Please, don't be a silent readers, Ok!
Happy reading :*
-----
"Berbeda? Hah! Berhenti membuatku tertawa, bitch!" Julia memundurkan tubuhnya kemudian menatap jelas ke perut Estelle. "Aku menyuruhmu mencari informasi tentangnya, tapi ternyata kamu malah menikmatinya sampai, hamil? Apa kamu tahu sekesal apa aku mendengar itu, hah?!"
=====
“Apa?”
Cengkeraman keras diberikan Julia pada lengan atas Estelle. Rasanya tidak terima dengan perih yang ia dapatkan di pipinya. Ingin menampar balik. Namun, harus ia tahan. Julia ingat sedang berada di mana kakinya berdiri sekarang.
“Benar-benar memuakkan melihatmu selalu bertingkah naif! Jujur saja, kamu sangat puas 'kan, bisa tidur dengan pria yang aku sodorkan padamu, hm? Berpura-pura tidak mau, tapi ternyata--” Sapuan tangan yang penuh tenaga kembali melayang. Namun, kali ini bisa di tangkap Julia.
“Sekali lagi menampar, aku akan membuatmu malu se
Sebarkan komentar kalian di setiap paragraf ;DKalau banyak, langsung publish satu bab lagi!Happy reading!------Empat orang saling menukar dan menandatangani beberapa berkas. Outfit formal dan ekspresi mereka menjadikan suasana di sana terlihat lebih serius. Saat ini, tidak ada suara lain kecuali suara gesekan kertas yang dibuka.Dave telah selesai menandatangani berkas-berkas pentingnya, menaruh pena tanpa mengganggu pria berperawakan tegap yang memiliki paras jepang. Memandang dengan senyum samar yang mungkin akan sulit dilihat orang lain jika tidak dilihat dengan teliti.Sang pria berparas jepang menaruh penanya, mengangkat kepala dan tersenyum hangat pada Dave. “Senang bekerja sama dengan anda Mr. Dave. Kami akan sangat menantikan kedatangan anda ke Jepang,” ucapnya dengan senyum yang belum luntur dari wajah.Dua orang pria di sana, yang masing-masing memiliki
Sebarkan komentar kalian di setiap paragraf ;DHappy reading!------“Apa yang kamu lakukan! Keluar!” seru Dave, ia memundurkan tubuhnya sampai menyentuh pintu. Jantungnya langsung berdetak kencang melihat Estelle masuk begitu saja dan menduduki kursi penumpang.=====Estelle menutup rapat mulutnya, kemudian melilitkan mafela pada wajah lalu menarik kembali hoodie yang sempat ia turunkan ketika sedang bertengkar dengan Julia tadi. Duduk dengan punggung tegak serta pandangan mata yang menatap lurus ke depan. Biarkan ia egois kali ini. Pun, tidak apa jika ia harus dibenci seluruh dunia setelah ini.“Aku tidak akan bergerak dari sini. Jadi, tolong aku sekali ini saja ....” ucap Estelle dengan nada rendah, menekan segala resah hatinya. Pikirannya hanya terpusat pada Joe, hatinya pun tidak lelah berharap pada keajaiban yang hanya seperti benang tipis. Semoga saja masi
Happy reading!-----Masih berbaur di jalan raya. Ini sudah sejam mobil jeep putih itu berkeliling dan berputar. Dua kali mengunjungi mall hanya untuk menelusuri tempat parkir lalu kembali keluar, Estelle benar-benar sembarangan memerintah Dave. Wanita itu sungguh tidak tahu lagi ke mana harus mencari tunangannya. Ia kehilangan jejak karena kebodohannya.Sementara sang pria yang menemani, terlihat sudah tidak tahan lagi, Dave sudah banjir dengan keringat, wajahnya juga sama pucatnya dengan Estelle. Semua reaksinya ini, bukan karena kepanasan atau lelah karena menyetir, melainkan ini waktu terlama ia duduk bersampingan dengan makhluk Tuhan yang sering di nilai lembut dan penuh cinta, tetapi malah membuat dirinya seperti ini ... persepsi yang selalu membuat Dave tertawa geli.Dave juga sengaja menahan dan menuruti semua permintaan aneh Estelle, hanya untuk mengetahui sampai mana kapasitas tubuhnya bisa menahan situa
Happy reading!-----Seperti orang bodoh, berdiri dengan wajah yang begitu jelas tersirat kalau ia benar-benar tidak mengerti mengapa dirinya di tinggal begitu saja.Estelle mengerjap, ketika seorang pria dengan rompi dan dasi merah kupu-kupu tersenyum ramah seraya memberi tanda untuk mengikutinya. Tanpa kata, Estelle mengikuti intruksi dari pelayan restoran. Mengikuti sampai mereka masuk ke dalam sebuah ruangan yang membuat lidah Estelle mengelu kagum."Apa ini benar-benar restoran?" pikirnya.Gambaran masuk ke dalam gedung berbeda jauh dengan apa yang sekarang kedua matanya lihat. Restaurant Bellevue, gedung tiga lantai bergaya glamor dan elegan. Wangi aroma bunga yang entah berasal dari mana, sudah memanjakan hidungnya sejak keluar dari lift. Padahal hanya berbeda satu lantai, tetapi suasananya begitu berbeda dengan lantai sebelumnya. Apakah di lantai selanjutnya juga memiliki desain yang berbeda?
Jangan malu berkomentar ya^^Happy reading!------Dingin dan lemas. Pertahanan tubuhnya sudah berada di ambang batas. Ini pertama kalinya pria itu memaksakan diri. Berdekatan dengan wanita dalam jarak lima meter saja sudah membuat jantungnya berdebar sesak.Ia bahkan lupa, bagaimana tadi dirinya bisa bertahan selama satu jam dan bahkan berada di dalam ruangan yang sama dengan wanita.Meski setiap hari berbaur dengan wanita. Namun, tidak ada yang pernah berada di dekatnya selama lebih dari lima belas menit.Di hotel, Dave lebih banyak mengatur pertemuannya hanya dengan pria, sedang jika berada di bar, pria itu akan menjadi sebuah porselen indah yang hanya bisa dipandang saja. Rumor tentang Dave cukup membuat hati wanita takut untuk mendekat, salah satunya seperti Julia.Hal yang sangat mudah di lakukan semua orang, ternyata sangat sulit untuknya. Tadi itu, begitu menguras energi sampai rasanya tulang-tulangny
Happy reading!-------“Atau kamu akan mengadu pada orang tuamu, lalu memenjarakanku selama lima belas tahun, hm?” Si wanita tertawa geli. “Silahkan lakukan yang seperti itu ... tapi baby ... apa kamu pikir aku benar-benar di penjara, hm?” bisiknya setelah bergerak untuk lebih dekat pada Dave dan meringis geli saat Dave kembali membuat jarak dengan memundurkan tubuhnya.=====Dia. Wanita iblis yang telah merampas kebahagiaan masa kecilnya. Wanita yang telah membuat dirinya menderita sampai saat ini. Dia, wanita yang membuatnya mematri kebencian untuk semua wanita.Bertha Geraldine, nama yang tidak pernah membuat hatinya luput untuk terus mengutuk. Dave pikir, kunci agar fobianya bisa menghilang adalahdengan bertemumanusia setengah iblis ini.Ada yang bilang, jika ingin ketakutanmu menghilang maka hadapilah penyebabnya. Namun sayang, asumsi Dave salah, reaksinya justru sebaliknya
Suara gebrakanpintumobil saling bersahutan. Di bawah langit yang mendung, tiga orang secara berurutan keluar dari kendaraan.Suasana yang pas dengan kekeruhan hati mereka. Dave melangkah masuk sedikit cepat, meninggalkan Sam yang menunggu Estelle.Sepanjang perjalanan, bibir pucat tebal itu terus merapat dengan tangan mengepal. Jemari yang saling menekan kuat sampai membuat kuku-kukunya memucat, mewakili resah yang memadati relung hati. Alam bawah sadar yang penuh dengan rasa takut terus saja mencoba masuk untuk mengendalikan dan menggantikan kewarasannya.Raungan tangis masa kecil pun tidak henti menggema, mencemooh dirinya yang berusaha untuk tetap sadar. Masa lalu yang seakan berkata 'kami sudah mengakar dalam jiwamu.’Membuat Dave ingin sekali mencakar dadanya yang kian menambah letupanamarah, ketakutan dan kesakitan ini benar-benar mengejek dirinya. Entah sudah beberapa kali Dave mengeram merasakan rasa perih yang me
Happy reading!-----Berjibaku dengan beberapa berkas seraya berhubungan dengan Gavin via video call. Dave memerintah semua hal yang harus segera ia dapatkan hasilnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh pria berkemeja putih di depannya. Bedanya, Sam sibuk dengan laporan di laptop bukan dengan sekretarisnya.Dua pria yang sudah di sibukkan sejak dua jam lalu. Melihat proposal yang di ajukan Louis, Dave jadi semakin bersemangat meski palu tak kasat mata terus saja mencoba memecahkan kepalanya.Setidaknya, gejala fobia yang teramat menyiksa itu sudah lumayan membaik, mungkin karena pikirannya teralihkan pada pekerjaan atau mungkin karena tidak ada wanita di ruang itu? Yah, apa pun yang membuat gejalanya berkurang, Dave hanya ingin bersyukur. Tubuhnya mengalami sedikit kemajuan, ia bisa menahan kesakitannya meski sulit.“Hanya itu saja. Lakukan semuanya dengan cepat. Besok pagi taruh hasilnya di meja kerjaku.” Dave membuka suar
Happy reading! ------ Dave menjauhkan tangannya dari kepala Estelle, lalu membuat sebuah kepalan untuk menutupi mulutnya yang berdeham canggung. "Aku baru ingat kalau pengurus rumah pernah berbicara mengenai kantung berisi celana. Coba kamu periksa di kamarku dan carilah di dalam lemari kecil, sepertinya aku menyuruh dia menaruhnya di sana," ucap Dave. Ia sungguh baru teringat akan hal itu. Sebuah tas jinjing berisi celana. Waktu itu dirinya sedang bergegas untuk pergi, jadi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang ditemukan pengurus rumahnya itu. "Benarkah? Tapi, apa tidak sebaiknya kamu saja yang mengambilkan barangku?" Dave sedikit menaikkan satu alis. "Aku bukan pesuruhmu," serunya sambil menangkup dan sedikit menekan kedua pipi Estelle, membuat bibir wanita itu mengerucut. "Ck! Ya sudah, kalau begitu aku pinjam kamarmu juga. Aku harus mengganti celanaku," seru Estelle setelah melerai kedua tangan yang mengapit
Happy reading!------Satu tahun berlalu ...."Kemana yang lain?"Suara Dave menginterupsi ketenangan seorang wanita bersurai pixie yang sedang duduk di pinggir kolam, menengadah menikmati langit malam sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam air."Kamu terlalu lama, Dave. Mereka sudah pulang," jawab malas Estelle, sekilas memandang Dave yang berdiri bersandar di tiang pintu, lalu kembali pada apa yang ia lihat sebelumnya.Secepat itu? Dave melirik jam tangannya, berpikir ini belum terlalu larut. Tidak lama kemudian, pria itu pun tersenyum kecil. Sepertinya, mereka mulai mengerti apa yang sedang ia butuhkan.Mereka yang di maksud adalah Valeri dan Sam. Akhir-akhir ini, mereka berempat sering menghabiskan waktu bersama, membuat Dave sedikit jengkel.Dave berjalan mendekat ke tempat di mana Estelle berada. "Maaf, aku tidak menyangka kalau urusanku ternyata memakan waktu sedikit lebih la
Happy reading!------Canggung.Itulah yang sedang dirasakan Dave sekarang. Berdiri di hadapan dua orang sambil menggendong rangkaian tulip putih sebagai pelengkap permintaan maafnya.Kemarin, Estelle menolak untuk diajak ke NightBar. Siang tadi pun wanita itu masih menolak ajakan Sam yang menawarkan untuk makan bersama Dave.Meski diri selalu beranggapan kalau tindakannya itu tidak melanggar aturan. Namun anehnya, hati malah merasa semakin bersalah, terlebih Sam terus mengatakan kalau dirinyalah yang salah.Karena perasaan itulah, malam ini Dave memutuskan untuk pergi mengunjungi rumah Estelle. Namun, Alan memberitahukan kalau sang kakak sedang berada di toko bunga.Estelle melirik bergantian pada buket kecil dan pada pemeluk bunga tulip putih itu. Tidak mengira kalau Dave akan mendatangi dirinya seperti ini.Meminta maaf pada teman saja bisa seromantis ini? Bagaimana jika dengan kekasihnya nanti? Pikir Est
Happy reading!------Tiga hari berlalu sejak hari kematian Louis dan Bertha.Tidak ada perubahan besar yang terjadi. Hanya saja, semua seolah terasa terlalu cepat dan sedikit tidak adil bagi Dave, sebagai korban. Dosa yang ditebus dengan kematian memang terlalu mudah. Namun ... entahlah, Dave sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi.Setiap hari selalu dipenuhi pikiran kewaspadaan dan kecurigaan terhadap dua orang itu, tetapi sekarang tidak ada perasaan itu dan rasanya ... kosong. Meski kata ‘kosong’ itu masuk dalam artian baik. Hatinya tenang. Entah sejak kapan, tubuhnya terasa ringan seperti ini.Kepergian yang tidak menggerakkan hati, meski Dave akui dirinya begitu terkejut dengan kematian Louis, tambah terkejut lagi karena Callie ada dibalik kematian Bertha. Meski tidak membunuh secara langsung dengan tangannya, Callie tetaplah otak dari penyiksaan yang diterima Bertha. Begitu rapi pekerjaan sang ibu, hingga hukum ikut membung
Happy reading! ------ Sepasang kaki beralas sepatu hitam tergesa menghentak gelisah ke lantai. Dave memasuki rumah dengan sorot mata yang memandang ke arah ruangan, di mana sosok sang ibu baru saja mendudukkan tubuhnya. Menatap curiga pada Callie yang baru kali ini bisa ia kunjungi kembali setelah terbongkarnya sebuah rahasia tentang dirinya. Ingin hati, belum mau melihat wajah Callie, tetapi ada suatu hal yang perlu ia periksa. “Apa ini perbuatanmu?” todong Dave, berdiri angkuh di depan sang ibu yang tatapan yang sulit ia baca. Sosok ibu yang belum bisa Dave pahami--tidak--sejak dulu, Dave memang sulit memahami sikap dan sifat Callie. Setiap hari Dave hanya berusaha untuk memahami dan menjaga sang ibu dari suami yang licik. Melakukan itu semua, hanya karena wajah penuh kecemasan dan kekecewaan Callie masih tergambar jelas di kepalanya. Di mana, sang ibu menangis pilu dan terlihat hancur saat mengetahui dirinya mengidap
Happy reading!------“Em, ini bukan rumahku, Dave,” ujar Estelle dengan mata bergerak bingung memandang ke arah luar. Dave bilang mereka akan pulang, tetapi malah berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat tiga yang cukup besar dan luas.Sejenak sebuah kolam air mancur yang meluncur indahmenarik atensinya, tidak lama kemudian kembali melirik pada bangunan, Estelle memandang kaca-kaca tembus pandang yang menampilkan beberapa sepatu cantik dengan background desain dalam toko yang terkesan hangat dan elegan.“Cepat turun,” titah Dave sambil melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil.Estelle menghela lalu merengut. Tangannya membuka sabuk pengaman hitam itubersamaan dengan mata yang mengekori tubuh Dave yang menghilang masuk ke dalam toko sepatu di sana. Sungguh, ia sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan diri, tetapi sepertinya Dave masih ingin berpetualang di jalan.Usai keluar dari m
Happy reading!------Estelle menjejakkan kaki telanjangnya di atas pasir putih dingin yang lembut. Berjalan di tepi pantai sambil mendengarkan debur ombak malam yang terdengar merdu dan menenangkan di telinga. Memejamkan mata, melangkah santai dengan dua sepatu bertali yang ia jinjing dibalik belakang tubuhnya.Membiarkan raganya diterjang angin laut yang dingin. Menghirup segar udara malam kemudian menghembuskannya perlahan, udara karbon dioksida yang keluar bersamaan dengan luncuran air hangat yang terjun dari mata yang terpejam.Tidak terdengar isakan dari bibir yang bergetar rapat itu. Tubuhnya terasa panas, meski bisa ia pastikan seluruh kulitnya sudah mendingin.Suasana nyaman dan damai di sana membuat wanita itu teringat akan percakapan dirinya dengan sang mantan beberapa menit lalu.“Harusnya, aku tidak mengangkat panggilannya,” sesal Estelle dalam hati.Sejak ia mengirimkan pesan untuk mempertegas h
Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu
Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan