Happy reading!
-------
“Atau kamu akan mengadu pada orang tuamu, lalu memenjarakanku selama lima belas tahun, hm?” Si wanita tertawa geli. “Silahkan lakukan yang seperti itu ... tapi baby ... apa kamu pikir aku benar-benar di penjara, hm?” bisiknya setelah bergerak untuk lebih dekat pada Dave dan meringis geli saat Dave kembali membuat jarak dengan memundurkan tubuhnya.
=====
Dia. Wanita iblis yang telah merampas kebahagiaan masa kecilnya. Wanita yang telah membuat dirinya menderita sampai saat ini. Dia, wanita yang membuatnya mematri kebencian untuk semua wanita.
Bertha Geraldine, nama yang tidak pernah membuat hatinya luput untuk terus mengutuk. Dave pikir, kunci agar fobianya bisa menghilang adalah dengan bertemu manusia setengah iblis ini.
Ada yang bilang, jika ingin ketakutanmu menghilang maka hadapilah penyebabnya. Namun sayang, asumsi Dave salah, reaksinya justru sebaliknya
Suara gebrakanpintumobil saling bersahutan. Di bawah langit yang mendung, tiga orang secara berurutan keluar dari kendaraan.Suasana yang pas dengan kekeruhan hati mereka. Dave melangkah masuk sedikit cepat, meninggalkan Sam yang menunggu Estelle.Sepanjang perjalanan, bibir pucat tebal itu terus merapat dengan tangan mengepal. Jemari yang saling menekan kuat sampai membuat kuku-kukunya memucat, mewakili resah yang memadati relung hati. Alam bawah sadar yang penuh dengan rasa takut terus saja mencoba masuk untuk mengendalikan dan menggantikan kewarasannya.Raungan tangis masa kecil pun tidak henti menggema, mencemooh dirinya yang berusaha untuk tetap sadar. Masa lalu yang seakan berkata 'kami sudah mengakar dalam jiwamu.’Membuat Dave ingin sekali mencakar dadanya yang kian menambah letupanamarah, ketakutan dan kesakitan ini benar-benar mengejek dirinya. Entah sudah beberapa kali Dave mengeram merasakan rasa perih yang me
Happy reading!-----Berjibaku dengan beberapa berkas seraya berhubungan dengan Gavin via video call. Dave memerintah semua hal yang harus segera ia dapatkan hasilnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh pria berkemeja putih di depannya. Bedanya, Sam sibuk dengan laporan di laptop bukan dengan sekretarisnya.Dua pria yang sudah di sibukkan sejak dua jam lalu. Melihat proposal yang di ajukan Louis, Dave jadi semakin bersemangat meski palu tak kasat mata terus saja mencoba memecahkan kepalanya.Setidaknya, gejala fobia yang teramat menyiksa itu sudah lumayan membaik, mungkin karena pikirannya teralihkan pada pekerjaan atau mungkin karena tidak ada wanita di ruang itu? Yah, apa pun yang membuat gejalanya berkurang, Dave hanya ingin bersyukur. Tubuhnya mengalami sedikit kemajuan, ia bisa menahan kesakitannya meski sulit.“Hanya itu saja. Lakukan semuanya dengan cepat. Besok pagi taruh hasilnya di meja kerjaku.” Dave membuka suar
Happy reading!------"Membantu," potong Sam. Membuat Dave mengeraskan rahang. Kata membantu, siapa lagi yang bisa membantu Bertha, kalau bukan seseorang yang tahu tentang gynophobianya. Namun, kecurigaan ini hanya persepsi mereka. Dave dan Sam butuh bukti kuat untuk mengambil tindakan kuat ke depannya.=====Sam menutup laptopnya. Pembahasan kali ini cukup menyita perhatiannya di bandingkan soal Ryuga dan Louis. Menurutnya, semua benar-benar aneh. Ia pikir hilangnya jejak wanita itu karena sudah mati dan salahnya langsung berpikir seperti itu. Sam mengira itu hal yang pantas di dapatkan Bertha, mati tanpa jejak. Mengingat penyimpangan mental yang menurutnya sangat kejam. Sam sangat terkejut bertemu dengan wanita itu di restoran. Namun, seperti Dave. Ia juga ahli menutupi perasaan hatinya."Selain itu, apa lagi dia katakan?"Dave diam, menatap tajam pada gelas wine-nya, ucapan menjijikan Bertha kembali terin
Happy reading!-----Cinta itu memang indah, tetapi juga membutakan. Cinta itu memang hangat, tetapi juga menyiksa.Hal yang sering terjadi, kekeliruan untuk membedakan antara harapan dan pembodohan diri ... dan hal itu akan selalu bersumbu pada satu kata, yaitu cinta.Atas nama cinta, akan tetap menahan rindu meski tidak terbalaskan. Atas nama cinta pula, akan tetap berharap pada sebuah janji yang terus menghimpit hati.Bodoh!Kata yang tepat untuk wanita berpiama hijau polos di sana. Duduk bersandar pada sisi ranjang dengan lutut yang menekuk ke atas, ruang antara perut dan kakinya terisi bantal yang dibungkus kain rumbai polkadot.Di bawah nakas, di samping kaki yang menekuk, tergeletak sebuah ponsel dengan dua kabel putih yang terhubung ke tempat yang berbeda. Satu kabel untuk mengisi daya baterai, sedang satu kabel lagi terhubung ke telinganya. Posisi yang pas untuk mengungkap isi hati kepada teman."El, jang
Happy reading!------"Padre? Ada apa? Kenapa hanya berdiri di depan pintu? Apa El sudah tidur?"====="Huh? Padre?"Lingkar cokelat gelap yang menunduk sontak menegak. Menatap horor pintu kamarnya sendiri, bermacam asumsi dimainkan dalam kepala yang belum lama tadi sudah pusing memikirkan masalah pria berstatus tunangan. Estelle yakin, Noel mendengar keluh kesahnya dengan Valeri dari balik pintu.Saat pulang tadi, suasana di rumah nampak seperti biasa saja. Di tambah perilaku Noel yang menyuruhnya langsung membersihkan diri lalu istirahat, hal biasa yang selalu di ucapkan setiap kali ia pulang. Oleh karena itu, ia jadi mengurungkan niatnya untuk menceritakan apa yang telah terjadi dengannya sampai tercipta skandal besar.Estelle berdecak seraya memejamkan matanya sejenak, mengingat teguranAlan ketika mereka berbincang di rumah sakit. Dua pria-nya terluka karena keegoisannya. Ia tidak ta
Polaris Hotel, Queens-New York.Suasana hati muramnya bertambah, Estelle yang sedang bersandar santai semakin jelas menunjukkan kalau dirinya sudah sangat bosan. Bagaimana tidak merasa bosan? Ia sudah menunggu hampir tiga jam di ruang kantor si Mr. gynophobia.Dari sebelum jam makan siang sampai lewat makan siang, Dave tidak kunjung menemuinya. Jika tahu akan seperti ini, ia akan datang sore!“Apa dia sengaja?!” dumal Estelle, kembali mengintip ke layar ponsel untuk melihat berapa banyak waktu yang sudah ia buang di sini.Ingin menunggu di lobi. Namun, Sam bilang untuk menunggu di kantor Dave saja. Entah apa yang Sam lakukan sampai ada seseorang menghampiri dan menyuruhnya untuk ke ruangan Dave.Wanita berbalut kemeja putih bergaris vertikal merah biru itu mendebas pelan. Selang kemudian, dering ponsel membuat punggungnya sontak menegak. Estelle pun langsung berdeham untuk mengatur suara ketika tahu kalau yang menghubungi dirinya adalah
Happy reading!-----“Aku berterima kasih dengan niat baikmu, tapi dalam bisnis semua bisa terjadi. Aku hanya ingin mengambil langkah mudah dan tidak memusingkan. Jadi, bagaimana kalau aku membantumu untuk mencari tunanganmu? Atau ... kamu mau aku membawanya ke hadapanmu?”“Apa?” Mata almond Estelle membulat besar. Entah harus bagaimana menanggapi tawaran Dave ini.=====Pandangan menusuk yang terisi dengan keraguan.Estelle menghabiskan ruang kosong genggaman tangannya, mengepal eratseraya berpikir, sudah seberapa jauh pria ini menggali informasi tentang hidupnya.“Jadi, kamu juga menyelidiki Joe?" Estelle mendebas pelan. "Dave, aku paham dengan cara kerja orang-orang sepertimu, tapi menurutku, bukankahini sudah keterlaluan?” tegurnyamencoba bersabar, di banding marah ia malah ingin tertawa. Mengapa hidup bisa setidak adil ini padanya? Ia yang sudah menun
Happy reading!-----Dave menoleh. "Katakan padaku, rencana apa yang akan kamu lakukan untuk penyembuhanku? Kalau aku merasa hal itu mungkin, maka aku akan setuju dengan kesepakatan ini."=====Estelleberdeham, melarikan tatapannya dari Dave yang seolah sedang menantang dirinya. Jujur saja, ia belum merencanakan lebih jauh soal apa yang akan ia lakukan untuk penyembuhan Dave.Namun, karena ia juga sudah menduga Dave akan berbicara seperti itu. Jadi, dalam waktu singkat ini, ia hanya bisa menyiapkan sebuah ide kecil.Beruntung semalam dirinya sudah mencari tahu tentang gynophobia lewat media sosial lalu mempelajari apa saja yang menjadi inti masalah fobia itu dan semuanya ... di sebabkan oleh luka. Sama halnya seperti Noel yang dulu terpenjara luka sebab kematian sang istri."Pertama, pertemukan aku dengan dokter yang merawatmu.""Aku sudah lama tidak pergi memeriksakan diri," sambar Dave ringan
Happy reading! ------ Dave menjauhkan tangannya dari kepala Estelle, lalu membuat sebuah kepalan untuk menutupi mulutnya yang berdeham canggung. "Aku baru ingat kalau pengurus rumah pernah berbicara mengenai kantung berisi celana. Coba kamu periksa di kamarku dan carilah di dalam lemari kecil, sepertinya aku menyuruh dia menaruhnya di sana," ucap Dave. Ia sungguh baru teringat akan hal itu. Sebuah tas jinjing berisi celana. Waktu itu dirinya sedang bergegas untuk pergi, jadi tidak terlalu menaruh perhatian pada apa yang ditemukan pengurus rumahnya itu. "Benarkah? Tapi, apa tidak sebaiknya kamu saja yang mengambilkan barangku?" Dave sedikit menaikkan satu alis. "Aku bukan pesuruhmu," serunya sambil menangkup dan sedikit menekan kedua pipi Estelle, membuat bibir wanita itu mengerucut. "Ck! Ya sudah, kalau begitu aku pinjam kamarmu juga. Aku harus mengganti celanaku," seru Estelle setelah melerai kedua tangan yang mengapit
Happy reading!------Satu tahun berlalu ...."Kemana yang lain?"Suara Dave menginterupsi ketenangan seorang wanita bersurai pixie yang sedang duduk di pinggir kolam, menengadah menikmati langit malam sambil menggoyang-goyangkan kakinya yang berada di dalam air."Kamu terlalu lama, Dave. Mereka sudah pulang," jawab malas Estelle, sekilas memandang Dave yang berdiri bersandar di tiang pintu, lalu kembali pada apa yang ia lihat sebelumnya.Secepat itu? Dave melirik jam tangannya, berpikir ini belum terlalu larut. Tidak lama kemudian, pria itu pun tersenyum kecil. Sepertinya, mereka mulai mengerti apa yang sedang ia butuhkan.Mereka yang di maksud adalah Valeri dan Sam. Akhir-akhir ini, mereka berempat sering menghabiskan waktu bersama, membuat Dave sedikit jengkel.Dave berjalan mendekat ke tempat di mana Estelle berada. "Maaf, aku tidak menyangka kalau urusanku ternyata memakan waktu sedikit lebih la
Happy reading!------Canggung.Itulah yang sedang dirasakan Dave sekarang. Berdiri di hadapan dua orang sambil menggendong rangkaian tulip putih sebagai pelengkap permintaan maafnya.Kemarin, Estelle menolak untuk diajak ke NightBar. Siang tadi pun wanita itu masih menolak ajakan Sam yang menawarkan untuk makan bersama Dave.Meski diri selalu beranggapan kalau tindakannya itu tidak melanggar aturan. Namun anehnya, hati malah merasa semakin bersalah, terlebih Sam terus mengatakan kalau dirinyalah yang salah.Karena perasaan itulah, malam ini Dave memutuskan untuk pergi mengunjungi rumah Estelle. Namun, Alan memberitahukan kalau sang kakak sedang berada di toko bunga.Estelle melirik bergantian pada buket kecil dan pada pemeluk bunga tulip putih itu. Tidak mengira kalau Dave akan mendatangi dirinya seperti ini.Meminta maaf pada teman saja bisa seromantis ini? Bagaimana jika dengan kekasihnya nanti? Pikir Est
Happy reading!------Tiga hari berlalu sejak hari kematian Louis dan Bertha.Tidak ada perubahan besar yang terjadi. Hanya saja, semua seolah terasa terlalu cepat dan sedikit tidak adil bagi Dave, sebagai korban. Dosa yang ditebus dengan kematian memang terlalu mudah. Namun ... entahlah, Dave sungguh tidak tahu harus bagaimana lagi.Setiap hari selalu dipenuhi pikiran kewaspadaan dan kecurigaan terhadap dua orang itu, tetapi sekarang tidak ada perasaan itu dan rasanya ... kosong. Meski kata ‘kosong’ itu masuk dalam artian baik. Hatinya tenang. Entah sejak kapan, tubuhnya terasa ringan seperti ini.Kepergian yang tidak menggerakkan hati, meski Dave akui dirinya begitu terkejut dengan kematian Louis, tambah terkejut lagi karena Callie ada dibalik kematian Bertha. Meski tidak membunuh secara langsung dengan tangannya, Callie tetaplah otak dari penyiksaan yang diterima Bertha. Begitu rapi pekerjaan sang ibu, hingga hukum ikut membung
Happy reading! ------ Sepasang kaki beralas sepatu hitam tergesa menghentak gelisah ke lantai. Dave memasuki rumah dengan sorot mata yang memandang ke arah ruangan, di mana sosok sang ibu baru saja mendudukkan tubuhnya. Menatap curiga pada Callie yang baru kali ini bisa ia kunjungi kembali setelah terbongkarnya sebuah rahasia tentang dirinya. Ingin hati, belum mau melihat wajah Callie, tetapi ada suatu hal yang perlu ia periksa. “Apa ini perbuatanmu?” todong Dave, berdiri angkuh di depan sang ibu yang tatapan yang sulit ia baca. Sosok ibu yang belum bisa Dave pahami--tidak--sejak dulu, Dave memang sulit memahami sikap dan sifat Callie. Setiap hari Dave hanya berusaha untuk memahami dan menjaga sang ibu dari suami yang licik. Melakukan itu semua, hanya karena wajah penuh kecemasan dan kekecewaan Callie masih tergambar jelas di kepalanya. Di mana, sang ibu menangis pilu dan terlihat hancur saat mengetahui dirinya mengidap
Happy reading!------“Em, ini bukan rumahku, Dave,” ujar Estelle dengan mata bergerak bingung memandang ke arah luar. Dave bilang mereka akan pulang, tetapi malah berhenti di depan sebuah bangunan bertingkat tiga yang cukup besar dan luas.Sejenak sebuah kolam air mancur yang meluncur indahmenarik atensinya, tidak lama kemudian kembali melirik pada bangunan, Estelle memandang kaca-kaca tembus pandang yang menampilkan beberapa sepatu cantik dengan background desain dalam toko yang terkesan hangat dan elegan.“Cepat turun,” titah Dave sambil melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil.Estelle menghela lalu merengut. Tangannya membuka sabuk pengaman hitam itubersamaan dengan mata yang mengekori tubuh Dave yang menghilang masuk ke dalam toko sepatu di sana. Sungguh, ia sudah sangat lelah dan ingin segera merebahkan diri, tetapi sepertinya Dave masih ingin berpetualang di jalan.Usai keluar dari m
Happy reading!------Estelle menjejakkan kaki telanjangnya di atas pasir putih dingin yang lembut. Berjalan di tepi pantai sambil mendengarkan debur ombak malam yang terdengar merdu dan menenangkan di telinga. Memejamkan mata, melangkah santai dengan dua sepatu bertali yang ia jinjing dibalik belakang tubuhnya.Membiarkan raganya diterjang angin laut yang dingin. Menghirup segar udara malam kemudian menghembuskannya perlahan, udara karbon dioksida yang keluar bersamaan dengan luncuran air hangat yang terjun dari mata yang terpejam.Tidak terdengar isakan dari bibir yang bergetar rapat itu. Tubuhnya terasa panas, meski bisa ia pastikan seluruh kulitnya sudah mendingin.Suasana nyaman dan damai di sana membuat wanita itu teringat akan percakapan dirinya dengan sang mantan beberapa menit lalu.“Harusnya, aku tidak mengangkat panggilannya,” sesal Estelle dalam hati.Sejak ia mengirimkan pesan untuk mempertegas h
Happy reading!------Empat hari berlalu ....“Lalu, apa keputusanmu?” ucap Andrew, terlihat tenang saat melayangkan pertanyaan setelah mendengarkan cerita Dave tentang kedua orang tuanya. Telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk pelan meja kerja. Pun posisi punggung yang bersandar, statement yang cukup menguatkan bahwa dirinya sedang menanti pasien sekaligus temannya itu untuk membuat keputusan. Sebuah keputusan yang terkait erat pada asal mula fobia Dave.Tatapan yang sejak tadi terpaku memandang jemari yang saling terkait di atas pangkuan, mulai naik dan membingkai wajah sang dokter dari kejauhan lima langkah. Binar keraguan juga kebingungan jelas terpancar dari mata emerald itu. Dua suara yang sejak satu jam lalu saling bersahutan kini meredam cukup lama.Beberapa kali Dave mengeratkan rahang juga membuka sedikit bingkai mulutnya. Namun, selalu berakhir sama. Suara untuk jawaban dari pertanyaan Andrew enggan kelu
Happy reading!------Riuh angin malam menemani hati yang muram. Dave melempar pandang jauh ke tengah laut. Seakan ikut terbuai pada ayunan ombak yang menderu di sana, Dave puas melayangkan pikiran.Tidak ada yang mengganggu, urusan pekerjaan ia singkirkan. Sangat tidak bertanggung jawab--benar--dan Dave tidak peduli akan anggapan seperti itu. Hidupnya sudah kacau, untuk apa bertanggung jawab pada hal yang sudah mati-matian ia pertahankan? Yang pada akhirnya, semua terasa sia-sia.Dirinya hanyalah objek pembalasan dendam. Apa mereka pikir dirinya ini adalah manusia tanpa hati? Tidak mengertikah mereka bagaimana ia menjalani hidup selama ini? Bertahan dalam sebuah ancaman yang berakhir dengan menanggung rasa sakit. Ingin mengasihani diri sendiri, tetapi suara tawalah yang keluar membaur bersama riuh angin.Dave tidak tahu harus bagaimana lagi. Ia cukup kagum dengan Callie yang begitu tega menyimpan fakta sepenting ini dan muncul pertan