Lima orang yang ternyata Barda dan teman-temannya itu hanya bisa menelan ludah ketakutan. Sosok yang mereka duga akan bisa dikalahkan dengan mudah, ternyata malah mengalahkan mereka dengan mudah. Bahkan hanya dengan menggunakan ranting kayu sebagai senjatanya.
Mereka saling berpandangan, bingung apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan diri. Mereka tidak pernah terpikir untuk kembali ke perguruan Pedang Naga, sebab kedok mereka telah terbongkar.
Namun masalahnya, kini mereka tidak berkutik menghadapi sosok lelaki yang kemampuannya jauh di atas mereka berlima, bahkan di atas Ki Mangkubumi sebagai pengasuh perguruan Pedang Naga.
"Sepertinya memang kematian yang sudah menjadi pilihan kalian." Aji menyeringai memberi intimidasi yang kuat kepada 5 orang yang tadi hendak membunuhnya.
Lelaki tampan itu mematahkan ranting di tangannya menjadi potongan kecil sebanyak 5 biji. Dia tahu jika kelima orang itu tidak akan begitu saja mau meny
"Apa yang kau kau lakukan pada mereka, Rangga?!" Emosi Ki Mangkubumi seketika memuncak melihat 5 orang murid kepercayaannya terkapar tak berdaya.Melihat kemarahan Ki Mangkubumi, terbersit akal licik dalam benak Barda untuk mengadu anak dan ayah tersebut."Mohon maaf, Guru. Rangga menuduh kami yang telah menjebaknya, sehingga guru mengusirnya dulu. Dia juga bilang jika akan membunuh kami, mumpung tidak ada guru di dalam hutan ini."Bola mata Rangga mendelik lebar. Emosinya turut memuncak atas fitnah yang dibuat Rangga. Tapi sebelum dia melakukan bantahan, Ki Mangkubumi sudah lebih dulu membentaknya."Apa kau tidak ingin kuakui sebagai anakku, Rangga!? Kau sudah membuat kesalahan besar dengan menghajar mereka berlima!""Aku tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan, Ayah! Kapan ayah bisa mempercayaiku? Dari dulu Ayah tidak pernah bisa percaya padaku, apapun yang kulakukan selalu salah di mata Ayah. Sebenarnya aku ini anak Ayah atau
Barda menelan ludahnya. Dia sudah membayangkan jika kematian akan menjadi hukuman buatnya. Pandangan matanya yang sayu menunjukkan semangat hidupnya sudah tidak ada lagi."Biar aku yang memberi hukuman kepada mereka, Paman," kata Aji tiba-tiba.Barda dan yang lainnya.mengangkat wajahnya menatap Aji dengan benak yang dipenuhi pertanyaan. Kira-kira apa yang akan dilakukan lelaki tampan itu kepada mereka.Ki Mangkubumi bereaksi untuk menolak permintaan Aji. Sebab dia tidak bisa menerima perbuatan kelima muridnya yang melenceng jauh dari prinsip jalan kebenaran.Tapi belum sempat lelaki tua itu bersuara, Rangga terlebih dahulu mencegahnya. "Biarkan Aji yang memberi hukuman kepada mereka, Ayah. Aji pasti sudah memikirkan matang-matang apa yang akan dilakukannya."Ki Mangkubumi mengangguk, meski dia masih ragu tentang apa yang akan dilakukan Aji kepada lima orang muridnya itu. Baginya, 5 muridnya itu wajib mendapat hukuman berat,
Sesampainya di rumah, Ki Mangkubumi mendudukkan Aji dan ingin mengetahui lebih jauh tentang sosok yang akan menjadi menantunya itu. Awalnya dia sudah sangat yakin dengan sosok lelaki yang tidak lama lagi akan menjadi menantunya, tapi setelah Aji berkata kepada kelima bekas muridnya bahwa masa lalu dia jauh lebih kelam dari pada mereka, sontak benaknya pun seolah dipacu untuk bertanya lebih jauh dan ingin mengetahui masa lalu Aji."Aji, Aku menikah ketika usiaku mendekati 50 tahun, dan Rangga sekarang berusia kurang lebih 30 tahun. Jadi kau pasti bisa menghitung perkiraan berapa umurku sekarang, bukan? Tapi bukan masalah umur tentang poin yang akan kita bicarakan." Ki Mangkubumi tersenyum kecil. Dia mengambil sebuah kendi yang terbuat dari tanah liat dan menuang isinya ke dalam dua gelas bambu."Aku hanya ingin mengatakan kepadamu bahwa aku sudah sangat tua untuk ukuran umur manusia. Hanya satu yang aku inginkan sebelum ajal menjemputku, aku ingin melihat Ratih bahagia
"Itu tidak perlu dipikirkan lagi bagaimana Tetua Prayoga mengetahuinya, Aji. Dan sesuai pesan ketua Prayoga kepadaku, jika nanti sosok manusia terpilih datang menemuiku, aku harus memberikan sebuah kitab jurus dan petunjuk untuk menemukan tetua Damarjaya," kata Ki Mangkubumi.Lelaki tua itu terkejut dengan calon menantunya yamg merupakan sosok manusia terpilih, dan memiliki keistimewaan darah murni yang akan muncul hanya sekali dalam 500 tahun."Damarjaya? Apakah dia yang akan memurnikan pedang Kegelapan ini?" tanya Aji penasaran."Benar Aji." Ki Mangkubumi berdiri dari kursinya dan berjalan menuju sebuah lemari besar yang berdiri di sudut dinding ruangan. "Sebentar, aku akan mengambil kitabnya."Setelah membuka lemari besar yang ternyata berisi begitu banyak kitab, Ki Mangkubumi mengambil sebuah peti kayu kecil yang diletakkan secara terpisah dengan yang lainnya. kitab yang dia maksud itu ditaruh dalam peti kayu kecil tersebut dan ditutupi ki
Satu hari menjelang hari penikahan, para peserta yang sudah mengetahui tempat turnamen dipindah ke desa Kelor Kelor Arum, tepatnya di lokasi perguruan Pedang Naga, berdatangan memenuhi desa yang tidak terlalu besar tersebut. Dan itu merupakan berkah tersendiri bagi penduduk desa.Pedagang makanan dadakan bermunculan, Rumah-rumah pribadi berfungsi sebagai tempat penginapan. Bahkan tukang pijat pun turun tangan untuk ikut memeriahkan gelaran turnamen yang diselenggarakan Raja Wanajaya untuk Aji. Belum lagi wanita penghibur yang berkamuflase sebagai penduduk setempat. Tapi dandanan mereka yang menor dan cara berbicara yang terkesan menggoda, membuat orang-orang mudah menebak siapa dan apa profesi mereka.Pada masa dahulu, prostitusi adalah hal yang legal dan bebas berbaur di masyarakat umum. Tidak heran jika setiap ada pagelaran acara yang berskala besar dan memakan waktu berhari-hari, gadis penghibur berdatangan untuk memberikan jasa alternatif kepuasan sesaat, dan
Rangga dan Ki Mangkubumi seketika menoleh sesuai arah yang ditunjuk Aji. Mereka berdua melihat seorang laki-laki yang berjalan menuju kerumunan tempat mendaftarkan diri sebagai calon peserta.Yang membuat Rangga heran, padahal jarak mereka bertiga dengan lelaki yang ditunjuk Aji cukup jauh, tapi calon suami Ratih itu bisa merasakan energi tenaga dalamnya.Berbeda dengan Ki Mangkubumi yang sudah mengetahui sejatinya Aji siapa, dia tidak merasa heran karena manusia terpilih memang memiliki kemampuan di atas rata-rata pendekar biasa. Apalagi sekelas dia dan Rangga.Selang satu jam berikutnya, sesuai tugas yang diberikan Ki Mangkubumi, Aji terpaksa harus menyeleksi seratus orang lebih yang sudah mendaftar.Waktu yang mendekati sore membuatnya berpikir praktis. Tidak mungkin juga baginya untuk menyeleksi satu persatu calon peserta ygang segitu banyaknya. Bisa-bisa malam hari baru selesai proses seleksinya.Sesuai arahannya, tiap
Semua pasang mata membelalak lebar tak percaya melihat Aji menahan pedang besar itu hanya dengan pena yang dipegangnya. Mulut mereka ternganga dengan napas tertahan. Tidak ada yang menyangka jika sosok lelaki tampan itu memiliki kekuatan tenaga dalam yang jauh di atas merekaMenahan serangan pedang besar hanya dengan sebuah pena tentu membutuhkan tenaga dalam yang tidak sedikit. Dan tidak ada satupun dari mereka yang bisa melakukannya.Aji memegang bilah pedang besar lelaki gundul dengan tangan kirinya. Tanpa kesulitan berarti, pedang yang sedikit tebal dan memiliki bobot sekitar 15 kilogram itu dipatahkannya dengan mudah.Lelaki berkepala gundul itu memekik pelan. Dia tentu yang paling terkejut dengan apa yang dirasakannya. Pedang besarnya seolah berbenturan dengan logam yang sangat keras dan kuat. Bahkan dia yang dalam posisi menyerang, tangannya sampai bergetar kuat.Aji berdiri dari kursinya sambil menggelengkam kepalanya pelan. Pand
Baru saja Aji merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sebuah ketukan pelan dari luar membuatnya bangkit berdiri untuk membuka pintu."Ada apa, Paman?" tanya Aji, dengan mata menahan kantuk yang mulai menyerang."Paduka sudah tiba, Aji. Dia ingin bertemu denganmu. Bilangnya ada yang ingin beliau tanyakan kepadamu!""Tentang apa, Paman?'" Aji kembali bertanya."Entahlah. Sebaiknya kau temui beliau terlebih dahulu," jawab Ki Mangkubumi. "Aku mau ke belakang sebentar, ada yang harus kulakukan.""Baik, Paman." Aji menutup pintu kamarnya perlahan. Setelah itu mereka berdua berjalan berbeda arah.Ki Mangkubumi sengaja tidak ingin mencampuri urusan Aji. Dia tahu jika calon menantunya itu pasti sudah punya jawaban atas pertanyaan yang nantinya akan diajukan Raja Wanajaya.Aji membungkuk memberi hormat kepada Raja Wanajaya. "Hormat hamba, Paduka."Raja Wanajaya tersenyum ramah. "Duduklah. Ada yang ingin kubicarakan d