"Bukan. Area kerjaku di lantai atas, di kantor CEO.""Kantor CEO?" Lusi seperti anak kecil yang masuk ke dunia baru, sangat penasaran dengan segala sesuatu di sini. "CEO? Aku hanya pernah mendengar istilah itu di novel. Hasan, apa kamu CEO di perusahaan ini?""Bukan. CEO-nya adalah Pak Yohan.""Oh. Jadi, apa jabatanmu, Kak Hasan? Manajer umum?" Lusi terus melontarkan pertanyaan tanpa henti.Hasan mulai merasa agak pusing, namun tetap menjelaskannya dengan sabar, "Aku adalah asisten Pak Yohan."Ekspresi Lusi menunjukkan kekecewaan, "Asisten ... bukankah itu hanya pekerjaan serabutan? Dalam novel yang aku baca, asisten CEO itu seperti batu bata, dipindahkan ke mana saja dibutuhkan. Hasan, aku nggak menyangka pekerjaanmu begitu berat."Sambil berbicara, dia berjinjit dan mencium pipi Hasan.Hasan segera mundur dua langkah, dan berkata dengan tegas, "Lusi, ini di kantor, jangan begitu!"Meski suaranya tidak terlalu keras, mata Lusi langsung memerah, "Maaf, Kak Hasan, aku orang desa, nggak
Dari awal Pak Wawan masuk, matanya terus menatap Raisa tanpa henti.Saat Raisa mendekat, aroma parfumnya yang lembut menyebar. Pak Wawan menghirupnya dalam-dalam dan berkata, "Parfum apa yang kamu pakai, Nona Raisa? Harum sekali."Ekspresi mesum terlihat jelas di wajahnya, tanpa ada usaha untuk menyembunyikannya."Ini?" Raisa berkata, "Ini parfum terbaru dari Verona, Gardenia di Tengah Hujan."Pandangan Pak Wawan melekat pada Raisa sambil menelusuri tubuhnya dari atas ke bawah, "Gaun Nona Raisa ini ....""Ini koleksi terbaru dari V.L.""Nona Raisa punya selera yang bagus, parfum dan gaunnya semuanya dari merek terkenal. Sepertinya Pak Yohan sangat murah hati dalam memberi gaji."Sebelum Raisa sempat bicara, Hasan menyela, "Pak Wawan mungkin belum tahu, Nona Raisa adalah putri keluarga Reihano, adiknya Pak Reno. Dia ada di Perusahaan Lewis bukan untuk bekerja, tapi untuk mencari pengalaman hidup.""Oh, ya?" Pak Wawan tampak agak terkejut.Raisa merasa tidak nyaman diperkenalkan seperti
Ketika dia turun ke bawah, terdengar suara mesin mobil dari luar.Liana dan Hamdan baru saja sampai di depan pintu ketika seorang pelayan memanggil, "Pak Hamdan?"Langkah Liana terhenti sejenak saat melihat Yohan, dalam hati dia merasa heran.Meskipun tidak tahu banyak tentang urusan keluarga Lewis, dari beberapa kali bertemu dia tahu bahwa hubungan Yohan dengan keluarga Lewis itu tidak baik.Terakhir kali datang, dia hanya duduk sebentar lalu mencari alasan untuk pergi.Apalagi terhadap Hamdan, adiknya. Dia tidak peduli.Mengapa dia masuk sekarang?Hamdan melihat Yohan, ekspresi wajahnya juga sangat terkejut.Dia tidak bisa berbicara sekarang, hanya bisa mengetik di ponselnya, 'Kak? Apa kamu datang untuk menjengukku?'"Menjengukmu?" Yohan melirik tidak peduli dan berkata dengan tegas, "Kamu salah paham, aku bukan datang untuk menjengukmu."Sambil berbicara, dia menatap wajah Liana dan bertanya seolah-olah tak ada orang lain, "Sudah selesai? Apa sudah bisa pergi sekarang?"Liana tidak
Tapi jika orang di malam itu benar-benar Liana .......Saat ini, Liana terus mengingat ekspresi mata Yohan saat pergi.Apakah dia terlalu berlebihan?Bagaimanapun, Yohan sudah benar-benar baik padanya.Sebuah tangan melambai di depannya.Liana kembali tersadar dan melihat wajah Hamdan.Pria itu memberikan ponselnya, ada satu baris tulisan di atasnya: 'Ada apa?'Liana menggeleng, "Nggak ada apa-apa."Melihat Hamdan hampir selesai makan, Liana berkata, "Kalau nggak ada yang lain lagi, aku akan pulang dulu."Hamdan mengetik di ponselnya: 'Minggu depan ada upacara wisuda, tapi aku belum beli baju. Maukah kamu menemaniku?'Memikirkan empat miliar itu, Liana hanya bisa mengangguk setuju.Di pusat perbelanjaan, Hamdan memilih pakaian, sementara Liana menemaninya.Pramuniaganya adalah seorang gadis muda berbakat, yang dengan antusias mengikuti Hamdan. Dia memberikan saran dengan penuh semangat, matanya sesekali melirik wajah Hamdan."Menurutku, karena warna kulitmu sangat cerah, setelan tukse
Intinya, orang baru ini benar-benar tidak mengerti etika.Setiap kali melihat tamu pria tampan dan kaya, dia langsung menempel seperti lem.Bahkan karena ini, dia telah merebut banyak penjualan dari rekan kerja lainnya.Banyak rekan kerjanya melaporkan masalah ini kepada manajer.Namun manajer tersebut justru terpesona olehnya. Dia berhasil meningkatkan penjualan yang signifikan bagi toko, dan membuatnya jadi karyawan dengan penjualan tertinggi.Manajer toko juga tidak bisa berbuat banyak terhadapnya.Tidak disangka hari ini dia bertemu dengan lawan yang tangguh.Tamparan dari Hamdan membuat staf lain diam-diam merasa sangat lega!Satu per satu mereka berdiri jauh-jauh hanya untuk menonton, takut terlibat dalam masalah ini."Pak ..." Pramuniaga yang malang menutupi wajahnya dengan tangan, sambil tetap berpura-pura, dia menatap Hamdan dengan mata berkaca-kaca.Hamdan meliriknya dengan tatapan dingin, "Siapa kamu, berani menghina orang yang datang bersamaku?"Suaranya agak serak, tidak f
Pramuniaga itu melirik Hamdan dan berkata, "Pak Hamdan, saya sudah menyadari kesalahan saya, dan Anda sudah menampar saya. Lihatlah wajah saya, sudah bengkak. Seharusnya Anda sudah tidak marah lagi, 'kan?""Liana melihat betapa bengkaknya wajah pramuniaga itu."Saat ini, bekas lima jari yang mencolok terlihat di pipi gadis itu.Apakah itu karena tamparan Hamdan?Liana melihat dengan heran ke arah Hamdan, yang tampak mengawasi pramuniaga itu dengan ekspresi mencekam.Meskipun pramuniaga itu menangis dengan sedih, matanya tetap dingin.Melihat tidak ada gunanya memohon, pramuniaga itu mencengkeram tangan Liana, "Kakak, saya benar-benar menyadari kesalahan saya. Saya harap Anda bisa memaafkan kesalahan saya kali ini. Saya benar-benar nggak mau dipecat!'""Dipecat?" Liana menatap Hamdan."Kalau memang tidak bisa ..." Pramuniaga itu menggigit bibir, tiba-tiba berlutut, "Bolehkah saya minta maaf dengan cara bersujud kepada Anda?"Tanpa pikir panjang, dia langsung bersujud berkali-kali.Kerum
Jendela mobil diturunkan dan muncullah wajah Raisa."Liana, kebetulan sekali, ya? Kamu jalan-jalan sendirian?"Liana menggeleng, "Aku datang bersama Hamdan. Kamu sendiri?""Aku sama Pak Wawan sedang memilih hadiah," Raisa membuka pintu mobil. "Kalau kamu nggak ada urusan lain, ikut aku saja ya? Setelah selesai urusan Pak Wawan, aku traktir kamu minum teh sore."Liana tidak punya banyak teman, tetapi dia cukup dekat dengan Raisa.Jadi, tanpa menolak, dia naik ke mobilnya.Setelah memilih hadiah bersama Pak Wawan, mereka keluar dan bertemu dengan Hasan dan Lusi.Sepertinya mereka baru saja selesai berbelanja. Hasan membawa beberapa kantong besar, dengan logo merek terkenal.Bertemu di tempat seperti ini sebenarnya tidak terlalu memalukan.Yang memalukan adalah gaun yang dikenakan Lusi.Ternyata sama persis dengan yang dikenakan Raisa hari ini.Warna dan modelnya ... Liana bahkan curiga ukurannya pun sama.Namun, Liana ingat, saat melihatnya bersama Hasan tadi, dia jelas memakai gaun yang
Lalu, dia menarik Lusi ke toko di sebelahnya."Kak Hasan!" Lusi melepaskan tangannya, "Kak Hasan, apa kamu begitu takut padanya? Kita nggak melakukan kesalahan apa pun, gaun ini bukan miliknya! Aku suka gaun ini! Aku mau memakainya!"Dahi Hasan berkerut dalam, suaranya agak berat, "Lusi, dengarkan aku!""Aku nggak mau!" Lusi benar-benar menantang Raisa.Melihat situasinya memanas, Hasan mengeluarkan ponselnya. Setelah beberapa saat, dia berkata, "Aku sudah memesan tiket kereta untuk malam ini."Lusi terkejut, "Ke mana?""Pulang ke kampung halaman."Lusi membelalakkan mata, sangat tidak percaya dan langsung menolak, "Aku nggak mau pulang!"Bercanda!Dia sudah susah payah keluar dari desa kecil itu. Dia baru saja menginjakkan kaki di dunia yang baru, dan sekarang disuruh pulang?Hasan merapatkan bibirnya, "Pilihanmu, pulang atau ganti gaun ini."Hanya dua pilihan.Tidak ada pilihan lain.Mata Lusi penuh dengan air mata, "Kak Hasan ...."Tanpa berkata apa-apa lagi, Hasan berbalik masuk ke
Hasan mengambil pena dan memegang pergelangan tangannya dengan punggung tangan, "Apa yang kamu lakukan?"Lusi menangis, "Hasan! Kamu sudah menikah denganku selama setahun, tapi kamu belum pernah menyentuhku! Apa aku nggak boleh mencari pria lain untuk hiburan? Aku tahu kamu dipaksa menikah, tapi kita sudah menikah. Bisakah kamu menghormatiku sebagai istrimu?"Hasan menunduk, "Kenapa kamu membicarakan hal ini sekarang?"Lusi menggelengkan kepalanya, mendekat untuk memeluknya lagi, dan memohon, "Kak Hasan, aku khilaf, jadi aku melakukan hal seperti itu. Maafkan aku kali ini? Selama kamu jadi suami yang baik, aku berjanji padamu, aku nggak akan pernah keluar dan main-main lagi."Hasan mengulurkan tangan dan melepaskan tangannya, "Nggak perlu. Aku sudah membalas kebaikan keluarga Halim.""Nggak, nggak! Hutangmu pada keluarga Halim nggak akan pernah terbayar seumur hidup! Aku nggak mau bercerai! Kak Hasan, aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku cuma nggak bisa menahannya. Aku juga seo
....Tiga hari kemudian.Liana, Yohan, Sudar dan Raisa naik ke pesawat.Hasan kembali ke kampung halamannya dan mengadakan pernikahan.Reno bergegas kembali dari tempat lain dan setelah mempelajari semuanya, dia menghela napas, "Kalian semua sangat nggak berperasaan. Kalian pergi melihat aurora dan nggak mengajakku?"Ratna berdiri di sampingnya dan berkata, "Mereka pergi melihat aurora berpasangan. Itu hal yang sangat romantis. Kenapa mereka harus mengajakmu yang jomblo? Kamu mau buat permintaan?"Reno tertawa tak berdaya, "Bu, kenapa ibu sekarang begitu padaku? Mudah buat cari menantu. Putramu memberi isyarat, mereka yang mau jadi menantumu sudah antri sangat panjang!"Ratna melambaikan tangannya, "Aku nggak mau yang lain, aku cuma mau Sinta.""....""Kalau kamu nggak bisa menikahi Sinta, kamu melajang saja seumur hidupmu.""....""Kamu sendiri saja, sebaiknya kamu sendiri saja, sendiri juga lumayan bagus.""...."Malam itu, Reno mengetahui kalau dia telah diblokir oleh Sinta.Dia men
"Nggak bisa," dia melambaikan tangannya, "Aku pusing sekali, aku nggak bisa berdiri. Aku akan tidur di sini."Sudar tidak memaksakannya. Dia menatapnya lama dan bertanya, "Bagaimana kalau aku menelepon pacarmu? Minta dia untuk menjemputmu?""Jangan!" teriak Raisa.Kata "pacar" benar-benar merupakan penghinaan besar baginya saat ini.Dia meringkuk dan bergumam pelan, "Aku nggak punya pacar lagi, aku putus ...."Suara musik terlalu keras dan Sudar tidak dapat mendengarnya.Namun, melihat bibir merah mudanya membuka dan menutup, dia penasaran dengan apa yang Raisa katakan, jadi dia berjongkok di depan sofa dan membungkuk untuk mendengarkan.Kali ini dia mendengar dengan jelas.Dia menyentuh wajah Raisa dengan jarinya dan berkata, "Putus?"Raisa setengah membuka matanya dan menatapnya terluka, "Ya."Sudar mengangkat alisnya, "Kenapa?""..." Raisa mengerucutkan bibirnya, tidak mau mengatakan apa pun.Sudar tersenyum dan berkata, "Kamu putus dengannya dan membuat dirimu seperti ini, nggak se
Bar itu dikelola oleh dua bawahannya, dan kebetulan mereka berdua juga mengenal Raisa.Mereka berdua memperhatikan Raisa sejak dia masuk dan mengamatinya.Raisa memesan dua gelas anggur, duduk di bilik, dan mulai minum.Seorang pria di dekatnya datang untuk memulai percakapan, tetapi dia memarahinya.Mengutuk dan mengumpat, dan dia mulai menangis lagi.Melihat ada yang tidak beres, kedua pria itu segera menelepon Sudar.....Sepuluh menit berlalu. Liana dan Yohan sedang duduk di dalam mobil, tetapi Raisa tidak keluar.Setelah menunggu satu menit lagi, Liana mengulurkan tangan untuk menarik pintu mobil, "Nggak bisa, aku harus masuk dan mencari Raisa. Dia perempuan, bagaimana kalau dia diganggu?"Yohan berkata, "Aku akan menemanimu."Sebelum keduanya turun dari mobil, mereka mendengar deru sepeda motor yang melaju dari ujung jalan. Dalam waktu sepuluh detik, sebuah sepeda motor berwarna hitam menerobos angin. Seperti kilat hitam, dan meninggalkan bayangan di malam yang kabur.Saat sampai
Raisa tumbuh dewasa dengan selalu dimanjakan oleh keluarganya, dan dia hanya pernah ditolak oleh Yohan.Semua orang di sekitarnya tahu perasaannya pada Hasan.Sekarang Hasan mau menikah dengan orang lain, ini adalah pukulan besar bagi Raisa.Tidak heran dia sangat sedih dan mendatangi mereka sambil menangis.Liana menghiburnya, "Jangan khawatir, Yohan akan menelepon dan mencari tahu apa yang terjadi. Hasan adalah bawahan Yohan, dan dia pasti akan mendengarkan Yohan."Kata-katanya sangat efektif. Setelah mendengar itu, Raisa perlahan-lahan berhenti menangis, "Tapi, Hasan pasti akan melakukan apa yang dia janjikan kepada orang lain. Apa dia benar-benar akan mendengarkan Kak Yohan?"Liana tidak bisa menjaminnya, tetapi dia ingin Yohan mencobanya.Mungkin saja ada rahasia lain.Mungkin saja Hasan bisa berubah pikiran.Mungkin saja.Sama seperti dia dan Yohan telah melalui begitu banyak hal di masa lalu, dan kesalahpahaman di tengah-tengah mereka sangat buruk, tetapi pada akhirnya semua aka
Suara di seberang telepon sangat berisik, sementara di sisi Yansen sangat sunyi.Beberapa detik kemudian, Yansen memutuskan panggilan telepon itu.Dia mematikan ponselnya dan duduk sendiri di dalam mobil.Dia menunduk, memandang bunga tujuh warna yang kini menjadi spesimen di tangannya sambil tersenyum getir.Siapa yang menyangka, segala usahanya untuk mendapatkan bunga itu pada akhirnya malah membuat Josua yang menang?Yansen menyalakan mobilnya dan melaju kencang, menuju ke tepi pantai.Dia melemparkan bunga tujuh warna yang sangat berharga itu ke laut.Setelah melihat ombak mendorong botol itu menjauh dan perlahan tenggelam ke dasar laut, barulah Yansen berbalik dan pergi....Kabar tentang Linda dan Josua yang telah kembali rujuk tersebar sampai ke Kota Rogasa.Liana dan juga keluarga Reihano, semuanya senang mendengar kabar itu.Meskipun Ratna sempat agak keberatan, bagaimanapun juga, yang paling penting adalah kebahagiaan putrinya.Selain itu, dia juga tak bisa berkomentar banyak
Yansen menyerahkan tabung berisi bunga tujuh warna itu dengan wajah sedikit memerah. "Linda, sebelum berangkat, aku membuat sebuah janji. Kalau aku bisa melihat bunga tujuh warna lagi dan berhasil membawanya kembali, aku akan menyatakan cinta kepada orang yang kusukai."Linda tertegun.Sebelum dia sempat mengatakan apa pun, Yansen sudah mengeluarkan sebuah cincin berlian, lalu berlutut dengan satu kaki di hadapannya. "Linda, aku menyukaimu. Sejak pertama kali aku melihatmu, aku sudah menyukaimu. Hanya saja karena berbagai alasan, aku selalu ragu untuk mengatakannya. Apakah kamu bersedia menjadi pacarku? Apakah kamu mau menikah denganku?""...."Situasi yang tiba-tiba ini membuat Linda bingung.Entah bagaimana, beberapa orang yang lewat mulai berkumpul dan bertepuk tangan sambil bersorak, "Terima dia, terima dia, terima dia ....""Aku ...." Linda tidak ingin mempermalukan Yansen, tetapi ...."Maaf, Yansen. Aku nggak bisa menerima pernyataan cintamu."Yansen tertegun.Linda berkata, "Seb
Linda tahu bahwa Josua sedang mencoba menghiburnya. Padahal biasanya Josua sangat tahan sakit, tapi barusan dia tidak tahan lagi dan mengerang kesakitan ...."Sudahlah, cepat berbaring saja, jangan sampai lukamu terbuka lagi."Lengan Josua melingkari pinggang ramping Linda, menariknya ke dalam pelukannya dan mereka berbaring bersama di tempat tidur, "Temani aku berbaring."Karena insiden barusan, Linda tidak berani bergerak sembarangan, dan hanya berbaring diam dalam pelukan Josua.Tidak lama kemudian, keduanya tertidur....Linda merawat Josua di hotel selama dua hari, dan lukanya perlahan-lahan mulai membaik.Hari itu, ketika mereka sedang makan, seseorang datang melaporkan bahwa Yansen datang mencari Linda, dan sekarang dia sedang menunggu di lobi hotel.Linda meletakkan sendoknya, "Aku akan pergi sebentar."Saat dia baru saja bangkit, Josua langsung menarik lengannya dan berkata dengan wajah serius, "Nggak boleh pergi.""Dia mungkin ingin bicara denganku. Selain itu, saat di gunung
Potongan kain berlumuran darah dan bola kapas berserakan begitu saja di lantai, bercak-bercak darahnya hampir mengering.Linda berjalan mendekati tempat tidur, dan tiba-tiba lututnya lemas. "Bruk" Dia pun jatuh terduduk.Linda meraih tangan yang terkulai di tepi ranjang dan menggenggamnya erat. "Josua, bukankah kamu belum minta maaf padaku? Bagaimana bisa kamu pergi selamanya?"Dengan tangan gemetar, dia membuka kain yang menutupi wajah Josua yang pucat tanpa darah. Air matanya mengalir deras tanpa bisa ditahan lagi.Linda bersandar di tepi tempat tidur, menangis tersedu-sedu dengan hati yang hancur."Josua, dasar bodoh! Kamu nggak menepati janji! Katanya kamu akan membujukku!""Aku bahkan belum sempat memaafkanmu, bagaimana bisa kamu pergi duluan?""Hidup kembali! Aku ingin kamu hidup lagi! Huhuhu ...."Linda menangis dengan sedih sekali, sama sekali tidak menyadari bahwa orang-orang yang tadi berdiri di sekitarnya telah diam-diam pergi. Sementara pria yang terbaring di tempat tidur,