Share

Penyadaran

Author: AL
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lelaki berpakaian serba hitam yang juga guru dari Yoga itu mengarahkan pandangannya ke sekeliling, sebelum memutuskan masuk ke dalam gua. 

Dari jarak sekitar 30 meter, samar-samar Aji bisa melihat ketika lelaki yang sudah melarikan diri dari pertarungan itu memasuki gua. Pengalaman sebagai seorang perampok banyak membantunya dalam situasi seperti ini. Ketajaman pandangannya tidak perlu diragukan lagi, meski keadaan gelap gulita. 

Di dalam gua, Yoga yang sedang terpekur sendirian, duduk di atas sebuah batu berlumut tanpa alas. Dia sudah tidak perduli dengan kotornya pakaian yang dikenakannya saat ini. Yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana nasibnya selanjutnya setelah ketahuan menjadi seorang penghianat. 

Ada rasa penyesalan di dalam hatinya tentang apa yang sudah dilakukannya. Padahal sejak dia masih berumur 10 tahun, Adipati Hanggareksa sudah merawatnya selayaknya anak sendiri. Tak pernah sekalipun lelaki berumur 40 tahun lebih itu bersikap ke

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Budi Efendi
lanjutkan mantappp
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Mustika Naga Bumi   Rencana untuk Yoga

    "Aku tidak paham maksudmu pendekar. Bisakah kau jelaskan apa rencanamu sebenarnya?" tanya lelaki tua."Begini ... kalau memang Yoga mau menerima tawaranku untuk kembali membantu Tuan Adipati, aku sudah punya rencana untuknya," jawab Aji, dengan senyum tipis tercetak di bibirnya."Rencana apa?""Aku akan mengatakannya nanti di istana. Sekarang tinggal Yoga bagaimana, apakah dia mau bekerja sama atau tidak?"Lelaki tua itu menepuk pundak Yoga pelan, "Jika kau ingin menebus kesalahanmu, maka terimalah tawaran yang diberikan pendekar ini. Aku yakin tidak akan terjadi apa-apa padamu."Setelah berpikir untuk sesaat, Yoga akhirnya mengangguk dan siap untuk bekerja sama. "Baiklah, Tuan. Aku sudah siap untuk membantu Tuan Adipati. Sekarang apa yang harus aku lakukan?"Aji tersenyum sebelum menjelaskan sedikit apa yang harus dilakukan Yoga."Selebihnya akan aku jelaskan di istana. Sekarang aku pergi dulu ke istana!" pung

  • Mustika Naga Bumi   Menagih Janji

    "Benar, Tuan. Bahkan Yoga akan menjadi sosok penting dalam rencana kita nanti," jawab Aji."Kalau dia tidak kembali ke sini, apa yang harus kita lakukan?" tanya Adipati Hanggareksa lagi. Dia masih belum mempunyai keyakinan bahwa Yoga akan kembali."Dia pasti kembali, Tuan. Tapi hamba sudah mempunyai rencana cadangan jika dia tidak kembali.""Kita bicarakan besok saja. Aku sudah sangat mengantuk sekarang. Kau mau tidur di sini atau kembali ke penginapan?""Hamba kembali ke penginapan saja, Tuan. Hamba mesti menjelaskan rencana yang akan dijalankan Bargowo dan Rangga besok pagi," jawab Aji."Baiklah. Kau boleh pergi. Tapi besok pagi-pagi kau dan Ratih harus sudah berada di sini. Dengan berhianatnya Yoga, aku tidak bisa mempercayai orang lain selain kalian," tutur Adipati Hanggareksa. Hembusan napasnya terdengar kuat melalui kedua lubang hidungnya.Aji berdiri memberi hormat, lalu berjalan menuju pintu aula. Langka

  • Mustika Naga Bumi   Janji Sehidup Semati

    "Tidak mungkin! Aku tidak percaya jika kau dulu seorang perampok. Kau pasti bercanda, Aji," ucap Ratih.Aji tersenyum menatap Ratih. Dia bisa melihat rasa tidak percaya dari wajah tiga orang di dekatnya itu."Aku tidak memaksamu untuk percaya kepadaku, Ratih. Yang aku katakan baru saja adalah sebuah kenyataan buruk yang sengaja memang ingin aku pendam selamanya."Aji kemudian mengalihkan pandangannya kepada Rangga. "Dan mengenai pertanyaanmu, Rangga ... aku adalah perencana dalam setiap aksi perampokan yang dilakukan kelompokku. Jadi dari pengalaman demi pengalaman yang aku alami selama menjadi perampok, itulah yang aku terapkan sekarang ini. Mungkin kalian masih ingat ketika aku bisa membaca jebakan yang sudah disiapkan kelompok Bargowo ketika kita melintas di hutan, itu karena jebakan yang dipakai sangat sederhana dan sudah umum digunakan para perampok."Bargowo tersenyum kecut mendengar Aji menyebut namanya."Terus

  • Mustika Naga Bumi   Ujian Untuk Yoga

    Ratih bisa menangkap kegetiran dalam getar suara Aji. Dia tahu jika Aji masih belum bisa melupakan kejadian yang sudah merenggut nyawa anak dan istrinya.Tak berapa lama, Yoga dan gurunya sudah sampai di depan istana. Mereka berdua bergegas mendekati Aji yang sudah menunggu kedatangan keduanya."Aku tahu Kau pasti akan datang," ucap Aji seraya tersenyum hangat.Meskipun malu, Yoga tetap memaksa untuk tersenyum. Dia sadar, jika tidak ada Aji, maka dia akan selamanya tersesat menjadi seorang penghianat. Sebuah cap yang sangat buruk di mata masyarakat."Aku berjanji akan membantu Tuan Adipati untuk menyelesaikan masalah ini," balas Yoga."Ayo kita masuk ke dalam! Tuan Adipati sudah menunggu kedatangan kita," ajak Aji.Yoga dan gurunya mengangguk kecil. Mereka berdua kemudian berjalan masuk mengikuti langkah Aji dan Ratih yang berada di depan.Tanpa mereka sadari, sepasang mata ternyata sudah mengawasi dari j

  • Mustika Naga Bumi   Juragan Kurama

    Meskipun gurunya tidak memberi dukungan, tapi Yoga sudah pasrah jika memang hukuman mati akan diterapkan kepadanya. "Sekarang pun hamba siap untuk menerima hukuman mati, Tuan Adipati," sahut Yoga tegas. Dia merasa mati sekarang atau nanti siang akan sama saja. "Kau yakin berani dihukum mati sekarang?" tanya Adipati Hanggareksa. "Hamba yakin, Tuan. Jujur hamba malu telah mengkhianati kepercayaan yang sudah Tuan berikan kepada hamba. Dan sebagai penebus rasa malu yang telah hamba lakukan, hukuman mati memang hukuman yang tepat buat hamba." Adipati Hanggareksa tersenyu tipis melihat raut penyesalan di wajah Yoga. Dia kemudian memandang Aji untuk meminta pertimbangan. Aji memberi anggukan kecil sebagai tanda bahwa Yoga masih bisa diberi kesempatan. Adipati Hanggareksa berdiri dan kemudian berjalan mendekati Yoga. "Jika kau mau membantu mengatasi masalah yang sedang aku hadapi, aku tidak akan memberi huku

  • Mustika Naga Bumi   Pangeran Dananjaya

    Rangga mengeryitkan dahinya. Meskipun tidak pernah berdagang sebelumnya, tapi dia tahu jika menjual ke tempat lain dengan harga yang lebih tinggi, jelas tidak mungkin dilakukan. Apalagi berkaitan dengan bahan pokok makanan yang harganya relatif stabil di berbagai tempat.Dalam pikirannya, kalaupun ada tempat lain yang berani membeli dengan harga lebih mahal, pasti beritanya sudah menyebar ke mana-mana."Aneh sekali! Itu jelas alasan yang dibuat-buat," gumamnya dalam hati."Aku setor dulu, Kisanak! Giliranku sudah tiba rupanya," ucap lelaki bercaping bambu, sedikit mengagetkan lamunan Rangga."Oh ... silahkan, Kisanak." Rangga tersenyum hangat mempersilahkan.Selepas kepergian lelaki itu, Rangga kembali menuju gerobaknya. Sambil duduk di atas karung berisi beras, Rangga mengamati dengan seksama setiap. Bibirnya tampak sibuk memainkan rumput hijau yang dicabutnya di sekitar gerobak.Tak berapa lama, dia melihat se

  • Mustika Naga Bumi   Tertangkap Basah

    Sosok setengah baya yang masih menyisakan ketampanan di masa muda itu memejamkan matanya dalam waktu yang cukup lama. Pikirannya menerobos sekat ruang dan waktu mengingat kejadian yang membuatnya harus mengambil sikap untuk memberontak.Adik tiri Raja Wanajaya itu menghela napas berat. Sesungguhnya dia tidak ingin menjadi pemberontak atau berusaha untuk merebut kekuasaan dari kakak tirinya. Tapi sikap Raja Wanajaya yang tidak mau mengakuinya sebagai adik yang membuatnya harus memilih jalan kekerasan sebagai alternatif pilihannya.Dia merasa beruntung sosok Lodra memiliki loyalitas yang tinggi kepadanya. Lelaki berjubah hitam yang selalu menutupi wajahnya dengan tudung kepala itu masih memiliki pengaruh yang kuat, setelah menyatakan diri mundur dari jabatannya di istana kerajaan."Lalu bagaimana persiapan untuk merebut kadipaten Tanjung Rejo ini?""Sejauh ini pergerakan pasukan kita

  • Mustika Naga Bumi   Interogasi

    "Kalian jangan macam-macam! Di belakang masih banyak teman kami yang akan datang kemari," kata seorang dari kedua penguntit."Apakah pasukan Pangeran Dananjaya yang kalian maksud? Mereka tidak akan datang kemari karena sibuk di kadipaten!" ejek Rangga."Bagaimana mereka berdua bisa tahu? Bahaya ini! Aku harus bisa menyelamatkan diri dari mereka dan memberi tahu Tuan Lodra," ucap seorang dari kedua penguntit."Aku tidak paham apa maksudmu? Siapa itu Pangeran Dananjaya?""Hahahaha! Entah aku yang bodoh atau kau yang kurang pengalaman, tapi kernyitan di dahimu itu menunjukkan jika kau tahu siapa yang aku maksud," sahut Rangga."Atau begini saja, bagaimana jika kalian katakan dengan sejujurnya tentang pergerakan Pangeran Dananjaya kepada kami, dan akan aku biarkan salah satu dari kalian hidup," timpal Bargowo. Golok besar berkilatan yang tertimpa sinar matahari membuat kedua orang itu bergidik ngeri.Kedua pen

Latest chapter

  • Mustika Naga Bumi   Kematian Raja Wanajaya

    Tak ingin membuang kesempatan bagus untuk membunuh lawan, Raja Wanajaya pun melanjutkan serangannya. "Pedang Penghancur Jagat!" teriak Raja Wanajaya, sembari melompat dan mengayunkan pedang Sabdo Bumi ke arah kepala Aji. Sigap Aji mengangkat pedang Naga Bumi ke atas kepalanya untuk menahan serangan yang sudah mengincar bagian tervitalnya.Kembali benturan dua pusaka itu menghasilkan dentuman dahsyat hingga membuat titik pertarungan bergetar hebat. Tidak sedikit pepohonan dan bangunan yang rubuh, tak mampu menahan getaran kuat yang terjadi beberapa detik lamanya.Raja Wanajaya terpental balik ke belakang, sedangkan kaki Aji terpendam sampai sebatas lutut. Namun, bisa terlihat jika kekuatan pusaka Aji lebih unggul dibanding pusaka Raja Wanajaya.Aji yang ingin mengakhiri pertarungan itu dengan cepat, langsung melompat tinggi sebelum kemudian melesat tajam dengan ujung pedang Naga Bumi berada di depan.Raja Wanajaya melompat mundur menjauh. Dia kini sudah menyadari bahwa kekuatan lawan

  • Mustika Naga Bumi   Reaksi Pedang Naga Bumi

    Melihat putri satu-satunya berusaha menjadi martir bagi orang yang ingin membunuhnya, Raja Wanajaya pun murka. Raut wajahnya menegang, namun dia masih berusaha menahannya. Bagaimanapun juga, Putri Larasati adalah anak kandungnya. Tidak mungkin juga dia tega untuk menghabisi darah dagingnya sendiri yang selama ini ia jaga. “Minggir, Putriku, menjauh dari manusia biadab itu. Jangan sampai kau membuat ayah gelap mata dan membunuhmu juga!” tegasnya. “Tidak Ayah! Aku tidak akan bergeser sedikitpun. Jika Ayah ingin membunuh Aji, maka langkahi dulu mayat anakmu ini!” bantah Putri Larasati. Matanya terlihat sembab oleh air mata yang tak henti mengalir. Pada dasarnya dia sudah muak melihat kelakuan ayahnya selama ini. Bahkan ibunya meninggal pun karena tidak kuat menahan derita berkepanjangan yang diakibatkan tingkah laku ayahnya. “Ayah peringatkan untukmu yang terakhir kali Larasati! Pergi dari situ atau ayah akan tega mencabut nyawamu!” Raja Wanajaya berteriak saking kesalnya.“Bunuh saj

  • Mustika Naga Bumi   Kenekatan Putri Larasati

    Namun kecemasan Aji tersebut segera menghilang ketika melihat kemunculan Jaya di dekat putri Larasati. Entah Jaya baru dari mana, tapi kedatangan lelaki tersebut bisa membuatnya fokus untuk menghadapi Raja Wanajaya. Tanpa disadari Aji, pertarungan mereka yang semula digiringnya menjauh dari kotaraja, ternyata harus kembali berada di dekat Kotaraja. Runtuhnya bangunan dinding yang baru saja menimpanya seakan menyadarkannya, bahwa tempat pertarungannya melawan penguasa kerajaan Kalingga tersebut ternyata sudah bergeser cukup jauh dari titik awal pertarungan. Dan lapangan yang berada di luar Kotaraja tersebut merupakan tempat menyiapkan pasukan dalam skala besar jika terjadi perang dengan kerajaan lain. Selepas mengusapkan tangan untuk menyapu debu yang berada di wajahnya, Aji pun memasang kembali kuda-kudanya. Kali ini dia akan berupaya untuk mengajak Raja Wanajaya untuk kembali menjauhi Kotaraja. Mungkin Jaya masih bisa menyelamatkan nyawa Putri Larasati jika ada serangan nyasar, tap

  • Mustika Naga Bumi   Jurus Pedang Penghancur Jagat

    Meski terkejut dengan mampu ditahannya aura pembunuh miliknya, Raja Wanajaya tetap memiliki kepercayaan diri tinggi bahwa lawannya itu bukan tandingannya dan dia sangat yakin akan bisa memenangkan pertarungan. "Ayo kita lanjutkan pertarungan yang tertunda!" ucapnya dengan nada meremehkan. Sang Raja yang memiliki ilmu kanuragan tinggi itupun kembali memasang kuda-kudanya, begitu pula dengan Aji yang sedari tadi sudah siap untuk melanjutkan pertarungan.Dalam satu tarikan napas, pertarungan pun kembali berlanjut setelah keduanya melesat maju dengan kecepatan tinggi."Pedang Penghancur Jagat!" teriak Raja Wanajaya dengan keras sambil menebaskan pedang Serat Alam ke arah leher Aji.Energi yang begitu besar bisa Aji rasakan dari jurus yang dikeluarkan oleh Raja Wanajaya. Sang pendekar berparas tampan itupun kemudian menarik Pedang Naga Bumi keluar dari wadahnya untuk memberikan tangkisan, dan sekaligus juga mengeluarkan perisai api untuk menahan serangan berenergi besar yang sudah menginc

  • Mustika Naga Bumi   Keluarnya Pedang Serat Alam

    Aji sedikit dibuat kerepotan meski pada akhirnya sudah bisa membaca serangan ayah dari Putri Larasati tersebut.Raja Wanajaya semakin beringas melakukan serangan. Dia mencabut pedang Serat Alam untuk segera memungkasi pertarungan. Aji sedikit terkesima dengan keluarnya pedang pusaka yang separuh kitab jurus ya kini ada padanya. Energi yang dikeluarkan pedang pusaka tersebut sangat halus, tapi begitu menekan.Suami Ratih itu lalu mencabut pedang Naga Bumi untuk melawan senjata pusaka lawan. Energi yang dikeluarkan pedang miliknya memberi tekanan balik hingga membuat Raja Wanajaya Murka. "Mati kau, Penghianat!" teriak Raja Wanajaya. Dia melompat maju sembari menebaskan pedangnya dengan. Kekuatan yang tidak sedikit. Kecepatan serangannya pun semakin meningkat dan bervariasi.Pedang Naga Bumi meliuk dengan cepat memberi tangkisan demi tangkisan yang membuat tangan lawannya gemetar setiap kali pedang mereka berdua berbenturan."Aku terlalu meremehkan kemampuannya!" Raja Wanajaya mendengu

  • Mustika Naga Bumi   Melawan Raja Wanajaya

    Raja Wanajaya menatap geram lelaki tampan di depannya. Jari telunjuknya menunjuk Aji, gigi-giginya saling menggigit menahan emosinya yang memuncak. "Kau telah mempengaruhi putriku sehingga dia berani melawanku!"Aji tersenyum kecil menanggapinya. "Kalau Paduka mengira aku telah mempengaruhi Gusti Putri, maka Paduka sudah salah besar. Gusti Putri bisa berpikir untuk menentukan apa yang salah dan benar, dan apa yang sudah paduka lakukan selama ini adalah kesalahan yang teramat besar dan tidak terampuni.""Jangan mengguruiku tentang kebenaran, Bangsat! Aku hidup jauh lebih lama dari pada kau, dan kebenaran buatku adalah kekuasaan!"Aji memandang Putri Larasati yang sudah bercucuran air mata, "Tampaknya sulit menyadarkan paduka dengan kata-kata, Gusti Putri. Jadi jalan kekerasan harus hamba ambil."Putri Larasati mengangguk meski itu berat buatnya. Tapi dia sudah siap jika memang ayahnya harus mati di tangan Aji. "Lakukan apa yang harus kau

  • Mustika Naga Bumi   Ketegaran Hati Putri Larasati

    Tak butuh waktu lama bagi mereka berdua untuk menemukan kamar yang digunakan Raja Wanajaya untuk melakukan ritual.Tapi langkah mereka terhenti setelah terlihat empat orang prajurit yang berjaga di depan pintu kamar tersebut. Mereka berempat begitu ketat menjaga kamar itu seolah angin pun akan mereka halau jika hendak masuk melalui celah di bawah pintu.Beruntung malam itu bulan tidak bersinar begitu terang hingga keduanya tidak terlihat oleh para prajurit. Berbicara meski pelan jelas akan terdengar oleh keempat prajurit itu saking heningnya suasana. Hanya kode yang bisa mereka lakukan untuk merencanakan langkah selanjutnya yang harus mereka lakukan.Setelah memantapkan diri, Aji dan jaya bergerak secepat mungkin melumpuhkan keempat prajurit itu. Serangan cepat mengarah titik vital membuat keempat prajurit itu bergelatakan di tanah. Entah pingsan atau mati, keduanya tidak peduli tentang itu.Dalam satu tarikan napas, Jaya menendang

  • Mustika Naga Bumi   Membebaskan Korban

    Kedua pendekar itu pergi keluar dari kamar setelah berembuk untuk beberapa saat. Mereka saat ini harus mencari di mana biasanya Raja Wanajaya melampiaskan nafsu bejatnya. Sebab tidak mungkin kamar pribadinya akan digunakan untuk hal seperti itu.Cukup lama mereka berkeliling di dalam istana, hingga pada satu titik mereka melihat belasan orang prajurit tampak berjaga di sebuah ruangan."Apa mungkin di situ?" bisik Aji pelan.Jaya memandang para prajurit yang berjarak sekitar 25 meter dari tempat mereka berdua berdiri. Suasana di dalam istana yang tidak terlalu terang sedikit banyak membantu mereka agar tidak terlihat oleh para prajurit. "Jika ruangan itu sampai dijaga begitu banyak prajurit, maka besar kemungkinan di dalam ruangan itu ada sesuatu yang penting. Atau bisa jadi Raja Wanajaya yang ada di dalamnya," balas Jaya menduga-duga. "Kita lumpuhkan para prajurit itu dulu, baru kita tahu apa yang ada

  • Mustika Naga Bumi   Restu Putri Larasati

    Ekspresi rasa terkejut Aji sempat tertangkap pandangan mata Putri Larasati. Putri cantik itu menundukkan wajahnya, dia malu atas kelakuan ayahnya."Sebenarnya Gusti Putri bermimpi tentang apa?" tanya Aji penasaran.Putri Larasati memejamkan matanya. Hembusan napasnya begitu berat terdengar keluar dari bibirnya yang ranum.Dia merasa sangat sulit buatnya untuk menjawab pertanyaan Aji. Bagaimanapun juga, dia takut jika Aji adalah sosok yang ditakdirkan untuk membunuh ayahnya.Tapi, kelakuan bejat ayahnya harus ada yang menghentikan, meski ayahnya tadi berjanji jika ritual yang akan dilakukannya nanti adalah yang terakhir. Raja Wanajaya berjanji kepada Putri Larasati tidak akan menggauli gadis lagi untuk ke depannya."Aku kuatir jika kau yang ada dalam mimpiku," ucap Putri Larasati lirih.Aji semakin penasaran dengan mimpi yang dialami Putri Larasati, apalagi putri cantik itu juga menyebutnya.Sete

DMCA.com Protection Status