan.Wili dan Intan berjalan beriringan menuju tempat parkir,mereka berjalan dalam keheningan tak ada yang berniat untuk memulai percakapan.selama Intan sakit Wili selalu meluangkan waktunya untuk menemani Intan di rumah sakit,walaupun ditolak oleh Intan tetapi Wili tak menghiraukannya ia tetap menunggu Intan,terkadang Tiara juga menemani Intan."Wili..." panggil seorang wanita.mendengar seseorang memanggil nama Wili,sontak intan pun ikut menoleh ke arah suara yang memanggil suaminya ini.Intan tersenyum masam saat mendapati Angeline yang memanggil nama Wili,dia tak menyangka kalau akan bertemu dengan Angeline disini.Intan lebih memilih berjalan keluar mendahului Wili,setelah ia mengambil tas yang di pegang oleh Wili."dek..." panggil Wili,teta
Wili berjalan mondar mandir menunggu intan keluar untuk menemuinya. tadi setelah makan siang bersama dengan Angeline Wili memutuskan untuk segera kembali ke rumahnya ia sangat mengkhawatirkan intan.Wili memasuki rumahnya dan bertanya kepada BI Narti dimana istrinya berada.saat tak mendapati Intan di rumah dengan panik ia mengambil gawainya menghubungi intan,tetapi ponsel Intan tidak aktif."kamu kemana sih dek?" gumam wili, ia berpikir kemana perginya Intan,sementara disini dia tidak mempunyai saudara di Jakarta sini."apa mungkin dia kerumahnya Tiara?" tanpa pikir panjang Wili langsung beranjak dan melajukan mobilnya menuju rumah Tiara."Leo apa tadi Intan kesini?" tanya Wili saat sudah sampai di rumah Tiara dan disambut oleh Leo."iya tuan,tadi nyonya intan memang kesini,dan sekarang sedang mengobrol dengan nyoya Tiara di ruang tivi." "baiklah aku akan kesana.""tidak tuan,nyonya Tiara berpesan untuk melarang anda masuk,biarkan saya panggilkan nyonya intan." ucap Leo mencegah Wili
tiga hari Intan menginap di rumah Tiara,dan hari ini ia memutuskan untuk pulang."kamu yakin,ingin pulang sekarang?" tanya Tiara memastikan."ya,bagiku sudah cukup menghindar aku harus menghadapinya,aku akan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan aku akan mengikuti permainan mas Wili."Tiara tak bisa berkata apa-apa ia hanya bisa berharap sahabatnya ini akan hidup bahagia. tetapi entah kenap ia merasa akan terjadi sesuatu terhadap Intan,tetapi Tiara berusaha membuang pikiran buruk itu."ya sudah kalau terjadi sesuatu hubungi aku,dengan senang hati aku akan berusaha membantu." Tiara berucap.intan tersenyum dan memeluk erat Tiara,dia benar-benar merasa beruntung memiliki sahabat sepeti Tiara."Arkan Tante pulang dulu ya,lain kali pasti Tante akan mampir lagi." ucap Intan pada Arkan yang tengah bermain dengan mobil-mobilanya.🥀🥀🥀🥀Intan menghembuskan nafas kasar,saat ia sudah sampai di rumah Wili."selamat malam nyonya,bagaimana kabar anda?" tanya bi Narsih."aku baik bi,bibi apa
Intan berjalan menuju cafenya sambil menunduk,dan tak fokus dengan jalanan,hingga terdengar suara klakson intan menoleh mendapati sebuah mobil yang melaju kencang ke arahnya Intan terkejut dan menutup matanya pasrah dengan apa yang terjadi menimpanya nanti.tapi tunggu kenapa dia tidak merasakan sesuatu,dia malah seperti menindih sesuatu yang agak keras tetapi lembut.intan meraba-meraba "kok kayak roti sobek ya keras-keras empuk apa sih ini?" gumamnya dalam hati.intan memberanikan untuk membuka matanya,yang pertama ia lihat adalah sorot mata tajam yang tengah menatapnya,dia menatap wajah yang begitu tampan hidung mancung dan kulit wajah yang bersih."apakah begitu nyaman berada di atas saya nona?" ucap pria yang tengah menolongnya,sontak hal itu membuat intan tersadar kalau dirinya tengah menindih pria itu.Intan segera berdiri dan langsung meminta maaf."maafkan saya tuan,saya tidak tahu kalau saya sedang menindih anda." ucap Intan."tentu saja kau tidak tahu kau begitu rapat menu
Intan sengaja pulang agak telat,dia butuh ketenangan sehingga dia memutuskan untuk duduk di sebuah taman tempat dimana banyak anak-anak bermain dengan ceria.pemandangan ini membuat bibir intan tersungging,menampilkan senyuman yang sungguh manis. hingga tiba-tiba ada sebuah bola yang menghampirinya."Tante itu bolaku..." ucap seorang bocah lelaki pemilik bola."oh...ini ambillah..." ucap intan tersenyum."terima kasih Tante..." bocah lelaki itu tersenyum senang lalu berlari ke arah teman-temannya dan melanjutkan permainan mereka.bibir Intan terus tersenyum memperhatikan anak-anak yang tengah bermain hingga dia teringat sesuatu."dek...minumlah ini,untuk sementara kita tunda dulu untuk memiliki anak." ia mengingat ucapan Wili kala itu yang membuatnya bingung sekaligus heran.mengingat itu senyum yang terlihat manis mendadak hilang menjadi kesedihan yang mendalam."ternyata ini alasanmu mas,alasan kenapa kamu tidak menginginkan anak dariku?kenapa aku bodoh sekali dengan mempercayai uca