"Jadi ada masalah apa sampai aku tidak diundang dalam rapat hari ini?" Keanu membuka suaranya setelah duduk dengan nyaman di kursi kosong tersebut.Ia pun mengarahkan pandangannya pada setiap orang yang sedang duduk bersamanya di meja tersebut. Namun tak satu pun orang yang menjawab pertanyaan Keanu itu, mereka semua malah memilih menatap ke arah lain untuk menghindari tatapan Keanu tersebut.Hingga akhirnya, orang yang tadi sempat menghadang langkah Keanu ketika memasuki ruangan itu pun menyahut, "Kami sedang membicarakan kelakuan konyol kamu yang berdampak untuk perusahaan ini.""Kelakuan konyol?" tanya Keanu dengan ekspresi tengilnya. "Apa yang kamu maksud tentang laporan racun di dalam makanan istriku kemarin itu?"Laki-laki paruh baya yang selalu menjadi rival Keanu itu pun mendengus kesal."Apanya yang salah?" tanya Keanu dengan tenang sembari mengambil pulpen milik orang yang ada di sebelahnya dan memainkan benda tersebut dengan santai.Sesaat kemudian ia kembali menatap laki-l
Setelah keluar dari ruang rapat, ia melangkahkan kakinya kembali ke dalam lift. Semenit berlalu, saat ini ia sudah keluar dari lift tersebut dan kembali berjalan menuju ruang yang khusus diberikan untuk dirinya.Entah karena mereka sangat menghormati dirinya atau karena ada orang yang sengaja ingin mengisolir dirinya dari karyawan-karyawan yang harusnya dekat dengannya. Tapi nyatanya saat ini ia memang menempati satu-satunya ruangan di lantai tersebut.Ia melangkah dengan tenang sembari menatap ke arah kaca tembus pandang yang ada di sepanjang lorong tersebut."Akan aku hitung semuanya pelan-pelan," gumamnya sembari terus melangkah.Setelah cukup lama melangkah, akhirnya ia pun sampai di depan pintu ruangannya yang terbuat dari kaca tembus pandang itu."Hem." Ia terdiam sejenak. Matanya menatap penasaran pada seorang wanita yang saat ini sedang berada di dalam ruangannya.Gerak-gerik mencurigakan dari wanita tersebut membuat Keanu makin penasaran dan memaksanya untuk berdiri di depan
Tawa Renyah Keanu pun langsung membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut saling melirik satu sama lain. Terlihat perasaan bimbang di antara mereka, padahal sebelumnya mereka sempat berekspektasi tinggi dengan tawaran yang mereka suguhkan itu."Menurut kalian bagaimana aku harus menyikapi tawaran kalian itu?" tanya Keanu sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Orang yang bisa menjual kesetiannya pada orang lain ... lalu siapa yang bisa menjamin kalau kalian tidak akan menjual diri kalian lagi nantinya?"Kalimat santai yang syarat dengan hinaan tersebut pun langsung membuat keempat orang itu menundukkan wajahnya."Malu?" Keanu menimpali kalimatnya tadi."Hufff ...." Ia akhirnya menghela napas panjang setelah beberapa detik tak ada sahutan dari para karyawan di depannya itu."Baiklah seperti kataku tadi, aku tunggu surat pengunduran diri kalian sampai jam dua," lanjut Keanu sambil menatap ke arah lima orang tersebut dengan santai."...."Suasana di ruangan itu pun kembali hening.
Lebih dari setengah jam, akhirnya Keanu pun sampai di halaman rumah sakit tempat Eve dirawat."Sial," gerutunya sambil menatap ke arah jam tangannya, melihat waktunya yang seakan terbuang sia-sia karena macet yang sempat menghalanginya tadi.Dan setelah cukup lama menyusuri lorong demi lorong rumah sakit terbesar di kota itu, akhirnya ia pun sampai di lorong tempat Eve di rawat.Para anak buah yang mendengar suara langkah kaki orang berlarian pun langsung menoleh dan mengerutkan keningnya ketika melihat tuannya itu sedang ngos-ngosan di ujung lorong."Huff ...." Seketika Keanu pun mengganti sikapnya, ia menegakkan tubuhnya dan berjalan dengan tenang ke arah para anak buahnya tersebut."Apa ada masalah?" tanya Keanu setelah berada tidak jauh dari para anak buahnya tersebut."Tidak ada Tuan, hanya saja ada salah satu teman nyonya datang dan masih berada di dalam sana," jawab salah satu anak buah Keanu mewakili yang lainnya.Lalu, tanpa berkata apa pun lagi, Keanu kembali melangkahkan ka
Malam harinya.Saat ini Eve yang tengah duduk di atas ranjang ruangan inapnya tersebut sedang menatap ke arah jendela besar yang ada di dekatnya sembari sesekali melirik ke arah suaminya yang saat ini sedang berkonsentrasi melakukan rapat dari ruangan itu menggunakan laktop."Huff ...." Helaan napas yang kesekian kali keluar dari mulutnya."Kenapa?" tanya Keanu sembari menutup laktopnya karena sudah selesai melakukan rapat.Eve pun enggan menoleh dan kini menempelkan kepalanya di jendela besar itu."Jadi itu alasannya kamu minta Leon melepas infus di tanganmu," ujar Keanu sembari melangkah ke arah ranjang Eve. "Kamu ingin berkaca dan melihat wajahmu yang acak-acakan itu. Apa perlu aku suruh orang untuk membawakan meja rias kemari?"Eve pun langsung menoleh ketika mendengar kalimat-kalimat yang menjengkelkan itu. Ingin rasanya ia meremas dan menyobek-nyobek mulut laki-laki tampan yang kini mulai naik ke ranjangnya itu."Bodo," ucapnya dengan suara yang nyaris tak terdengar."Ya, aku me
Tentu saja Eve terkejut melihat banyak orang yang sedang mengerumuni mobil tersebut."Mereka tidak bisa melihat kita kan?" tanya Eve pada anak buah Keanu yang berada di kursi depan."Tidak Nyonya," jawab salah satu anak buah suaminya itu.Eve pun kembali berkata sambil memegangi lehernya yang terasa mulai sakit karena terus memaksakan bicara dengan keras. "Kalau begitu kita mundur saja, cari jalan lain.""Baik," sahut orang yang berada di belakang kemudi.Setelah itu seperti yang diperintahkan oleh Eve, mereka pun mundur dan berbalik arah mencari jalan lain."Huff ...." Ia menghela napas panjang setelah berhasil bebas dari para wartawan yang mengepung mobil tadi."Selamat," gumamnya sambil mengelus dada, lalu menatap ke arah jalanan yang saat ini mereka lalui.Cukup lama Eve diam dan hanya menatap ke arah jalanan dengan pandangan kosong, hingga akhirnya ...."Nyonya kita sudah sampai," ujar salah satu anak buah Adam yang menyadarkan lamunannya.Kemudian Eve pun mengubah posisi dudukny
Tangan Keanu mengepal, ingin rasanya ia menepis dengan kasar tangan yang kini menempel di dadanya. Tapi demi mengetahui apa yang sebenarnya terjadi ia pun melakukan hal yang berbeda."Kamu yakin tidak ada yang melihat hal ini?" balas Keanu ikut berbisik seperti yang dilakukan oleh wanita di pangkuannya tersebut."Sangat yakin Tuan," jawab wanita tersebut dengan tangan yang kini mulai menjulur ke leher Keanu.Sentuhan lembut pun dilancarkan oleh wanita tersebut ke titik-titik sensitif. Bahkan kini wanita tersebut bertambah berani dengan membuka kancing atas kemeja Keanu."Kamu berani sekali, apa kamu tidak takut aku marah?" bisik Keanu sekali lagi.Wanita tersebut pun langsung mendongakkan wajahnya dan menatap kedua mata hazel tersebut dengan lembut. "Aku yakin kamu tidak akan marah, benar kan?""Kamu sangat percaya diri, aku suka itu," sahut Keanu dengan sebuah senyuman kecil di wajahnya.Setelah beberapa saat terus menggoda, akhirnya wanita tersebut beralih mengambil kopi yang ada di
Setelah mendengar jawaban memuaskan, kemudian Keanu melepaskan kaki lady boy tersebut. Ia pun melangkahkan kakinya dengan tenang ke arah sofa yang ada di dekat lawannya itu."Apa kamu siap dengan tugasmu?" tanya Keanu sambil menatap lawannya dengan tatapan tajam."Si-siap," jawab lady boy tersebut ketakutan.Dan sebuah senyum datar pun muncul di wajah Keanu."Kalau begitu cepat bersihkan tubuhmu." Keanu menatap sinis ke arah orang yang tadi berkelahi dengannya itu. "Setelah itu kembali ke sini. Jika kamu berani kabur ... kamu pasti tahu resi-""Tidak, tidak Tuan. Saya akan cepat ke sini lagi, saya janji," sahut lady boy tersebut dengan cepat. Setelah itu ia pun berusaha berdiri dan berjalan dengan secepat yang ia bisa keluar dari ruangan itu.Sementara itu dua orang yang diberi perintah oleh Keanu untuk membersihkan ruangan tersebut terus mengerjakan tugasnya."Kamu," panggil Keanu sembari menunjuk pegawai wanita yang saat ini sedang merapikan meja Keanu yang berantakan akibat perkela