Sesampainya di depan istana Kadipaten, Rangga dan Bargowo mengajak pasukan khusus istana kerajaan Cakrabuana yang dipimpin Antasena masuk ke dalam. Ratusan prajurit yang sudah disiagakan oleh Adipati Hanggareksa, menatap kagum kedatangan pasukan khusus yang jumlah totalnya hanya 1000 prajurit saja, dari jumlah prajurit kerajaan Cakrabuana yang kesemuanya ada sekitar 100 ribu prajurit.
Menjadi pasukan khusus kerajaan Cakrabuana tentunya tidak mudah, dan harus melalui berbagai ujian yang sangat berat. Dan akan menjadi kebanggan tersendiri yang sangat besar bagi prajurit khusus itu sendiri, jika mereka berhasil melalui ujian demi ujian yang harus dilewati.
Selain itu, keluarga mereka juga akan ikut merasa bangga, sebab pasukan khusus adalah sebuah prestasi tersendiri. Berbeda dengan pejabat istana yang tidak perlu mengikuti ujian yang ketat dan berat, terkecuali Patih dan Senopati perang yang naik pangkat karena prestasi demi prestasi yang ditorehkan.
Setelah
"Bagaimana Tuan bisa tahu?" tanya prajurit itu keheranan."Aku tidak tahu dan aku hanya menebaknya saja," jawab Aji, lalu tersenyum."Berarti mereka berdua ketika menghilang kemarin pergi ke Kotaraja?" tanya Ratih penararan."Sepertinya begitu. Dan mereka melakukannya dengan inisiatif sendiri tanpa memberi tahu kita. Pastinya ada alasan khusus kenapa mereka tidak berpamitan kepada kita terlebih dahulu sebelum pergi," jawab Aji. Lelaki tampan itu kemudian mengajak mereka melanjutkan langkahnya menuju istana kadipaten.Tak berselang lama, mereka pun akhirnya sampai di istana. Aji, Ratih dan Yoga bergegas menuju aula untuk melaporkan hasil yang mereka dapatkan, dan juga sekalian untuk menemui Rangga dan Bargowo yang ternyata sudah kembali ke istana.Di dalam aula, Adipati Hanggareksa yang sedang berbicara dengan Rangga, Bargowo dan Antasena, dikejutkan dengan masuknya seorang prajurit yang tergopoh-gopoh mendekatinya.&nbs
"Bolehkah hamba melihatnya, Tuan?" sela Antasena. Dia juga merasa seperti pernah melihat sepasang tombak kembar itu.Adipati Hanggareksa mengangguk dan memberikan sepasang tombak pusaka itu kepada Aji, "Tunjukkan kepada Antasena!"Aji meraih sepasang tombak itu dan memberikannya kepada Antasena, setelah kembali duduk di samping pemimpin pasukan khusus kerajaan Cakrabuana tersebut. Antasena mengamati dengan seksama sepasang tombak kembar yang kini dipegangnya. Sesaat kemudian ia mengalihkan pandangannya kepada Adipati Hanggareksa yang juga sedang memandangnya. "Apakah Tuan masih ingat dengan saudara seperguruan Tuan Lodra, yang dulu mengalah ketika di partai puncak turnamen yang diadakan Paduka Raja Untuk mengisi jabatan patih yang lowong?"Adipati Hanggareksa memejamkan matanya dan mencoba mengingat-ingat turnamen yang diadakan Raja Wanajaya 20 tahun yang lalu. Saat itu dia masih menjabat sebagai prajurit kepala yang membawahi 500 orang
"Prajurit mengabarkan jika kedua pendekar yang kita tunggu sudah berada di luar, Pangeran," jawab Suryorojo.Pangeran Dananjaya tersenyum lebar. Kerisauan yang dirasakannya seketika menghilang, setelah mendengar berita kedatangan dua pendekar yang diundang gurunya."Prajurit tadi sedang menjemput keduanya untuk diajak kemari," lanjut Suryorojo."Tidak adanya Lodra membuat kita tanpa rencana, Guru. Selain itu, aku juga yakin Yoga sudah membocorkan kekuatan kita kepada Hanggareksa." Pangeran Dananjaya menghela napasnya dengan kasar.Suryorojo berdiri dan berjalan membuka pintu kamar setelah terdengar pintu kamar diketuk dari luar.Senyum lelaki tua itu merekah lebar ketika melihat dua orang yang kira-kira seumuran dengannya sudah berada di depan pintu."Kuntala, Daniswara, aku senang kalian sudah datang. Mari, silahkan masuk, Pangeran sudah menunggu di dalam!"Kuntala dan Daniswara tersemyum tipis seb
"Sialan! Mereka menyerang di saat kondisi para prajurit sedang beristirahat!" umpatnya dalam hati. Dari jarak yang lumayan jauh, dia masih bisa melihat pintu gerbang istana kadipaten Tanjung Rejo sudah terbuka lebar. Ratusan prajurit pasukan Pangeran Dananjayaberhamburan memasuki Istana dengan senjata terhunus di tangan. Beberapa prajurit penjaga yang mencoba menahan agar pasukan lawan tidak masuk lebih ke dalam, tak ayal menjadi korban serangan dadakan tersebut. Lengkingan suara prajurit yang tewas, terdengar nyaring bersahutan menyayat hati di heningnya malam. Namun entah kenapa tidak ada pergerakan dari prajurit istana, mereka seperti terkena guna-guna agar tertidur lelap. Aji tidak bisa berpikir lebih lama, jika mereka bebas memasuki istana dan tidak ada yang menghadang, maka tidak lama lagi istana Kadipaten Tanjung Rejo akan bisa dikuasai pasukan Pangeran Dananjaya. Lelaki tampan itu berlari cepat memasuki kamarn
Kuntala dan Daniswara melesat masuk ke dalam kompleks istana Kadipaten Tanjung Rejo. Di saat bersamaan, 50 pasukan khusus kerajaan Cakrabuana yang dipimpin Antasena keluar membantu Aji dan Rangga. Tak lama berikutnya, Bargowo dan Ratih pun menyusul keluar bersama ratusan prajurit yang sebagian besar masih terlihat lesu, karena terpaksa bangun dari tidurnya di tengah malam. Pertempuran sengit pun tak terhindarkan lagi. Dentingan suara logam yang beradu dan ditambah dengan jeritan kematian menyayat hati, terdengar bagaikan suara simponi orkestra yang membius para pendengarnya. Pekikan pemberi semangat yang juga tak henti terdengar dari para pemimpin prajurit kedua kubu, semakin menambah riuhnya situasi di tengah malam itu. Sakuntala dan Daniswara sesekali menyerang prajurit kadipaten Tanjung Rejo yang berada di dekat mereka berdua. Tujuan utama kedua pendekar yang diundang Suryorojo bukanlah para prajurit yang tentu bisa dengan mudah mereka ha
Dengan cepat Daniswara kembali memasang kuda-kudanya dan kemudian memutarkan pedang hitamnya secara perlahan hingga menimbulkan deru angin yang kuat."Kau akan merasakan betapa kuatnya pedang Iblis milikku ini, bedebah. Bersiaplah... Aku akan menghabisimu!"Lelaki tampan itu tidak terkejut dengan ancaman yang dilontarkan Daniswara. Baginya, ancaman demi ancaman yang diarahkan kepadanya adalah doping yang membuat kemampuannya terus meningkat.Energi besar meluap-luap keluar dari pedang hitam tersebut seiring putarannya yang semakin kencang.Aji menambahkan tenaga dalamnya untuk bisa menahan hembusan angin yang menerpanya begitu kuat. Lelaki tampan itu sadar kekuatan lawannya kali ini paling tidak sudah berada di tingkatan Pendekar pilih tanding tahap akhir, atau satu tingkat di atas Ki Ageng.Hembusan angin yang keluar dari pusaran Pedang Iblis semakin deras menerpa tubuh Aji. Pusarannya juga secara perlahan semakin membesar.
"Kalau kita sudah sepakat, ikuti aku!" ucap Aji tenang. Senyumnya mengambang jelas tergambar di bibirnya. "Aku akan melayani kalian dengan senang hati di sana!"Seusai berkata, Aji melesat dengan begitu ringan melompati dinding pembatas istana yang memiliki ketinggian sekitar 6 meter."Sombong! Dia kira kita tidak bisa seperti dia? Ayo Kuntala, kita kejar dia dan memberinya pelajaran berharga yang tidak akan bisa dia lupakan meski dia sudah mati!" kata Daniswara.Kuntala mengangguk dan kemudian melesat mengejar Aji dengan kecepatan yang mengagumkan. Tubuhnya melenting ringan melompati dinding yang tinggi itu dan berlompatan di atas atap rumah penduduk.Daniswara tidak mau kalah, dia melesat mengikuti Kuntala yang terlebih dahulu mengejar Aji keluar dari kadipaten.Sementara itu ...Pertempuran masih terjadi begitu sengit. Adanya pasukan khusus nyatanya tidak menyurutkan semangat prajurit Pangeran Dananjaya. Mereka tid
Setelah saling berpandangan dan mengangguk bersamaan, sedetik berikutnya keduanya sudah melesat dan berputar dengan begitu cepat memutari tubuh Aji. Tubuh mereka secara perlahan bergerak semakin cepat hingga yang terlihat hanya seperti pusaran angin puting beliung."Apa kalian berdua tidak pusing berputar seperti itu?" ucap Aji, sambil terus mengamati putaran yang menyelimuti tubuhnya.Kabut hitam seketika menyeruak tebal dan membentuk lingkaran yang melingkari tubuh Aji. Lelaki itu merasakan situasi yang berbeda kali ini. Dia sadar formasi yang digunakan kedua lawannya itu sangat berbeda dengan formasi-formasi serangan yang biasa dihadapinya.Ternyata yang dirasakan Aji berbeda dengan yang baru saja diucapkannya. Dia bahkan harus menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan rasa sedikit pusing di kepalanya. Kabut hitam yang semakin tebal melingkarinya membuat tubuh kedua lawannya sampai tidak terlihat sama sekali.Tiba-tiba saja sebuah serangan munc