Home / Romansa / Muda dan Liar / Chapter 1 - Hari Pertama

Share

Chapter 1 - Hari Pertama

Author: Pentol2
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku tak pernah membencinya. Tapi, aku hanya tak menyukainya.”

**

“Semoga harimu menyenangkan,” ucap pria tua itu dengan senyum tipis dari dalam mobil. Aku pun membalasnya dengan senyuman sebelum masuk ke halaman sekolah. 

“Tam!” Sebuah panggilan membuatku menoleh kebelakang dan ternyata itu adalah sahabatku.

Ia memberikan senyuman ceria dihari pertamanya sekolah. Berbeda denganku yang sama sekali tak memberi ekspresi Bahagia. Karena aku sedang kesal.

“Apa ada yang membuatmu begitu senang selain hari pertama di sekolah ini?” tanyaku to the point.

“Apa kau mau tau?” Gadis berambut pirang ini malah menggodaku balik. Pasti ada berita menarik yang ia bawa.

“Tentu saja,” balasku sambil melangkah menuju kelas.

“Emm … Tommy menyatakan perasaannya padaku semalam.” Ucapan yang keluar dari mulut sahabatku itu membuat sudut bibirku terangkat.

Aku begitu senang untuknya, karena aku tahu berapa lama ia mengharapkan hal itu. Namun disisi lain, aku merasa menyesal, karena sudah memberikan pria yang kusuka pada sahabatku sendiri.

“Kau pasti sangat senang. Jadi, apakah kalian sudah resmi pacaran?” Ia dengan cepat mengangguk.

“Rasanya seperti mimpi,” ucapnya berbunga-bunga.

“Tapi, kau harus ingat, bahwa Tommy adalah pria populer. Jadi, cepat atau lambat ia pasti akan disukai banyak wanita. Kau harus siap-siap mencegah hal itu.”

Wajah yang awalnya berseri itu menjadi muram. Apa perkataanku membuatnya sedih? Tapi, bukankah itu realitanya?

“Kau benar. Aku harus lebih hati-hati.”

“Ya, karena itulah kenyataannya,” lanjutku yang sudah menaruh tas ranselku ke salah satu bangku di kelas.

Brak …

Bunyi pintu yang didorong kencang itu membuatku tertegun dan Ketika mataku bertemu dengan mata gadis itu, aku langsung menunduk. Ah, mengesalkan. Apa mereka adalah preman Angkatan kami?

“Hei, bukankah itu Liza?” ungkap sahabatku yang mengenali salah satu dari tiga perempuan tersebut.

Liza? Tidak mungkin. Kenapa aku harus satu SMA lagi dengannya? Padahal aku tak ingin bertemu lagi dengannya. Lalu, siapa teman-temannya itu?

“Oh, Tamara. Apa itu kau?” tanya Liza yang mengetahui keberadaanku dan sialnya dia mulai mendekat kearahku.

“Wah wah, apa dunia sesempit ini?” Pertanyaan yang keluar dengan senyum licik itu membuatku agak kesal. Namun, aku sama sekali tak bisa membalas apapun.

“Apa kau mengenalnya? Tanya gadis berambut pendek itu kepada Liza. Aku hanya berharap ia tak mengatakan apapun.

“Ya, aku mengenalnya. Namanya Tamara dan dia adalah teman SMP ku,” jelasnya dengan tatapan sinis kearahku.

“Oh, salam kenal. Namaku Alexi dan yang satu ini Maria. Apa kau mau berteman juga dengan kami?” 

Aku diam sejenak. Sebelum Liza memberiku syarat dengan anggukan. Aku pun menurut.

“Ah ya, boleh,” jawabku terpaksa.

“Lex, kau harus tau, bahwa gadis ini sama-sama gilanya dengan kita.” 

“Benarkah? Berarti itu bagus. Kita memiliki banyak kecocokan,” ucap Alexi yang senang dengan perkataan Liza.

Astaga, memangnya kecocokan apa? Aku bahkan baru mengenal dirinya. Bisa-bisanya ia bilang seperti itu. 

“Oh ya, kenalkan juga sahabatku Sandra. Dia juga teman Liza waktu SMP.” 

“Eh, emm … salam kenal,” ujar Sandra gugup. 

“Oh, hai.” 

Mereka memberikan ekspresi yang berbeda pada Sandra. Apa karena Sandra tak menarik? Hmm … kurasa jika aku memancing mereka sedikit, mereka akan tertarik pada Sandra.

“Apa kalian kenal Tommy James?” tanyaku kepada mereka yang masih berdiri didepan meja.

“Bukankah dia pria populer dari kelas sebelah?” tanya Maria balik.

“Benar, dan Sandra ini adalah pacarnya,” beberku yang membuat mereka langsung terdiam.

Sandra yang mendengar omonganku segera mengajakku keluar dari kelas. Aku bisa merasakan genggaman tangannya begitu kuat. Apakah ia sedang marah?

“Tam, kenapa kau memberitahu mereka? Tommy akan marah jika tahu berita itu tersebar!”

“Kenapa dia harus marah? Apa dia malu denganmu?” 

Spontan mata biru itu terbelalak menatapku dan aku tahu ucapanku begitu keterlaluan. Aku pun mendekatinya dengan bersalah. Namun, gadis yang sedang mengusap air matanya itu menghindariku.

“Lagi-lagi ucapanmu menyakitiku, Tam. Apa sebenarnya kau sedang marah karena aku mengambil pria yang kau suka?”

Aku hanya diam, tak memberi respon atas perkataannya dan perlahan, aku meninggalkannya sendiri di koridor perpustakaan.

Pulang sekolah nanti, aku harus meminta maaf padanya. Jika tidak, Ibu akan tahu dan mengomeliku sepanjang malam. Ah, menyebalkan.

“Bahkan dalam hal pertemanan, ia juga mengaturnya.”

**

“San, lihatlah yang kubawa.” Kejutku sambil menyodorkan sebatang coklat susu yang ia suka.

Aku sengaja bergegas ke kantin setelah mendengar bel istirahat berbunyi hanya untuk membelikannya coklat. Kuharap ia mau berbaikan denganku.

“Untuk apa? Aku sedang diet.” Jawaban yang menyebalkan. Namun aku tidak bisa mengumpat untuknya.

“Hei, apa kau masih marah? Padahal aku sudah susah payah ke kantin untuk membelikanmu ini. Ayolah, jangan marah lagi!” pintaku yang sedikit jahil mendekatkan coklat itu ke pipi tembemnya.

“Huh, ya sudah. Aku terima.” 

Dia memang gadis yang mudah. Itu sebabnya aku tidak susah membujuknya. Ah, entah sampai kapan persahabatan ini akan berjalan.

“Oh ya, ayo ke kantin! Kita kan belum makan siang,” ajakku sambil membenarkan kunciran rambut yang berantakan.

“Gak ah, aku mau di kelas aja.”

“Kenapa?”

“Mau makan coklat.”

“Nanti aja makannya. Kita makan siang dulu,” rengekku dipundaknya.

“Iya iya.” 

Akhirnya dia yang mengalah dan menemaniku. Ia lalu merangkul lenganku dengan cepat dan seketika detak jantungnya yang cepat bisa terasakan olehku. 

“Apa kau baik-baik saja?” tanyaku yang membuatnya bingung.

“Apa ada yang salah?” tanyanya balik dan aku langsung menggeleng.

Mungkin reaksiku agak berlebihan. Tapi aku sangat mengakhawatirkannya. Apalagi, ia diam saja dari tadi.

Sesampainya di kantin, aku dan Sandra segera mengambil makanan yang masih tersaji di meja. Hari ini menunya adalah sandwich dengan jus dan aku cukup menyukainya.

“Kurasa makanan di sekolah ini jauh lebih baik dibanding SMP dulu,” candaku pada Sandra.

Prang …

“Ups.” 

“Hahaha ….”

Ah, sial. Sepatu baruku terkena cipratan jus gadis itu dan lagi, aku dan Sandra juga harus menjadi tontonan karena ulahnya.

“Tam, sepatumu ….”

“Begitulah.”

Mataku lalu tertuju pada gadis berkacamata yang masih terduduk di lantai. Ia dengan tatapan sendu membuatku agak kasihan. Seluruh pakaiannya kotor akibat tumpahan makanan dan jusnya. Ah, setidaknya ia impas denganku.

“Tam, aku minta maaf atas apa yang terjadi pada sepatumu. Sejujurnya dia memang sangat ceroboh,” cibir Alexi yang baru selesai menikmati makan siangnya.

Ia yang duduk tak jauh dari tempat kejadian itu benar-benar santai menatap kami. Demikian juga siswa lain, yang hanya tertawa dan bergunjing tentang gadis dibawahku.

“Kau akan terbiasa melihat pemandangan ini, Tam. Jadi persiapkan dirimu,” bisik Alexi ditelingaku sebelum ia pergi.

Meski ia seorang diri. Ia sangat berani membuat masalah. Apa ada sesuatu yang mendukung perbuatannya?

“Tam, ayo ke toilet! Kau harus membersihkan sepatumu,” ajak Sandra dengan menarik pelan lengan bajuku.

Aku pun mengangguk. Meski sejenak menatapi gadis tadi. Ah, aku begitu kasihan. Tapi, aku enggan menolongnya.

“Ayo!” ajakku pada Sandra.

Namun sebelum aku keluar dari kantin. Aku menyadari, bahwa ada satu orang yang terus melihatku. Pria yang ada dibangku pojok. Mengapa ia terus melihatku?

Related chapters

  • Muda dan Liar   Chapter 2 - Payung Merah dan Ingatan

    "Jika aku tidak ada dalam hidupnya. Apakah ia akan lebih Bahagia?”**Aku baru selesai membersihkan sepatuku dan untung saja sepatu ini berwarna hitam. Jadi, tidak terlalu kelihatan jika basah.“Masih sedikit bau. Apa tidak papa?” tanya Sandra yang berdiri disebelahku dengan tangan membawa tisu basah.“Ya.” Aku tidak mempermasalahkan bau itu. Setidaknya sepatu ini cepat kering sebelum aku pulang.Sandra yang mendengar perkataanku mengangguk singkat, lalu menyodorkan air mineral yang ia beli tadi.“Makasih.”Setelah meminumnya, aku segera mengajak Sandra ke kelas. Namun Sandra menolak dan melepaskan gandenganku.“Ada apa?”“Emm … aku akan pergi mengunjungi Tommy. Kau bisa duluan.”“Kau ya

    Last Updated : 2024-10-29
  • Muda dan Liar   Chapter 3 - Berbohong

    "Ketika orang menceritakan betapa hebatnya ‘ia’ , aku mungkin akan bercerita betapa menyebalkannya ‘ia’ dan aku sama sekali tak takut jika ia marah nantinya.”**Gelang tangan berhiaskan Mutiara itu benar-benar menarik perhatianku sedari tadi. Gelang itu bergerak kesana kemari bersamaan dengan tuts yang harus ditekan oleh Wanita disampingku.Aku sangat terpesona dan menginginkannya.“Tam, apa kau memperhatikanku dengan baik?” tanya Wanita yang biasa kupanggil Guru itu.Ia membuyarkan lamunanku dalam sesaat dan secepat itu aku juga menjawab pertanyaannya dengan anggukan singkat.“Kalau begitu bagus, kau bisa mencobanya sekarang!”“Apa harus sekarang? Tidak bisakah hari ini aku libur saja? Lagi pula, kemarin Ibu sudah menyuruhku memainkan banyak lagu bersamaan. Tanganku masih sakit,” keluh

    Last Updated : 2024-10-29
  • Muda dan Liar   Chapter 4 - One Night

    "Dia berharap aku menghargainya, namun ia sendiri tak pernah menghargaiku.”**Aku mengikuti Langkah Nicky bagaikan anak ayam, dan Nicky sebagai induknya. Dan aku sungguh tak tahu, kemana ia akan membawaku pergi?Kuharap ia bukanlah pria aneh-aneh.“Apa kau pernah membolos?” tanya Nicky kepadaku.Aku pun menggeleng cepat sambil tetap fokus melihat kedepan. Lalu, tiba-tiba tangannya yang besar menggandeng tanganku yang kecil. Aku reflek menatapnya.“K-kenapa menggandeng tanganku?” tanyaku yang terkejut.Bukannya menjawab, ia malah tersenyum simpul padaku. Dan aku sama sekali tak mengerti artinya. Apa ia sengaja melakukan ini?“Ayo kita bolos!” ajak Nicky dengan wajah santai dan ia benar-benar berhasil membuatku membisu seketika.“Kenapa? Kau tak mau?”

    Last Updated : 2024-10-29
  • Muda dan Liar   Chapter 5 - Cemburu

    "Aku berpikir, bagaimana jika aku bertukar peran dengannya? Pasti akan sangat menyenangkan.”**Ceklek!Pintu kamar yang ingin kubuka pelan itu masih saja menimbulkan suara yang keras. Padahal, aku berniat supaya Ibu tidak terbangun, tapi begitulah.Ceklek!Aku spontan melihat ke kamar sebelah, dimana Ibu sudah berdiri dengan menggunakan piyama berwarna pink muda bermotif bunga Sakura. Ia begitu segar seakan dia barusan selesai mandi.“Good morning!” sapa Ibu yang langsung kubalas senyum tipis dan anggukan kecil.Sebenarnya aku sedikit penasaran, apakah pria semalam sudah pulang? Tapi, Ibu biasanya tidak langsung mengusir pria yang dibawa sebelum sarapan.Apa hari ini juga akan sama?“Ahhh … hari ini Ibu tidak akan sarapan dan langsung ke kantor. Apa kau bisa membuat sarapanmu sen

    Last Updated : 2024-10-29
  • Muda dan Liar   Chapter 6 - Menghindar

    "Untuk pertama kalinya, aku nyaman dengan seseorang setelah kejadian waktu itu. Apakah kali ini semua akan lebih baik?”**“Tipe idealku? Dia? Gak mungkinlah!” jawabku dengan tegas.“Benarkah?”Lagi-lagi ia menggodaku. Aku tahu, pasti aku yang akan kalah jika terus menjawabnya. Lebih baik aku diam.“Oh ya, jam istirahat nanti ke taman belakang ya! Akum au ngenalin kamu ke temenku yang lain,” ungkapnya yang sekaligus mengalihkan topik pembicaraan kami barusan.Tunggu, dia bilang mau mengenalkanku? Apa-apaan ini? Kenapa rasanya seperti ia akan mengenalkanku sebagai pacarnya?“Kita hanya teman dan aku hanya memperjelas status kita,” sambungnya yang seakan membaca pikiranku.Sial, aku benar-benar malu sekarang. Ditambah senyuman mengejek dari pria disebelahku.“Ingat! Kau harus datang! Karena aku tidak menerima penolakan!” tegasnya yang setelah itu

    Last Updated : 2024-10-29
  • Muda dan Liar   Chapter 7 - Adu Mulut

    "Bagaimana bisa aku terus melangkah disaat semua itu terjadi?”**“Semua pria selalu mengatakan hal yang sama. Aku tahu itu,” balasku tanpa menatap wajahnya.Aku lalu mencoba pergi, tapi pria ini mencekal lenganku. Ia takkan melepasku jika terus begini. Apa yang harus kulakukan? Padahal ini sudah waktunya masuk ke kelas?“Beri aku kesempatan, baru aku akan melakukan!”Lagi-lagi dia mengatakan hal yang aneh, memangnya kesempatan apa yang harus kuberikan?“Kesempatan? Aku tidak paham. Memangnya apa yang bisa kau tunjukkan? Rasa sayangmu kepadaku? Atau sesuatu yang lain?” balasku yang terkesan meremehkan.“Apa kau bisa memegang kata-kataku? Aku hanya ingin mendengarnya,” celetuknya yang masih belum menyerah.“Baiklah. Aku bisa memegang kata-katamu. J

    Last Updated : 2024-10-29
  • Muda dan Liar   Chapter 8 - Pelukan

    "Aku kesal, karena aku merasa iri.”**“Kau benar. Aku dan gadis pemarah ini sangat cocok,” ungkap Nicky yang malah setuju dengan pendapat Alexi.Aku pun hanya bergidik ngeri dengan ungkapannya. Memang darimana kami terlihat cocok? Dari kaca pembesar?“Lalu, apa kalian akan jadian?” tanya Alexi yang semakin membuatku terdiam.Aku yakin, Alexi memang sengaja memancing kami berdua. Ia pasti ingin tahu sejauh mana hubungan kita. Padahal, aku dan Nicky sama sekali tidak akan sampai kearah sana. Semoga, Nicky tidak menjawab pertanyaan Alexi.“Mungkin,” balas Nicky yang langsung mengerutkan keningku.“Memangnya apa yang salah jika kita jadian? Aku bahkan menginginkan itu setelah Tamara menerimaku,” lanjutnya sambil melirikku.Aku tidak percaya, dia terus berbicara

    Last Updated : 2024-10-29
  • Muda dan Liar   Chapter 9 - Dalam Gudang

    "Ini catatan terakhirku. Nanti aku akan Kembali lagi.”**“Tom! Hentikan geli!” pintaku saat tangannya itu terus menggelitikku.“Tidak mau!” balasnya dengan nada seperti anak kecil.Tapi, aku tidak tahan dan langsung memaksa tangannya untuk diam. Setidaknya untuk beberapa menit aku bisa berhenti tertawa. Namun, kenapa pria dihadapanku ini malah memasang wajah sedih? Padahal aku tidak melakukan hal yang buruk. Dasar manja!“Kenapa? Kau marah?” godaku sambil menyentuh pipinya dengan lembut.“Kau sih!”“Apa lagi?” tanyaku balik.Tapi bukannya menjawab, ia langsung memelukku Kembali. Sama seperti dulu, Ketika ia kesal, ia akan memelukku dan aku menepuk punggungnya. Akhirnya, kita Kembali Bersama, meski ada kain tipis yang memisahkan. Setidaknya, peras

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Muda dan Liar   Chapter 22 - Ciuman Manis

    "Apa yang kau baca?” celetuk Nicky dan membuatku langsung menyembunyikan surat itu ke tas.Untung, ia belum sempat membaca dan aku hanya perlu mengatakan hal lain agar ia tak curiga.“I-ini surat Ibuku. Aku tak sengaja membawanya,” ucapku berbohong.“Oh, begitu?”“Emm … ya.”“Kalau gitu, apa aku boleh membacanya?”Hah? Dia mau membacanya? Tidak! Aku tidak boleh membiarkannya. Aku harus mencari alasan lain dan menyuruhnya untuk pergi. Bisa gawat jika ia tahu ini surat dari Tommy.“Emm … aku malu,” jawabku.“Kenapa? Apa suratnya aneh?”“I-iya.”Astaga! Aku tidak tahu apa yang kukatakan? Padahal aku bisa mengatakan hal lain, tapi kenapa aku tidak mengucapkannya? Ah gila!

  • Muda dan Liar   Chapter 21 - Didalam Mobil

    Aku terdiam cukup lama setelah menerima kecupan itu. Sangat lama sampai aku tidak sadar Paman mulai menjamah bagian tubuhku yang lain. Astaga! Apa yang sudah terjadi? Mengapa aku tidak bisa menggerakan tubuhku dan pasrah menerima belaiannya?“P-paman ….”“Ada apa? Hmm?” balas Paman yang masih sibuk mencium aroma tubuhku.Sungguh, aku begitu bingung sekarang dan mencoba untuk menjauhkan tubuh Paman dariku. Tapi, itu begitu sulit, serasa tak memiliki tenaga sama sekali. Lalu, aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku menikmatinya, bukan? Pasti aku sudah gila bila menerimanya.“P-paman, lepaskan ….”Aku berusaha melepaskan tangannya yang hampir menyentuh dadaku, untung saja berhasil tapi langsung berubah ke pahaku. Owh … ini benar-benar gila. Aku tidak kuat jika terus ia sentuh. Tapi, bagaimana aku bisa kabur? Disaat ia men

  • Muda dan Liar   Chapter 20 - Terperangkap

    Aku memandang keluar jendela, melihat banyaknya bintang mewarnai angkasa, melihat gelapnya malam, dan mendengar suara yang sunyi. Entah kenapa, Hal-hal sekecil ini sangat menenangkan hatiku dan memberiku sedikit kelegaan, meskipun hanya sesaat.Dulu, Ketika aku masih kecil, Nenek dan Kakek selalu mengajakku keluar untuk melihat bintang. Mereka lalu menceritakan banyak hal agar membuatku tertidur dan tak menunggu Ibu. Dan setiap pagi, aku pasti akan menangis karena mereka tidak membangunkanku.Padahal, aku selalu ingin menjadi orang pertama yang menyambut Ibu sepulang kerja. Dan Aku ingin menjadi orang yang ia peluk Ketika sampai ke rumah. Tapi, aku tak bisa mewujudkannya saat itu.Seandainya, aku bisa bercerita dengan diriku dimasa lalu, aku hanya ingin bilang, supaya dia tak terlalu berharap banyak pada Ibunya. Karena itu hanya akan membuatnya kecewa.“Tam!” panggil Ibu.

  • Muda dan Liar   Chapter 19 - Bertemu Ibu

    "Kalau iya, kau mau apa?” tanyaku membalas perkataan Nicky.“Aku tidak mau apa-apa.”Hah? Aku tidak mengerti. Tapi sudahlah, aku harus memaksanya untuk ikut pergi dari sini. Lagi pula, apa susahnya mengikutiku? Aku bahkan tak meminta bayaran darinya.“Kenapa kau terus memaksaku?” tanya Nicky yang benar-benar bingung.Aku pun juga bingung harus menjawabnya dengan apa. Karena aku tidak memiliki alasan yang masuk akal untuknya. Mungkin kalau berkata jujur, ia malah semakin tidak mau pergi dari sini. Betapa menyebalkannya itu.“Memangnya kenapa? Kau tidak mau ikut?” balasku yang malah bertanya balik.“Emm … tentu saja aku mau ikut, tapi sekarang aku tidak ada kepentingan denganmu,” jelas Nicky yang membuatku bingung.Apa maksudnya ia ada kepentingan dengan Ibu? Oh, ayolah! Ini sungg

  • Muda dan Liar   Chapter 18 - Kejujuran Paman

    Aku Kembali ke tempat duduk setelah Alexi melarangku untuk bicara. Aneh, aku bahkan tak bisa memberikan suara untuk sesuatu yang ia lakukan? Aku benar-benar kesal. Dan semoga saja keadaan Sandra baik-baik saja. Jika tidak, mungkin aku akan disalahkan oleh Ibu dan Tante.Tapi, aku masih tak paham mengapa Sandra memberikan obatnya kepada Alexi, padahal sudah jelas-jelas Alexi bukanlah anak yang baik, bahkan hampir mencelakai nyawa Sandra. Semoga saja setelah ini Sandra tak lagi berteman dengan Alexi.“Tam, kau tahu, aku tak menyukaimu,” ungkap Alexi tiba-tiba dan membuatku mengangkat alis kebingungan.Tumben sekali ia jujur? Aneh! Tapi baguslah, aku tidak perlu lagi berpura-pura baik didepannya. Sekarang hubungan kita pun berantakan. Dan aku tidak ingin memperbaikinya.Memang hubungan itu sekecil bolongan yang ada diatas jarum, sekalinya kamu memasukkan benang kedalamnya, belum tentu benang itu bisa bertahan. Ia

  • Muda dan Liar   Chapter 17 - Kesakitan

    Wow, aku terkejut karena Tommy bisa teriak seperti itu. Bahkan, ia membuat semua orang menatap kami. Apa dia sangat kesal? Oh … tapi tolong suruh Nicky untuk melepaskan tangannya! Karena aku merasa, pria ini sedang memakai kukunya. Apa dia sengaja menyakitiku? Ingin membuat tanganku berdarah? Gila!“Tumben sekali kau teriak. Bahkan didepan kekasihmu sendiri,” ungkap Nicky yang langsung membuat Tommy terdiam.Gila! Apa Sandra menatap kami? Bukankah itu menyenangkan? Apakah ia cemburu? Seharusnya begitu. Tapi … kenapa aku malah senang? Bukankah ini ancaman bagiku? Astaga!“Hei Tam! Apa kau sedang merebut kekasih sahabatmu sendiri?” tanya Nicky dihadapan semua orang.Tunggu! Ini jebakan! Aku tidak boleh menjawab iya, jika tidak, aku akan dipermalukan seisi sekolah.Aku harus mencari jawaban lain dan membuat Sandra yang malu.&

  • Muda dan Liar   Chapter 16 - Nicky

    "Jadi, kau ingin pergi sekarang?” tanya Nicky sambil mengelus pipiku.Aku pun mengangguk dan ia menjadi kesal. Padahal ia yang bertanya lebih dulu, kenapa ia malah marah? Seharusnya jangan memberikan pilihan! Dasar pria aneh! Tapi ya sudah jika ia melarangku pergi. Aku tetap akan disini dan mencari tahu segalanya tentang dirinya.“Jangan pergi!” pintanya dan kujawab dengan senyuman.Sekarang, aku juga mau bermain dan kaulah mainanku. Lalu Kita lihat, apakah aku bisa menarikmu semakin dalam? Dan membuatmu lupa akan segalanya? Atau kau yang akan berbalik menarikku? Sungguh ini terlalu berbahaya, tapi aku menyukainya. Ini akan sengat seru.“Kau aneh. Padahal kau daritadi meminta pergi, tapi sekarang kau mau tinggal. Apa yang membuatmu berubah keputusan?”“Apa ya? Aku juga tidak tahu. Mungkin karena ucapanmu,” jawabku yang lalu mendekat

  • Muda dan Liar   Chapter 15 - Gudang

    "Hei, Tam! Kenapa kau tidak bergabung dengan kami? Kami sedang membicarakan hal yang menyenangkan,” ajak Alexi.Namun, aku tidak menggubrisnya dan asik memasang earphone ke telinga. Lagi pula, mereka sama sekali tidak membutuhkan kehadiranku. Buktinya, mereka tetap asik berbincang. Jadi, untuk apa aku bergabung?Lalu, kenapa Alexi bertindak seolah-olah tidak terjadi apa pun? Padahal kami baru bertengkar kemarin. Apa secepat itu ia melupakan sesuatu? Benar-benar aneh.“Tam, nanti kau mau ikut makan siang Bersama?” tanya Liza yang langsung kujawab gelengan.“Kenapa?” timpal Alexi yang selalu hadir.“Aku … diet.”Lagi-lagi aku memberi alasan yang sama. Serasa tidak ada alasan lain dikepalaku. Tapi, biarlah! Biarkan mereka muak dan membiarkanku pergi. Lalu, suruh Sandra untuk berhenti menatapku? Memangnya aku tonto

  • Muda dan Liar   Chapter 14 - Tak Disangka

    Paman menuangkan susu ke gelasku. Membiarkanku untuk minum lebih dulu. Namun, aku menolak dan memberikan gelasku kepada Sandra. Karena aku berpikir seorang tamu harus dilayani pertama kali.“Jadi, kau tidak memberitahu Ibumu kau disini?” tanya Ibu pada Sandra.“Tidak.”Wow, bukankah dia terlalu nekat? Bagaimana jika Ibunya khawatir? Apa dia tak peduli? Oh! Kurasa tidak! Ibunya kan tidak peduli. Dan bisa dibilang dia sengaja kesini untuk mendapat perhatian Ibuku. Licik sekali.“Baiklah, Tante akan memberitahunya nanti. Sekarang habiskan makananmu!”“Dan kau juga, Tam!” sambung Ibu yang langsung kuiyakan.Paman lalu membuka pembicaraan baru dan aku malas menimpalinya. Mungkin, hanya Ibu yang tertarik membalasnya. Karena aku dan Sandra fokus menghabiskan sarapan.“Oh ya, bagaimana j

DMCA.com Protection Status