Share

4. Terkutuk

Penulis: Kennie Re
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-18 00:13:33

“Apa kau menguntitku?” tuding Max, yang membuat Ivory mencebik.

“Apa? Aku? Menguntitmu? Apa untungnya, Tuan? Kau sudah memberikan apa yang kau janjikan, bagiku sudah lebih dari cukup!”

“Ya, siapa tahu kau ingin menuntut tanggung jawabku karena telah merenggut keperawananmu. Wanita jaman sekarang sering kali tidak masuk akal.” Max menggerutu, kemudian kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya.

“Kalau kau sudah selesai, kau bisa kembali ke tempatmu!” titahnya, dingin.

Ivory memandangi Max sejenak. Lelaki itu begitu angkuh dan tak berperasaan, padahal beberapa jam lalu, ia bersikap lembut padanya dan tidak menunjukkan sikap arogansinya.

Ivory tak ingin banyak bicara. Ia segera menyelesaikan pekerjaannya lalu angkat kaki dari ruangan bosnya itu.

Gadis itu mengembalikan perlengkapan kembali ke tempat semula sembari menggerutu. Ia sangat menyesali kebodohannya telah membantu lelaki angkuh itu untuk lepas dari kutukan dan merelakan keperawanannya.

“Andai saja aku bisa berpikir jernih tadi malam. Aku tidak harus menghadapi masalah seperti sekarang,” gumamnya penuh sesal. “Apa yang membuatku setuju untuk membantu orang sombong seperti laki-laki itu?”

Ivory terus saja merutuki nasib sialnya yang harus berurusan dengan Max. Meski ia telah menerima uang dari lelaki itu, tetapi pada akhirnya ia merasa seperti diperlakukan secara tidak pantas.

Apakah karena Ivory hanya seorang petugas kebersihan hingga Max boleh bicara dengan angkuh?

Benar kata Jane, bos mereka itu memang sedikit berbeda dibanding lelaki kebanyakan.

“Hey, kau!”

Ivory nyaris terlompat saat mendengar suara bariton berat itu memanggilnya, lagi-lagi tanpa tata krama. Ivory berbalik badan dan menemukan Max yang berdiri di ambang pintu ruang janitor sembari bersedekap.

“Buatkan aku kopi. Aku tidak suka manis, tetapi tambahkan sedikit krimer di dalamnya, lalu bawakan ke ruanganku. Sekarang!”

Lelaki itu langsung berbalik, dan pergi tanpa mengucap terima kasih pada gadis itu.

Ivory tanpa sadar mengumpat. Wajahnya mengetat dan memerah. Namun, ini adalah pekerjaannya, maka harus ia lakukan dengan baik, semenyebalkan apa pun bosnya.

Ivory berjalan hati-hati dengan nampan berisi secangkir kopi di tangannya. Ia tidak memasukkan krimer langsung ke dalam kopi melainkan meletakkannya dalam sebuah wadah kecil, dengan secawan gula balok yang bisa Max gunakan kalau ia merasa minumannya kurang manis.

Ivory masuk ke ruangan itu setelah Max mempersilakannya untuk masuk.

“Ini kopi yang Anda pesan, Tuan.”

Ivory meletakkan nampan cangkir dan lainnya ke atas meja, kemudian mengambil sesuatu dari balik pakaiannya. Ia sodorkan tepat di hadapan Max.

“Sekalian aku ingin mengembalikan ini.” Ivory melangkah mundur setelah amplop berwarna coklat itu berada di hadapan Max.

“Apa ini?” tanya lelaki itu, kemudian mengintip isinya dan alisnya berkerut saat tahu bahwa amplop tersebut adalah uang yang Max berikan sebagai tanda terima kasih atas malam yang indah dan pelayanan yang luar biasa.

Tidak, tentu saja!

Itu adalah ucapan terima kasih karena menurut Max, kutukan yang ada padanya telah menghilang dengan beberapa bukti yang sudah ia tunjukkan pada Ivory pagi tadi.

“Mengapa kau mengembalikan ini? Kau sombong sekali, padahal aku tahu kau sangat membutuhkannya,” ucap Max, menautkan kedua jari-jemarinya di atas meja dan memusatkan atensi penuh pada Ivory.

Gadis itu—yang sejak awal tadi merasa terhina atas sikap Max. Lelaki itu bahkan menuduh Ivory menguntit demi meminta pertanggung jawaban darinya.

Ivory cukup tahu diri dan bukanlah perempuan yang akan memanfaatkan kondisi.

Ivory mengedikkan bahu.

“Well, kurasa aku tidak membutuhkan uangmu. Rasanya terlalu murahan jika aku menukar keperawananku dengan sejumlah uang,” ucapnya.

Max nyaris menghinanya lagi, tetapi Ivory dengan cepat memutar tubuhnya dan berniat keluar dari ruangan itu.

“Katakan apa maumu? Mengapa kau mengembalikan apa yang seharusnya menjadi hakmu?” tanya Max dengan volume dan intonasi yang cukup tinggi. “Bukankah ini yang sudah kujanjikan sebagai tanda terima kasih?”

Ivory mengurungkan niat keluar dari ruangan itu. Ia yakin, masih banyak yang ingin dikatakan oleh Max untuknya.

“Apa jangan-jangan, benar dugaanku. Kau ingin menuntut tanggung jawab dariku karena telah menggaulimu. Iya, kan?” tuding lelaki itu yang membuat Ivory naik pitam.

Gadis itu berbalik dan melayangkan satu tamparan keras ke rahang Max kemudian menatap wajah tampan lelaki itu dengan tatapan tajam.

“Aku mengembalikan uang itu bukan karena menginginkan tanggung jawab, Tuan—siapa pun namamu! Asal kau tahu, dan kurasa kau sudah tahu kalau aku memang masih perawan, tetapi bukan berarti hidupku tidak berarti. Aku tidak memberikan kesenangan pada sembarang lelaki. Apalagi yang angkuh dan suka menghina sepertimu.”

“Lalu apa maumu kali ini?”

Ivory terdiam, berusaha menenangkan gejolak dalam batinnya yang sangat marah dan membenci Max dan bersumpah tak ingin bertemu lelaki itu lagi.

“Aku tidak ingin ada keterikatan antara kita. Dan kau harus tahu kalau kau tidak bisa membayarku untuk apa pun itu. Permisi.”

Ivory tak mau peduli lagi apa pun yang terjadi pada Max. Bisa saja kutukan itu hanya alasan agar ia bisa menidurinya, dan mengetahui kenyataan itu membuat Ivory merasa sesak.

Baru kali ini ia bertemu dengan lelaki manipulatif seperti Max. Ia tak menyangka kalau apa yang dibayangkannya tentang pria itu justru berbeda jauh dari kenyataan.

Memang, mulanya Ivory sempat berpikir bahwa Max adalah lelaki yang baik. Itu sebabnya ia percaya dan memberikan keperawanannya pada lelaki itu. Namun, setelah mengetahui tingkah laku dan ucapan Max yang menyakiti perasaannya, Ivory tak ingin lagi berurusan dengan lelaki itu.

Ia kembali ke ruangannya hanya untuk mengambil barang-barang miliknya dan pergi dari tempat itu. Ia tak menyadari, Jane menghalangi langkahnya lagi. Kali ini, bukan untuk memberitahukan tugasnya membersihkan ruangan bos, melainkan untuk mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu pada Max.

“Ivy, hey! Apa yang kau lakukan di ruangan tuan Reynz barusan? Apakah kau membuat kesalahan?” tanya Jane dengan wajah memucat.

Alis Ivory berkerut, tanda bahwa ia tak mengerti apa pun yang ingin disampaikan oleh Jane padanya. Ia bahkan tak menyentuh lelaki itu sama sekali, dan tak peduli apa pun yang sedang menimpanya saat ini.

“Apa maksudmu? Aku melakukan tepat seperti yang kau perintahkan. Jika ia bertingkah aneh, seperti yang kau bilang, karena ia memang aneh.”

Jane berdecak kesal melihat sikap tak acuh Ivory. Ia kemudian menarik lengan sahabatnya itu menuju ke ruangan Max.

“Ayo, kemarilah! Kau dengarkan sendiri, ia seperti menggeram. Apakah ia sedang marah?” tanya Jane. “Celaka! Setelah ini adalah jadwalku untuk membereskan ruangannya. Kalau dia bertingkah seperti itu, aku takut kalau—“

Ivory mendesah, kemudian memutar tubuh untuk pergi. Memang apa urusannya dengan kelakuan Max yang aneh?

“Ivy, tunggu! Mengapa kau tidak mengatakan sesuatu? Apa yang terjadi? Apakah kau tahu sesuatu mengenai tuan Reynz? Apakah kau melakukan sesuatu yang membuatnya marah?”

Gadis yang ditanya sejak tadi hanya bungkam dan kini ia menjawab dengan mengedikkan bahu. Tampak jelas telah terjadi sesuatu pada Ivory dan si bos yang tiba-tiba bertingkah aneh di dalam sana.

“Mungkin ia sedang bercinta dan itu suara erangnya saat mencapai puncak kenikmatan. Katamu ia bos yang mesum dan hobi membawa wanita, bukan? Siapa tahu ia sekarang sedang melakukannya.” Ivory menjawab dengan malas. “Baiklah, aku pulang dulu. Good luck untuk kerjamu hari ini, Jane. Kalau dia sedang birahi, sebaiknya kau jangan mendekat. Aku serius.”

Ivory pergi menjauh, sementara di dalam ruangan, Max masih dengan apa yang dilakukan olehnya sejak tadi. Seperti yang didengar Jane, tetapi tak benar apa yang dikatakan Ivory.

Max todak sedang bercinta, tetapi mengapa tubuhnya kembali berubah menjadi wujud mengerikan itu.

Max terus menggeram, antara marah, kesal, dan benci terhadap kondisinya sendiri. Ia tak tahu lagi, apakah ini karena sikapnya terhadap Ivory, ataukah karena bukan Ivory gadis berambut perak yang dimaksud oleh Ange.

Atau bisa juga gadis itulah yang dimaksud, dan sikap Max membuat Ivory kesal lantas menjadikannya kembali terkutuk dan harus merasakan kondisi yang sama lagi.

“Arrgh!!! IVORY!!!”

Bab terkait

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   5. Melarikan Diri

    Ivory bergegas membereskan barang-barangnya, karena ia tak lagi berniat untuk berjualan di tempat yang sama. Ia masih sempat mendengar geraman dan teriakan bosnya sebelum ia pergi dari kantor dan ia pastikan tak akan kembali ke tempat itu lagi.Ia takut kalau pria itu nantinya akan mencari dan memintanya kembali bekerja.Ya ... itu hanya pikiran Ivory yang mungkin saja tidak akan pernah terjadi. Pria sombong seperti Max tak akan pernah membutuhkan orang sepertinya, bukan?Kalau pun Max mencari dan meminta sesuatu dari Ivory, maka Ivory akan pastikan tak akan pernah memberikan kesempatan seujung kuku pun untuk pria itu. Ia tak ingin terluka untuk ke sekian kalinya.Baru saja Ivory hendak pergi, ponselnya berdering begitu nyaring hingga ia bergegas untuk menjawab panggilan itu sebelum suara telepon genggamnya itu terdengar hingga ke luar rumah. Jangan sampai siapa pun mengetahui keberadaannya.“Ivy, di mana kau?” tanya si penelepon di seberang.Ivory tahu siapa yang menghubunginya, tent

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   6. Gadis Rambut Perak yang Bersirip

    Max berjalan tanpa tujuan. Tidak! Tujuannya tentu saja ke rumah. Ia harus menemui orang yang mungkin bisa menyelamatkannya dari dosa yang telah ia lakukan. Ia telah melenyapkan gadis itu. Ivory pasti sudah mati karena terjatuh ke laut yang dingin dan dalam. Ditambah, dengan ketinggian antara jembatan dan permukaan laut, tak mungkin jika tubuhnya tidak terempas.Kalau pun gadis itu selamat, mungkin ia akan mengalami gegar otak lalu hilang ingatan. Namun, sepertinya itu lebih baik ketimbang kehilangan nyawa.Max masuk ke dalam rumah, bajunya compang-camping tak keruan karena perubahannya yang sembarangan dan mulai tidak terkontrol. Ia tak mengerti mengapa itu bisa terjadi, tetapi begitulah kenyataannya.Ia adalah seorang monster sekarang. Ditambah lagi dirinya sudah melenyapkan seorang gadis yang tak punya andil atas kondisinya.“Mirielle! Kau di mana, Elle!” panggil Max, tergesa dan tampak gurat cemas di wajahnya. Saudara kembarnya yang sejak tadi mengurung diri di kamar, terjingkat ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   7. Makhluk Mitologi

    Ivory merasa jantungnya berdegup tak karuan, napasnya memburu—berusaha memusnahkan benda aneh yang seperti melekat pada bagian tubuhnya ini. Ia adalah seorang manusia, bukan ikan! Namun, mengapa kini dirinya tak jauh berbeda dengan apa yang barusan menyelinap di kepalanya?Benarkah apa yang dilihatnya saat ini bahwa ia adalah seekor makhluk air yang juga termasuk makhluk mitologi dan tak akan pernah dipercaya keberadaannya?Putri duyung hanyalah dongeng pengantar tidur. Sangat sulit baginya mempercayai kalau dirinya adalah bagian dari makhluk mitologi, sama seperti Max yang seorang manusia serigala!Ivory tak akan pernah percaya itu!Gadis itu bangkit, sudah bukan lagi waktunya untuk meratapi nasib, karena bisa saja seseorang menyadari keberadaannya di sana. Dan dengan penampilannya saat ini, bisa saja orang-orang akan beramai-ramai menjadikannya bahan tontonan atau bahkan membawanya untuk dikuliti dan dijadikan santapan makan malam.Ivory bergidik membayangkan hal-hal mengerikan itu

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   8. Kau Milikku

    Max berusaha menelusuri keberadaan Ivory keesokan harinya. Tepat di bawah jembatan di mana ia nyaris menghabisi nyawa gadis itu. Dan memang, ia sudah melakukannya. Ivory kini tak lagi ada di dunia ini. Namun, setidaknya Max bisa menemukan jasad gadis itu.Bisa jadi ada di dalam lautan, atau di mana pun di sekitar tempatnya berdiri saat ini.Max bisa saja meminta bantuan Mirielle, adiknya, untuk memastikan di mana keberadaan Ivory dan apakah gadis itu masih hidup atau sudah mati. Namun, sejak semalam Mirielle enggan mengatakan apa pun mengenai Ivory meski Max telah mendesaknya.Mirielle tahu segalanya, tetapi ia selalu menyimpan untuk dirinya sendiri. Dan gadis itu tak suka kalau disebut sebagai cenayang.“Di mana kau, Ivory?” gumamnya sendiri. Ia tetap berjalan menelusuri pesisir pantai hingga melihat sesuatu yang membuatnya yakin bahwa Ivory memang pernah berada di sana.Pakaian yang dikenakan Ivory malam tadi, koyak tak berbentuk, tetapi Max ingat betul warnanya yang sangat serasi d

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   9. Diperbudak

    “Benda ini akan kusimpan. Kau tak perlu lagi bertanya mengenai gadis itu, Max. Kau sudah menyusahkan banyak orang, kau tahu itu?!” omel Mirielle, saat tahu sang kakak kembali menemuinya demi memastikan beberapa kepingan menyerupai logam yang warnanya sedikit tak lazim.Mirielle bisa saja mencari tahu mengenai benda itu, atau pun mengenai Ivory. Namun, ia tak lakukan. Tidak semudah itu.Ia sudah tahu apa yang terjadi pada Max yang membuat dirinya terus mencari gadis itu. Dan Mirielle yakin, jika ia membantu Max, pada akhirnya pria itu akan membuat masalah lagi.“Mengapa kau begitu tega pada kakakmu, Elle?! Aku tahu kau pasti sudah tahu di mana keberadaan Ivory.”Mirielle memutar tubuh dan menancapkan tatapannya pada manik sewarna kiwi milik pria di hadapannya, kemudian terus memandanginya tanpa teralihkan. Memang begitu niat Mirielle, untuk mengintimidasi Max agar ia berterus terang atas apa yang telah ia lakukan terhadap gadis itu.“A-aku hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh nenek

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   10. Menyewa untuk Satu Hari

    Tak penting siapa pria bernama Benjamin yang kini tengah mengungkung Ivory menjadi tawanannya. Karena yang paling penting saat ini adalah pria itu memperlakukan Ivory dengan sangat baik.Bahkan terlalu baik jika dibandingkan dengan perlakuan Max terhadapnya.Terlebih setelah pria itu berhasil mengembalikan kaki Ivory, gadis itu merasa sangat berterima kasih.“Mengapa kau berbuat baik terhadapku? Apa yang kau inginkan?” tanya Ivory, masih dengan nada skeptis yang tak mungkin akan sirna meski dengan perlakuan baik dari Benjamin sekali pun.Ia tetap saja akan bertanya mengenai asal-usul pria dengan tampilan menawan itu.“Aku adalah mimpi indahmu, Ivy. Kau tak perlu cemas, karena aku tidak akan menyakitimu.”Ivory masih tak percaya. Ia menajamkan tatapan ke arah pria itu demi menemukan kebenaran di dalam bola matanya yang berkilau.“Kau pasti memiliki tujuan buruk. Katakan padaku!”Benjamin terkekeh.“Apa menurutmu seperti itu? Boleh saja jika kau berpikir begitu. Namun, kau bisa buktikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   11. Kau Milikku (2)

    Ivory duduk termangu memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong. Wajahnya memberengut, teringat kejadian di kelab yang membuat perasaannya bercampur aduk. Ia kesal sekaligus malu. Benjamin harus tahu apa yang dilakukan anak buahnya itu yang membuat Ivory tidak bisa menikmati malam pestanya beberapa jam lalu. “Jadi Black menghajar pria itu?” tanya Benjamin sembari menyodorkan segelas minuman untuk Ivory. Ivory meraih gelasnya tetapi tidak memberi respon sama sekali. Ia masih marah, tentu saja. Meski ia tak tahu, apa alasan dirinya kesal pada sikap Black barusan. Pria itu dimandat oleh Benjamin untuk menjaganya, jadi wajar saja ia bertindak saat ada pria yang menyentuh Ivory. “Dan kau marah padaku padahal Black yang memukul pria itu. Memangnya siapa pria itu sampai kau begitu kesal, hm?” “Bukan siapa-siapa, Ben. Hanya tamu yang ingin melihat tarianku. Dan anak buahmu yang berlebihan itu justru membuatku malu!” Benjamin tergelak mendengar omelan Ivory yang justru terdengar beg

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   12. Menyambut Ivy

    Ivory kembali melakukan apa yang ia suka. Mulanya ia tak berniat untuk keluar dari kamarnya—bagaimana pun, kelab ini bukan tempat yang sesuai untuknya. Namun, ia sering kali merasa bosan, dan saat pertama kali melangkahkan kaki memasuki kelab, ketertarikannya akan tiang dansa itu membuatnya ketagihan. Benjamin adalah seorang yang cemburuan. Ia memerintahkan Black dan Blue untuk menjaga selama Ivory berada di atas meja dansa. Dan kedua pengawal itu melakukannya dengan baik. “Black, kau dengar aku! Aku tidak mau kau mengulangi apa yang kau lakukan kemarin. Apa kau mengerti?” tegas Ivory saat mereka berada di ruang ganti khusus. Black berada di luar ,sementara Ivory di dalam dan menukar pakaiannya dengan kostum yang telah disediakan untuknya. Suara Ivory terdengar sampai ke tempat Black, tetapi pria itu dilanda kegalauan. Ia menerima perintah dari Benjamin agar tak ada seorang pun yang bisa menyentuh Ivory, sementara gadis pembangkang itu menginginkan kelonggaran. Namun, jika Black

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20

Bab terbaru

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   ENDING (EXTRA PART)

    Beberapa tahun kemudian ... “Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima. Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?” “Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max. “Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mere

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   130.

    Seth tersungkur tanpa daya di atas tanah, pandangan mata sayunya pandangi langit malam di mana bulan purnama tengah benderang menyinari dunia. Seth bisa mendengar lolongan serigala yang memuja Amethyst. Sebagai tanda syukur kemenangan mereka. Hawa panas menggelegak. Keheningan mencekam ini, Seth mati rasa, tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. ‘Dad. Katakan padaku. Kalau aku adalah seorang putra dan keturunanmu yang baik.’ Wajah sang ayah yang tersenyum manis berkelebatan di benak Seth saat mendiang menyerunya penuh kasih sayang. Seth masih ingat kenangan itu dengan jelas. Linea berlarian menerjang kubangan-kubangan api yang meratakan tanah, sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terasa sangat mengejang, demi apa pun. Melihat Seth menghadapi kematian, membuatnya Linea terseok-seok. Dia menyambar tubuh Seth yang tidak berdaya; merenggang nyawa. “Seth, astaga. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan anak-anakku. Dia membutuhkanmu. Jangan pergi, Seth. Kau harus melihat

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   129.

    TAANG!!! Anak panahnya meleset ke arah lain ketika Seth mematahkannya dengan sambaran petir. Terlepas dari tepat sasaran atau tidaknya, Ronan tak peduli. “Lihat aku di sini, Rogue tolol!” ejek Ronan tersenyum miring, dia sengaja benar memancing emosi Seth yang mudah sekali tersulut. “Dasar bodoh! Siapa pun tidak ada yang dapat mengalahkan aku!” amuk Seth terus luncurkan semua serangannya secara brutal. “Kau, Omega tidak berguna! Jangan halangi aku!” DUARR!!! Ronan berlari menghindar ketika serangkaian ledakan api meletus hebat di belakangnya. Melompat dengan langkah kaki panjang, bergerak gesit, cekatan serta lincah. Bermanuver—tak sulit menghindari serangan Seth yang lambat-laun mulai melambat. “Ada apa denganmu? Mengapa kau lamban sekali? Kau bahkan tidak bisa menggoresku sedikit saja!” Ronan terpingkal geli. Sekali lagi, dia melesatkan dua pasang anak panah. “DIAM KAU! Percuma! Serangan panahmu ini tidak akan bisa melumpuhkan aku!” DUARR!!! Ronan melompat tinggi di atas ud

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   128.

    Markus tanpa pikir panjang kembali, menyelamatkan karibnya. Dia menerobos semua ledakan-ledakan petir yang meletus di kanan-kirinya, berlari cepat demi menyelamatkan Alegria yang kepayahan akibat pendarahan. Markus bergegas menyambar Alegria yang terkapar, melompat cepat—menghindari sambaran petir lainnya yang tiada hentinya berdatangan.“Mengapa kau kembali? Bagaimana dengan pasukanmu?” tanya Alegria lemah dan merasa bersalah. Dia diserang oleh gelombang batuk darah.“Masih tanya juga! Tentu saja menyelamatkanmu! Mustahil, meninggalkanmu mati di sana! Pasukanku yang tersisa mereka berhasil ke tempat aman. Rogue itu memang keparat! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan sihir mengerikan seperti ini!?”Markus, Alegria, Marion, William dan semua pasukan yang tersisa berhasil mencapai zona perimeter aman yang sebelumnya telah disiapkan oleh mereka. Menjauhi medan pertempuran yang mustahil mereka hadapi. Mereka mengubah diri ke wujud manusia.

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   127.

    “Menyerahlah saja kau, Seth! Tidak ada jalan keluar atau lari! Sebelum kami semua benar-benar membunuhmu!” kecam Mirielle bersungguh-sungguh dengan ucapannya. “Kau sudah terkepung! Kau harus membayar seluruh kejahatanmu di hadapan Dewi Amethyst!”BZZT!“Kau pikir siapa dirimu?! Karena kau Elder pilihan yang menjembatani Dewi Bulan, kau pikir bisa berbuat segalanya?”Mirielle mencibir setengah meradang. “Tidakkah kau pikirkan semua korban yang telah kau hancurkan hidupnya? Pack yang tidak bersalah atau berdosa! Tidakkah kau memikirkan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka? Aku tak paham mengapa kau memilih jalan beracun seperti ini?!”CLASSH!BLARR!“Tidak usah sok memahamiku, Mirielle! Aku tak peduli apa pun! Selama tujuanku tercapai, dendam kematian leluhurku terbalaskan, dan semua kelompok Pack yang kalian agung-agungkan itu hancur selamanya! Justru aku senang menghancurkan kalian semua hingga tidak ada yang ter

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   126.

    Mirielle merintih putus asa. “Max! Jawab aku! Mom! Dad! Ronan, please! Anybody hear me?!”“Elle?! Kau di mana?! Kau baik-baik saja?! Bertahanlah, Elle! Aku bersama pasukan The Cardinal, anggota Pack dan keluarga! Sebentar lagi, sampai! Kau tidak terluka ‘kan? Kami semua cemas sebab tak mendengar kabar apa pun darimu.” Max menjawab dari mind-link. “Katakan kalau kau bersama Lyra sekarang?”Helaan napas lega terdengar dari hidung bangir Mirielle. “Aku tidak bersama Lyra, Max. Aku gagal mendapatkannya. Ini semua karena kekuatan sihirku yang belum pulih sepenuhnya! Seth dan Linea memiliki mantra dinding sihir kuat. Padahal, aku nyaris berhasil. Aku mengacau! Aku baik-baik saja! Max, ada situasi genting! Sebelum kau menyaksikannya secara langsung. Aku ingin kau dengarkan ucapanku dulu.”“Tunggu sebentar, Elle! Aku mengendus bau Ivy dekat sini?! Apa itu jeritan istriku?! SEDANG APA DIA? MENGAPA IVY BISA BERSAMA DENGAN SETH?!!”Sensasi berdenyut

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   125.

    “Sekarang apa maumu?” tanya Linea mengeraskan nada suaranya. Dia menjerit penuh amarah. “Aku telah mengikuti semua perintahmu! Kau bilang ingin dapatkan darah Ivy demi memperkuat kekuatan kita?! Mengapa sekarang kau malah menawannya?! Kau bilang membangun Mansion khusus untuk wanita ini?! Apa kau sudah gila?! Kau mengingkari janjimu, Seth!”Seth tertawa bengis. Tetap mencengkeram tubuh Ivory dalam belitan tangannya. Mereka perlahan-lahan berjalan mundur. “Kau kira siapa dirimu, Linea?! Mengatur atau mengendalikan diriku?! Sudah kubilang berkali-kali jangan konyol! Kita melakukan segalanya sesuai kesepakatan, ingat?! Inilah tujuanku! Mendapatkan Ivy kembali.”Ivory mendesis jijik ketika Seth menjilati ceruk lehernya. Rasanya dia ingin sekali menghajar Seth sekarang juga, tetapi apa dayanya. Kekuatan Seth terlalu kuat untuk dilawan. Semakin Ivory memberontak—semakin Seth mencekiknya. Linea menggeleng. Mulai banjir air mata, mengentakkan kaki menahan b

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   124.

    “Oh! Akhirnya, Benjamin mampu memenuhi kesepakatannya! Senang sekali, kau mengerti maksudku. Maaf, kuharap Watcher yang aku utus, tidak memperlakukanmu dengan buruk, ya? Mendengar kau datang bersama Ivory.” Suara Seth menggema di sela-sela tawa maniaknya. “Woah, ini pencapaian terbesarku, bukan? Aku meminta Benjamin menukar darah Ivory tapi dia malah membawanya kemari. Well done, Ben. Aku tahu kau memang tak akan mengecewakan aku.”Benjamin mendesis sinis. “Cukup basa-basinya, keparat! Aku telah memberikan apa yang kau mau. Lantas, di mana Lyra sekarang?! Berikan kepadaku sekarang juga!”Ivory meraung marah. “Lyra milikku! Seth, jangan berani kau melukai satu helai rambut pun putriku. Bila kau menyakitinya aku bersumpah akan membunuhmu!”Seth terbahak geli. Matanya meneliti Ivory penuh obsesi. “Oh, ayolah. Lyra aman di tangan kami. Jadi, jangan cemas. Selama kalian menuruti semua perintahku, nyawanya terjaga, sayang.”Ivory membuang pandangannya, tidak sudi mendengar kata-kata Seth se

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   123.

    “Ini kesempatanku,” ucap Ivory setengah berbisik. “Tidak ada waktu lagi. Aku harus menemui Benjamin segera.”Ivory menimang bayinya sampai mereka tertidur. Menggendong, membaringkan Mackenzie dan Isaac di dalam ranjang bayi mereka. Helaan napas Ivory terdengar penuh beban berat. Dia telah mempertimbangkannya, memikirkan ucapan Benjamin sebelumnya dengan keputusan panjang. Hingga membawa Ivory pada jalan akhir, menyetujui kesepakatannya bersama Benjamin. Ivory tahu keputusannya ini memang gila. Memicu kemarahan terbesar Max, namun apa dayanya. Ivory tidak punya pilihan lain demi menyelamatkan nyawa Lyra, keluarga kecilnya dan menyudahi peperangan melelahkan ini. “Maafkan aku, nak. Aku hanya lelah dengan semua pertumpahan darah, pertempuran, dan pertikaian tiada berujung ini. Mungkin melalui pengorbananku, perang ini bisa dihentikan. Yang Seth inginkan hanya aku, bukan Lyra. Jika menyerahkan diri bisa menyelamatkan semuanya. Maka keputusanku ini sepadan.” Gumam Ivory mengusap puncak k

DMCA.com Protection Status