Max dan kawanan lain masih bergelut dengan Jester yang tetap tak ingin menyerah. Bahkan ketika Alegria ikut turun tangan, ia masih saja tak mau menyerah dan membiarkan Ivory serta Mirielle bebas dan menghirup udara segar di luar Southernshore. Jester masih terus mengeluarkan kekuatannya, juga sihir ilusinya yang membuat Max dan lainnya cukup kewalahan. “Kita tidak bisa seperti ini terus, Ron. Kita harus menghubungi Elle dan Ivory agar mereka melakukan sesuatu di dalam sana,” ujar Max pada Ronan yang mulai kelelahan karena segala perlawanan mereka berakhir dengan kebuntuan. Jester bukanlah serigala yang hanya mengandalkan kekuatan fisik, melainkan juga kemampuan sihirnya. “Aku hanya cemas kalau Elder Elle dan Luna Ivory kini tengah mengalami kesulitan yang sama, Alpha. Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Jeremiah tak sabar. Ia yang sejak tadi mendengar perbincangan antara Ronan dan Max, pada akhirnya bergerak menuju ke gedung yang di sana menjadi portal dimensi antara bagian luar
Air bah yang sejak tadi menghempas seluruhnya yang ada di sekitarnya, kini menyatu dengan air laut dan menjadi sebuah tsunami yang menyapu daratan. Bukan sapuan besar melainkan hanya sekadar menyapa daratan setelah seharian ia menjadi air tenang yang mengamuk karena ulah salah seorang yang tidak bertanggung jawab. Ivory dan Marion telah berhasil menghancurkan cermin tersebut, tetapi yang terjadi, keduanya justru tersedot ke dalam cermin tersebut dan dilemparkan ke luar daerah ilusi hingga tubuh keduanya jatuh berdebum di tanah. Dan ketika menyadari bahwa mereka sudah berada di sekitar para anggota kawanan yang berkumpul karena baru saja melawan bayangan Jester, Marion dan Ivory kemudian berpelukan. “Terima kasih karena telah membantu kami, Luna Marion,” ujar Ivory yang kemudian dibalas dengan pelukan oleh Marion. “Aku senang kau selamat, Ivy. Kau tidak tahu betapa kami mencemaskanmu.” Ivory mengangguk, kemudian menoleh ke arah lain dan menemukan Max yang sejak tadi menanti giliran
Mirielle sudah berada di istana sang dewi bulan untuk menemuinya seperti yang ia minta dan ia sampaikan pada Max. Namun, belum ada tanda-tanda wanita itu berkehendak untuk menemuinya. Hanya beberapa sinyal dari penjaga yang mengatakan bahwa Mirielle harus menunggu karena sang dewi bulan tengah melakukan ritual. Mirie3lle menunggu cukup lama hingga kemudian dirinya dipersilakan masuk dan dikawal oleh beberapa pengawal yang tampaknya disiapkan khusus untuk menemaninya hingga tiba di hadapan Amethyst. Dewi bulan kala itu tengah memejamkan mata, duduk di singgasananya yang terang benderang sembari terpejam. Entah terlelap ataukah itu yang mereka sebut sebagai ritual. “Akhirnya kau datang juga, Elle,” ujar Amethyst kemudian membuka matanya dan menatap gadis yang berdiri agak jauh darinya, tepat di hadapannya. “Kau datang sendiri, kan?” “Ya, aku datang seorang diri. Ada apa memanggilku? Biasanya kau justru menolak kedatanganku.” Amethyst tersenyum, lantas bangkit dari kursinya dan mengh
Max sudah meletakkan barang-barang yang mereka bawa di sudut ruangan. Mereka akhirnya menemukan tempat untuk memulai kehidupan baru. Bukan tanpa alasan mereka melakukan itu, karena tujuannya adalah mendekati tempat di mana Linea mungkin berada. Max dan Ivory sengaja membeli sebuah rumah untuk tempat mereka tinggal sementara anggota kawanan lain yang turut serta akan menjadi penjaga. Bagaimana dengan Benjamin? Tentu saja tak sulit baginya untuk menemukan miliknya sendiri. Ia juga memutuskan untuk tinggal tak jauh dari tempat Ivory dengan syarat ia tidak akan mengganggu Ivory atau dirinya tidak kan pernah lagi mereka libatkan dalam pencarian Lyra. Benjamin tidak akan mengingkari janjinya, karena yang ia inginkan adalah bertemu putrinya. Dan bagaimana selanjutnya nanti, itu urusan belakang baginya. Yang terpenting sekarang dirinya dan Ivory adalah sekutu yang akan bekerja sama mencari Lyra, putri mereka. “Apa yang akan kita lakukan pertama kali untuk me
Benjamin terbangun di malam hari karena mimpi buruk yang baru kali pertama ia alami. Selama ini ia tak pernah terlelap di malam hari, dan ini pertama kalinya dirinya begitu terlena hingga tak sadar tertidur di sofa kediaman Ivory dan Max. Keduanya sengaja membiarkan Benjamin terlelap di sana, karena mereka tahu benar bahwa vampir tak mungkin akan tertidur di malam hari. Namun, ketika mimpi buruk itu hadir, Benjamin tak kuasa untuk menahan emosinya yang tiba-tiba mencapai ke ubun-ubunnya. Ia menghancurkan semua yang ada di meja tempatnya berada hingga menimbulkan suara gaduh yang membuat Ivory dan Max terbangun dan memastikan ke ruangan tersebut. Benjamin tampak terengah, dengan tatapan nanar ke depan, seolah dirinya menyaksikan secara langsung kejadian itu tepat di hadapannya. “What the hell, Ben?! Apakah kau sadar dengan yang kau lakukan ini?” sergah Max yang membuat Benjamin melesat tepat ke hadapan Max dan menarik kerah piamanya. “Katak
Ivory bergerak sendiri seperti yang sudah ia katakan pada Max. Bahkan sebelum Benjamin menyadari kepergiannya, ia sudah meninggalkan rumah dan menelusuri jalanan yang baru pertama kali ia kunjungi demi menemukan titik ordinat seperti yang ditunjukkan oleh sahabatnya di lautan. Ia dengan sengaja meminta bantuan beberapa sahabat yang di laut, daratan, maupun di udara. Titik yang ditunjukkan oleh sahabatnya tampaknya tak jauh lagi, tetapi Ivory tidak menemukan pemukiman apa pun di sekitarnya. Hanya hutan yang dihuni oleh sekelompok hewan buas dan selebihnya, ia tak menemukan tanda-tanda kehidupan. Namun, ia ingat kalau dirinya berurusan dengan makhluk yang menguasai sihir jauh lebih baik dibanding dirinya. Karenanya, ia kemudian menghubungi Mirielle dengan menggunakan telepati untuk memastikan apakah ia memilih jalan yang tepat atau sebaliknya. Ivory menghentikan langkahnya, memakai tudung jubahnya kemudian bersembunyi di semak-semak di mana titik koordinat yang i
Max sejak tadi menanti kedatangan Ivory yang pergi sejak pagi buta dan hingga petang belum juga menunjukkan kemunculannya. Max bahkan meminta bantuan Mirielle untuk memeriksa kondisi Ivory karena ia sangat mencemaskannya. Dan ketika Mirielle memberi informasi bahwa Benjamin mengikuti Ivory ke mana pun Ivory pergi, Max mulai geram. Ia berniat untuk menyusul sang istri, tetapi Mirielle melarang, karena hal itu hanya akan memperumit keadaan. Ivory membutuhkan waktu untuk mengatur siasat, dan Max hanya perlu percaya pada wanita itu. Sudah banyak hal yang Ivory lalui dan Mirielle yakin wanita itu akan bisa mengatasi dan mengatur strategi terbaik yang nantinya akan memungkinkan keberhasilan misi mereka. Max masih menanti, tetapi beberapa kali menghubungi Mirielle yang tengah duduk berdua dengan Ronan di ruangannya untuk membicarakan masalah mereka. Dan setiap kali Mirielle hendak memulai perbincangan dengan kekasihnya, Max pasti akan menghubungi. “Damn! Ap
Ivory sudah menyelesaikan misi pertama di mana dirinya harus menemukan tempat persembunyian Linea dan Seth. Namun, sayangnya, tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan kedua serigala penyihir itu di mana pun, meski Ivory telah mengikuti titik yang disebutkan oleh sahabatnya di lautan. Ia menanti hingga petang dan tak ada kemungkinan mereka akan bertemu dengan Linea atau setidaknya Seth. Ivory tak ingin membuang waktu, ia bergegas kembali ke tempat di mana dirinya mengikat Benjamin dan berniat membebaskannya. Namun, setibanya di sana, ia tak melihat keberadaan Benjamin yang ia ingat benar di mana ia telah mengikat lelaki itu. Ivory tertegun sejenak sebelum mengambil keputusan untuk kembali ke rumah dan mengabarkan semua pada Max dan Mirielle yang sejak tadi pasti telah menantikan kabar darinya. Ia tiba di rumah dan Benjamin ada di sana bersama Max yang nyaris saja terjadi baku hantam di antara keduanya. “Hey! Apa yang kalian lakukan?!” Ivory berdiri di
Beberapa tahun kemudian ... “Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima. Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?” “Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max. “Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mere
Seth tersungkur tanpa daya di atas tanah, pandangan mata sayunya pandangi langit malam di mana bulan purnama tengah benderang menyinari dunia. Seth bisa mendengar lolongan serigala yang memuja Amethyst. Sebagai tanda syukur kemenangan mereka. Hawa panas menggelegak. Keheningan mencekam ini, Seth mati rasa, tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. ‘Dad. Katakan padaku. Kalau aku adalah seorang putra dan keturunanmu yang baik.’ Wajah sang ayah yang tersenyum manis berkelebatan di benak Seth saat mendiang menyerunya penuh kasih sayang. Seth masih ingat kenangan itu dengan jelas. Linea berlarian menerjang kubangan-kubangan api yang meratakan tanah, sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terasa sangat mengejang, demi apa pun. Melihat Seth menghadapi kematian, membuatnya Linea terseok-seok. Dia menyambar tubuh Seth yang tidak berdaya; merenggang nyawa. “Seth, astaga. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan anak-anakku. Dia membutuhkanmu. Jangan pergi, Seth. Kau harus melihat
TAANG!!! Anak panahnya meleset ke arah lain ketika Seth mematahkannya dengan sambaran petir. Terlepas dari tepat sasaran atau tidaknya, Ronan tak peduli. “Lihat aku di sini, Rogue tolol!” ejek Ronan tersenyum miring, dia sengaja benar memancing emosi Seth yang mudah sekali tersulut. “Dasar bodoh! Siapa pun tidak ada yang dapat mengalahkan aku!” amuk Seth terus luncurkan semua serangannya secara brutal. “Kau, Omega tidak berguna! Jangan halangi aku!” DUARR!!! Ronan berlari menghindar ketika serangkaian ledakan api meletus hebat di belakangnya. Melompat dengan langkah kaki panjang, bergerak gesit, cekatan serta lincah. Bermanuver—tak sulit menghindari serangan Seth yang lambat-laun mulai melambat. “Ada apa denganmu? Mengapa kau lamban sekali? Kau bahkan tidak bisa menggoresku sedikit saja!” Ronan terpingkal geli. Sekali lagi, dia melesatkan dua pasang anak panah. “DIAM KAU! Percuma! Serangan panahmu ini tidak akan bisa melumpuhkan aku!” DUARR!!! Ronan melompat tinggi di atas ud
Markus tanpa pikir panjang kembali, menyelamatkan karibnya. Dia menerobos semua ledakan-ledakan petir yang meletus di kanan-kirinya, berlari cepat demi menyelamatkan Alegria yang kepayahan akibat pendarahan. Markus bergegas menyambar Alegria yang terkapar, melompat cepat—menghindari sambaran petir lainnya yang tiada hentinya berdatangan.“Mengapa kau kembali? Bagaimana dengan pasukanmu?” tanya Alegria lemah dan merasa bersalah. Dia diserang oleh gelombang batuk darah.“Masih tanya juga! Tentu saja menyelamatkanmu! Mustahil, meninggalkanmu mati di sana! Pasukanku yang tersisa mereka berhasil ke tempat aman. Rogue itu memang keparat! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan sihir mengerikan seperti ini!?”Markus, Alegria, Marion, William dan semua pasukan yang tersisa berhasil mencapai zona perimeter aman yang sebelumnya telah disiapkan oleh mereka. Menjauhi medan pertempuran yang mustahil mereka hadapi. Mereka mengubah diri ke wujud manusia.
“Menyerahlah saja kau, Seth! Tidak ada jalan keluar atau lari! Sebelum kami semua benar-benar membunuhmu!” kecam Mirielle bersungguh-sungguh dengan ucapannya. “Kau sudah terkepung! Kau harus membayar seluruh kejahatanmu di hadapan Dewi Amethyst!”BZZT!“Kau pikir siapa dirimu?! Karena kau Elder pilihan yang menjembatani Dewi Bulan, kau pikir bisa berbuat segalanya?”Mirielle mencibir setengah meradang. “Tidakkah kau pikirkan semua korban yang telah kau hancurkan hidupnya? Pack yang tidak bersalah atau berdosa! Tidakkah kau memikirkan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka? Aku tak paham mengapa kau memilih jalan beracun seperti ini?!”CLASSH!BLARR!“Tidak usah sok memahamiku, Mirielle! Aku tak peduli apa pun! Selama tujuanku tercapai, dendam kematian leluhurku terbalaskan, dan semua kelompok Pack yang kalian agung-agungkan itu hancur selamanya! Justru aku senang menghancurkan kalian semua hingga tidak ada yang ter
Mirielle merintih putus asa. “Max! Jawab aku! Mom! Dad! Ronan, please! Anybody hear me?!”“Elle?! Kau di mana?! Kau baik-baik saja?! Bertahanlah, Elle! Aku bersama pasukan The Cardinal, anggota Pack dan keluarga! Sebentar lagi, sampai! Kau tidak terluka ‘kan? Kami semua cemas sebab tak mendengar kabar apa pun darimu.” Max menjawab dari mind-link. “Katakan kalau kau bersama Lyra sekarang?”Helaan napas lega terdengar dari hidung bangir Mirielle. “Aku tidak bersama Lyra, Max. Aku gagal mendapatkannya. Ini semua karena kekuatan sihirku yang belum pulih sepenuhnya! Seth dan Linea memiliki mantra dinding sihir kuat. Padahal, aku nyaris berhasil. Aku mengacau! Aku baik-baik saja! Max, ada situasi genting! Sebelum kau menyaksikannya secara langsung. Aku ingin kau dengarkan ucapanku dulu.”“Tunggu sebentar, Elle! Aku mengendus bau Ivy dekat sini?! Apa itu jeritan istriku?! SEDANG APA DIA? MENGAPA IVY BISA BERSAMA DENGAN SETH?!!”Sensasi berdenyut
“Sekarang apa maumu?” tanya Linea mengeraskan nada suaranya. Dia menjerit penuh amarah. “Aku telah mengikuti semua perintahmu! Kau bilang ingin dapatkan darah Ivy demi memperkuat kekuatan kita?! Mengapa sekarang kau malah menawannya?! Kau bilang membangun Mansion khusus untuk wanita ini?! Apa kau sudah gila?! Kau mengingkari janjimu, Seth!”Seth tertawa bengis. Tetap mencengkeram tubuh Ivory dalam belitan tangannya. Mereka perlahan-lahan berjalan mundur. “Kau kira siapa dirimu, Linea?! Mengatur atau mengendalikan diriku?! Sudah kubilang berkali-kali jangan konyol! Kita melakukan segalanya sesuai kesepakatan, ingat?! Inilah tujuanku! Mendapatkan Ivy kembali.”Ivory mendesis jijik ketika Seth menjilati ceruk lehernya. Rasanya dia ingin sekali menghajar Seth sekarang juga, tetapi apa dayanya. Kekuatan Seth terlalu kuat untuk dilawan. Semakin Ivory memberontak—semakin Seth mencekiknya. Linea menggeleng. Mulai banjir air mata, mengentakkan kaki menahan b
“Oh! Akhirnya, Benjamin mampu memenuhi kesepakatannya! Senang sekali, kau mengerti maksudku. Maaf, kuharap Watcher yang aku utus, tidak memperlakukanmu dengan buruk, ya? Mendengar kau datang bersama Ivory.” Suara Seth menggema di sela-sela tawa maniaknya. “Woah, ini pencapaian terbesarku, bukan? Aku meminta Benjamin menukar darah Ivory tapi dia malah membawanya kemari. Well done, Ben. Aku tahu kau memang tak akan mengecewakan aku.”Benjamin mendesis sinis. “Cukup basa-basinya, keparat! Aku telah memberikan apa yang kau mau. Lantas, di mana Lyra sekarang?! Berikan kepadaku sekarang juga!”Ivory meraung marah. “Lyra milikku! Seth, jangan berani kau melukai satu helai rambut pun putriku. Bila kau menyakitinya aku bersumpah akan membunuhmu!”Seth terbahak geli. Matanya meneliti Ivory penuh obsesi. “Oh, ayolah. Lyra aman di tangan kami. Jadi, jangan cemas. Selama kalian menuruti semua perintahku, nyawanya terjaga, sayang.”Ivory membuang pandangannya, tidak sudi mendengar kata-kata Seth se
“Ini kesempatanku,” ucap Ivory setengah berbisik. “Tidak ada waktu lagi. Aku harus menemui Benjamin segera.”Ivory menimang bayinya sampai mereka tertidur. Menggendong, membaringkan Mackenzie dan Isaac di dalam ranjang bayi mereka. Helaan napas Ivory terdengar penuh beban berat. Dia telah mempertimbangkannya, memikirkan ucapan Benjamin sebelumnya dengan keputusan panjang. Hingga membawa Ivory pada jalan akhir, menyetujui kesepakatannya bersama Benjamin. Ivory tahu keputusannya ini memang gila. Memicu kemarahan terbesar Max, namun apa dayanya. Ivory tidak punya pilihan lain demi menyelamatkan nyawa Lyra, keluarga kecilnya dan menyudahi peperangan melelahkan ini. “Maafkan aku, nak. Aku hanya lelah dengan semua pertumpahan darah, pertempuran, dan pertikaian tiada berujung ini. Mungkin melalui pengorbananku, perang ini bisa dihentikan. Yang Seth inginkan hanya aku, bukan Lyra. Jika menyerahkan diri bisa menyelamatkan semuanya. Maka keputusanku ini sepadan.” Gumam Ivory mengusap puncak k