Gerald masih berdiskusi dengan ketiga tamunya dan keluarganya hingga menjelang pagi. Karena Alfat sang tamu, sudah menyuruh anak buah Gideon yang ada di sekitar Jakarta-Bogor untuk menuju tempat yang di curigai menjadi persembunyian Namura di Indonesia.
“Sudah ada dua mobil yang bergerak ke Bogor, di mana kakak Arum tinggal, berdasarkan alamat yang diberikan orang tua Arum,” kata Alfath menerima laporan anak buahnya.
“Tadi sore mereka tidak mau memberi alamat lengkapnya Al,” kata Joshua “Jangan bilang kalau anak buah kamu siksa kedua orang tua renta itu?”
“Tidak Josh, cukup gertak saja, kalau mereka tidak mau kasih tahu, mereka akan ikut di penjara. Tapi kalau mau kasih tahu, akan dapat hadiah,” jawab Alfath sambil tersenyum.
Gerald tersenyum bangga dengan cara anak muda didepannya bernegosiasi.
“Jangan heran Kak, meski masih muda sudah banyak macam orang yang dia hadapi. Dari kecil dia su
* Bogor, Kediaman Kakak ArumGerald dan rombongan berhasil menemui wanita yang merupakan kakak tiri Arum. Benar dugaan Gerald dan Joshua, jika wanita itu adalah Muslimah yang akrab di panggil Mumu oleh Gerald.Mumu dan keluarga adiknya duduk di sofa dalam penjagaan empat anak buah Gideon yang bersenjata. Mumu tersenyum melihat Gerald datang.“Kamu kangen sama aku Gerald?” tanya Mumu dengan senyum bahagia.“Kurang ajar,” kata Gerald emosi, hampir saja Gerald menampar Mumu, kalau tidak di cegah oleh Joshua. “Dek,” seru Gerald tidak terima tangannya di tarik oleh Joshua.“Sabar kak.” Joshua dan Alfath menepuk bahu Gerald agar tenang.Anak buah Gideon memberi rombongan Gerald tempat duduk, menghadapi keluarga kakak Arum.“Mereka adik kamu Gerald. Kalau kamu menolak aku, aku mau dengan mereka,” kata Mumu menatap Joshua dan Alfath bergantian. Pesona dua anak muda itu memang t
Gerald mengemudikan mobilnya dengan ugal-ugalan, jalanan perkampungan yang sepi dan gelap, Gerald terjang tanpa peduli ada lubang dan batu yang akan membuatnya tidak nyaman, atau bahkan merusak mobilnya. Joshua hanya bisa diam dan perpeganggan erat sambil melihat lurus ke depan. Di belakang mobil mereka, dua mobil anak buah Gideon yang juga pengawal Alftah mengikutinya. Meski agak berlebihan membawa banyak tukang pukul untuk mencari Debora dan Ginny, tapi mereka jug tidak tahu kekuatan musuh mereka. Bisa saja mereka akan menghadapi puluhan Yakuza yang terkenal kejam itu. Suara burung malam dan jangkrik menambah sunyinya malam mejelang subuh di area perkebunan. Mereka sudah memasuki jalan tanah yang sempit. Sebuah cahaya yang kecil sudah terlihat. Mobil pun segera mendekat dan berhenti mengelilingi dua pondok yang berjajar dengan cahaya seadanya. Sebuah mobil mini bus hitam tanpa plat nomor terparkir di samping pondok. Sayup-sayup, Gera
Letupan suara senjata api dari Namura membuat perdebatan Gerald, Mumu, Joshua dan Yanto berakhir. Alfath langsung berlari melihat Debora yang roboh di antara orang-orang yang berdebat. Satu letupan senjata meletus mengenai Ginny yang tak jauh dari Debora. Gerald mendorong Yanto yang menghalanginya untuk mendekati anak istrinya. Pengawal Alfath yang baru datang langsung mengamankan Namura yang tertawa senang, meski masih butuh pertarungan sengit untuk menaklukkan Namura. Gerald memangku Ginny yang terkena tembakan di lengannya, sambil menatap Debora yang terluka di pengkuan Alfath memegangi dadanya. Joshua segera menghidupkan Mobil. Gerald segera membawa Ginny masuk dalam mobil “Bertahan ya sweetheart,” kata Gerald kemudian kembali mendekati Debora yang sudah bersimbah darah, begitupun Alfath. “Kak, jangan memejamkan mata, tetap sama kami kak. Ayo kak bertahan,” kata Alfath memberi semangat Debora. “Babe, bertahan ya. Kita ke ru
Masa-masa KritisRumah Sakit Bogor KotaSudah satu minggu Debora tidak sadarkan diri. Syaraf otaknya tidak merespon semua rangsangan. Pancawati mendengar kabar itu, langsung panik dan meminta pada Gerald untuk pulang ke Jakarta.Sebagai ibu, Pancawati ingin mengurusi anaknya, melihat perkembangan anaknya. Meski sang anak sudah dewasa, seorang ibu akan tetap menganggapnya anaknya selalu menjadi anak kecil. Itulah ibu, ingin selalu menggendong dan menyusui anaknya, meski sudah dewasa.Gerald mengizinkan Pancawati untuk pulang, jika kesehatan Sang mertua sudah membaik da nada izin dari Dokter untuk Pancawati melakukan perjalanan jauh.Tak di sangka, sebelum Gerald mengirimkan pesawatnya untuk menjemput ke Singapura, Pancawati mengabarkan jika Mr Kang mengantarkan dirinya ke Jakarta.Gerald yang tidak tahu menahu tentang kedekatan Mr Kang menjadi bingung sendiri.“Babe, ibu sudah dalam perjalanan ke sini. Dan tahukah kamu yang buat
Gerald berdiskusi dengan kedua orang tuanya juga Joshua dan Pancawati. Gerald ingin memindahkan Debora ke rumah. Tak perduli berapa lama, dan berapa pun biaya yang akan dia keluarkan untuk membuat ruang perawatan intensive seperti rumah sakit di rumahnya.Gerald sangat merasa kehilangan Debora, apalagi dia juga sedang menunggu kelahiran bayinya. Meski terdengar aneh jika orang koma bisa tetap melahirkan, namun beberapa penelitian dan pengalaman di dunia kedokteran, hal itu bisa saja terjadi dengan segala resikonya. Seperti pertumbuhan janin yang buruk dan terserang penyakit diabetes ataupun hipertensi, karena sang ibu yang tidak bisa bergerak untuk membuang kalorinya.“Kamu sudah memikirnya Gerald?” tanya Luis pada Gerald. “Maksud papa, apa aman untuk Debora di pindahkan, sedangkan pemindahannya butuh waktu yang cukup lama. Jakarta-Bogor cukup jauh, Nak,” kata Luis yang mengkhawatirkan kondisi Debora.Luis takut kondisi Debora akan
Club ArtemisHari pun berganti minggu, dan berganti bulan. Gerald merasakan kehilangan yang amat dalam. Sebagai manusia biasa Gerald tentu memiliki titik bosa dalam hidupnya. Hingga Gerald berusaha mencari hiburan untuk mengusir sepi.Gerald menemani rekan bisnisnya ke sebuah club. Salah satu club terbesar di Jakarta yang menyajikan banyak hiburan.Gerald mabuk di temani seorang wanita. Wanita penghibur yang di sediakan club.Saat Gerald tak sadarkan diri, dan tak berdaya di sofa, memeluk wanita bayaranya, datang seorang wanita lain. Wanita yang sudah lama mengincar Gerald“Kamu kesepian ya tampan. Istri yang dulu kamu puja tidak mampu memuaskan kamu lagi bukan,” kata wanita muda yang terobsesi untuk menjadi kaya dan terkenal. Wanita muda itu mendepak wanita penghibur dari sofa. Agar dirinya bisa mendeketi Gerald yang sudah tidak tahu apa-apa.“Manda, jangan aneh-aneh di sini. Kalau mau jebak dia jadi milik kamu, ayo kita b
Rumah Keluarga Bachtiar LubisManda belum pulang ke rumah membuat Fatmasari kebingungan. Tidak biasanya Manda, anak kesayanganannya yang manja tidak pulang. Meski sering pulang pagi, Manda tetap saja pulang.Namun pagi itu, hampir jam sepuluh siang, Manda belum juga sampai rumah.“Bagaimana, anak manja itu belum juga pulang?” tanya Bachtiar pada Fatmasari, saat akan berangkat bekerja.“Kamu ini. Anak tidak pulang, tidak ada rasa khawatirnya. Tidak ada usahanya untuk mencari. Apa kamu tidak takut anak kamu kenapa-napa, hah,” kata Fatmasari emosi.Bachtiar memang kurang menyukai sifat Manda, alasan itulah yang membuatnya tidak perhatian pada Manda. “Nanti juga pulang, kalau ada masalah atau uangnya habis. Seperti itu ‘kan dia. Tidak pernah menghargai dirinya, selalu menyusahkan.Tidak seperti,….”“Debora, kamu membandingkan anakku dengan anak dari jalang itu? Manda seperti itu karena
Sore hari, Gerald mengajak Ginny mengunjungi Debora. Mereka berencana untuk menginap di rumah sakit karena Ginny merengek kangen dengan mami-nya. Segala peralatan sudah di bawa termasuk sebuah kasur lipat.Pancawati sedang membagi-bagikan buah dan makanan yang di bawa Bacgtiar pada para perawat dan tetangga kamar, yang dia kenal. Anti bagi Pancawati makan pemberian Bachtiar begitu katanya.“Nenek,” seru Ginny dengan tas punggung berisi pakainnya. Ginny berlari di lorong rumah sakit meninggalkan Gerald yang kerepotan membawa kasur lipat.“Sweetheart jangan berlari,”seru Gerald memperingatkan Ginny yang terus berlari begitu melihat Pancawati.Pancawati tersenyum senang melihat kehadiran Ginny, dari jarak 10 meter terlihat menantunya yang gagah membawa banyak barang.Dengan napas terengah Ginny memeluk Pancawati. “Nenek lagi bagi apa?” tanya Ginny penasaran.“Hallo Ginny. Apa kabar?” sapa se