Seorang pria membawa sebuah rantai. Namun, rantai itu bukanlah rantai biasa. Terdapat besi yang membentuk bintang yang ujungnya begitu tajam menghiasi sepanjang rantainya.
Oscar mengerutkan keningnya. Ia paling tahu siapa pria yang berdiri di depannya. Pria dengan sebelah matanya yang ditutupi menggunakan kain hitam, juga tangannya yang mengepal penuh dendam."Akhirnya, kita bertemu secara langsung setelah sekian lama," ujar Oscar."Tidak buruk," sahutnya. Suasana kembali meradang. Dipenuhi dengan aura membunuh yang terpancar."Ketua, bagaimana? Apa perjalanan dalam mencariku sangat menyenangkan?" tanya Oscar. Terdapat nada meremehkan yang langsung dipahami oleh lawan. Rantai tersebut merupakan senjata yang mematikan. Lebih ganas dari peluru yang siap menembus daging dengan cepat. Rantai itu bisa mencabik-cabik tubuh Oscar. Apalagi ketika berhasil melilit di leher.'Senjata-senjata seperti ini, hanya musuh Nona yang memilDeg!Kiana tidak membawa apapun alat yang bisa digunakan untuk komunikasi jarak jauh. Namun, ia memakai jam tangan yang bisa tersambung dengan rekan-rekannya.Alarm bahaya berbunyi. Kiana langsung menekan jam tangannya dan melihat lokasi. Ternyata, lokasi tidak jauh tempatnya saat ini."Berhenti!" perintah Kiana.Sopir tidak berhenti sesuai keinginan Kiana. Kiana menjadi kesal. Ia enggan banyak bicara atau menjelaskan."Berhenti atau aku rusak pintunya!" ancam Kiana."Ada apa Nona?" tanya Lukas."Kau yang paling tahu. Jangan berpura-pura seakan-akan kau tidak mengetahuinya. Bajingan!" bentak Kiana. Ia memaki, mengutarakan sumpah serapahnya."Berhenti! Apa kau tidak dengar apa yang Nona katakan?" ujar Lukas."Baik, Tuan."Kiana mendengkus kesal. Jalanan sangat sepi. Seperti sudah direncanakan, siapa yang boleh lewat dan tidak."Nona, apa Anda membutuhkan mobil?" tanya Lukas."B
"Kau masih terlalu lemah untuk balas dendam. Kalau kau bisa mengalahkanku, setidaknya aku akan memberikan satu nama yang tahu keberadaan adik dan juga sahabatmu!"Entah apa yang sedang pemilik scimitar itu pikirkan. Ia bertingkah seolah-olah sedang memprovokasi kekuatan Brandon. Apakah ia memiliki tujuan membantu dibalik sikapnya yang tanpa perasaan? Ataukah dia memiliki pemikiran lain?Siapa yang tidak akan naik pitam? Orang asing membahas tentang masa lalu Brandon. Apalagi, kisah itu belum sepenuhnya selesai dan terus menghantui hidup Brandon selama ini.Brandon kehilangan adik dan juga sahabatnya. Jejaknya sama sekali tidak ditemukan. Hanya ada berita kematian tanpa jasad.Brandon mulai menyelidiki semuanya dari nol sampai ia berada di titik menemukan sebuah petunjuk. Brandon akhirnya bergabung dengan dunia bawah, masuk ke HG Group.Brandon tidak bisa mengontrol emosinya. Ia bertindak ceroboh sehingga Han menyadari dan mulai mengawasin
Orva tersentak menghadapi dua orang yang berarti baginya sekarat telat di hadapannya. Ia melepaskan jas yang menempel pada tubuhnya.Krak!Tanpa sengaja, pisau dari saku jas terlempar dan merusak chip yang ada pada jam tangan Orva."Ah, Nona pasti khawatir. Aku tidak memiliki cara lain untuk menghubunginya. Aku harap Nona sibuk dan tidak melihat signalnya," gumam Orva.Orva menggendong Oscar di punggungnya. Menyatukan dua jas untuk mengikat Oscar. Sedangkan Rie, ia gendong menggunakan kedua tangannya.Orva memposisikan tubuh Rie, supaya tidak semakin banyak darah yang keluar. Oscar tidak mungkin kalah tanpa sebab. Namun, tangan Orva yang terluka karena rantai milik ketua sekarang mati rasa.Awalnya, Orva berpikir kalau tangannya mati rasa karena tusukan pisau yang ia cabut paksa. Akan tetapi, lengan Oscar yang terluka menghitam. Tentu saja bukan racun biasa yang sampai menyebar hanya dalam beberapa detik saja."Ukh! Sial
"sayang, kenapa tidak bersiap-siap?" tanya Zeki pada Zia yang masih tetap mengenakan baju tidur."Apa Kiana ada di sana?" tanya Zia."Kenapa? Cemburu?" goda Zeki."Tidak. Aku hanya tidak tahu harus berbuat apa kalau bertemu Kiana," kata Zia.Zeki memiliki kesibukan tersendiri. Ia memang hampir terlepas dari tugas untuk menghancurkan HG Group. Hal itu diputuskan untuk menghargai perasaan Zeki, Zia maupun Kiana."Kiana tidak ada di sana. Dia sangat sibuk." Zeki berusaha menjelaskan dengan suara yang sangat lembut. "Bagaimana? Mau tidur sendiri atau menemaniku di sana?" tanya Zeki."Ikut," jawab Zia."Kalau begitu, aku bantu siap-siap."**Naura tidak bisa menerima panggilan karena ia memiliki sebuah urusan penting yang bersangkutan dengan mantan suami Raina.Setelah Naura mengetahui kalau Raina adalah kekasih Renza, ia mulai mengetatkan penjagaan di sekeliling Raina. Hingga akhirnya Naura tahu ka
Han dan Zin memng sudah merencanakan acara malam ini me jadi puncak sudah sejak lama. Dari jauh-jauh hari mereka berdua bekerjasama untuk membuat puncaknya menjadi sangat meriah.Di atas panggung, acara sudah dimulai dengan tamu VVIP, VIP, tingkat tinggi, menengah, ke bawah, mereka semua berkumpul dengan kursi yang berbeda sesuai tingkatan mereka.Rael yang menunjukkan dirinya sebagai Rael, bukan Tuan muda. Jordan, Brian, Lukas Nick dan Teo. Belum lagi Han yang sudah memulai acara, lalu Zin yang muncul dengan wajah masam.Tepat pukul satu dini hari, panggung bisa dilihat dari segala sisi. Gedung timur untuk game, gedung utara untuk casino, gedung selatan untuk bisnis dan Gedung barat untuk bertransaksi amal. Acara yang cukup meriah. Tapi ..."Apa Tuan mau melihat ke lantai bawah?" tanya Jordan."Ada apa denganmu?" tanya Rael."Saya baik-baik saja," jawab Jordan.Rael mengetahui lebam yang ada di pipi Jordan. Acara terseb
Kiana tidak tahu sebatas apa amarah sedang menguasainya. Ia memeluk Kumey begitu erat. Melindungi Kumey dari tatapan para bajingan yang menginginkan permainan gila merendahkan wanita.Kumey bisa merasakan detak jantung Kiana yang berdebar sangat cepat. Bahkan lengannya terasa dingin. Sebesar itukah Kiana sedang menahan amarahnya? Pikir Kumey."Kiana, apa kau sedang marah sekarang?" tanya Kumey. Ia tidak berani membuka matanya. Ia tidak berani melihat wajah Kiana yang begitu mengerikan."Tenanglah. Aku akan membuat mereka membayar perlakuannya padamu!"Panggung akhirnya sepenuhnya menjadi milik Kiana. Tuan Don yang menyaksikannya dari tempat yang cukup jauh, menyeringai.Kiana gelap mata. Ia dibutakan oleh trauma dan dendam. Nick membungkukkan punggungnya."Selamat malam, Nona! Kita bertemu kembali dalam situasi yang lebih menarik dari saat itu," ucap Nick."Tutup mulutmu yang bau itu!"Para VVIP bertepuk tangan
Rasanya, separuh dunia yang Kiana miliki sudah runtuh. Ia sangat sedih dan terluka harus adu argumen. Aura mereka berbeda. Tidak ada lagi cinta dan kasih sayang. Mereka saling berhadapan sebagai orang lain yang tidak saling mengenal."Kalau memang seperti itu, lindungilah mereka sampai batas kemampuanmu," kata Kiana.Kiana mulai menyerang Leon. Kemampuan Leon begitu meningkat. Selama ini, Leon sudah sangat bekerja keras sampai di titik sekarang.Buagh!Buagh!Buagh!Mereka yang melihat pertarungan itu bungkam. Tidak bisa berkata-kata. Kemampuan keduanya imbang. Pencapaian yang di dapat hampir sama.Kiana bisa kidal, begitu juga dengan Leon. Keduanya menguasai ilmu yang sama. Namun, Kiana semakin liar. Tidak ada teknik yang bisa terbaca.Glek!Leon hanya melakukan tugasnya dan Kiana melindungi harga dirinya. Tapi, pertarungan mereka seperti ingin saling memusnahkan satu sama lain."Mr. Lee, seki
Sret!Han menghalangi Rael yang ingin maju. "Dia adalah bagianku!" kata Han.Han sudah ditipu sekali, tentu saja dia semakin kesal dengan Renza. Beraninya Renza membokongnya saat membuat Han berpaling ke arah lain.Gairah bertarung mulai menggebu-gebu. Renza terkekeh sembari menghela napas remeh."Mau berapa lama kalian menungguku?" tanya Renza. "Kakiku sudah kebas karena diam saja tanpa bergerak," sambungnya."Persetan dengan itu!" teriak Han.Buagh!Han menghabiskan tenaganya dalam satu amarah yang besar. Renza terpental sampai pindah area panggung. Ia terjungkal di atas meja judi.Meja judi itu bukanlah meja biasa. Terdapat senjata yang langsung menggores dada Renza."Kau terlempar seperti kapas. Kemampuan seperti itu, beraninya kau sombong di hadapanku," kata Han.Renza mengusap hidungnya yang berdarah. "Kenapa? Kau merasa terhina? Kau merasa marah ketika ada yang meremehkannya?" kata Renza
Generasi pertama naik ke atas panggung. Mereka jalan gontai tanpa membawa kesadaran seolah-olah mata mereka terpaksa terbuka dan seluruh tubuh mereka dipaksa untuk bergerak.Mereka mendekati Kiana dengan senjata yang mereka genggam. Tubuh mereka tercabik-cabik, hancur dan darah segar masih mengucur dari luka yang mereka dapatkan.'Bajingan itu menyiksa mereka sampai seperti ini?' batin Kiana.Kiana memenangkan pertandingan pertama. Para VVIP lemah lunglai tergeletak penuh luka di atas panggung.Kiana menggigit bibirnya sendiri. Ia merasa terlambat dan sangat berdosa. Seharusnya, dalam permainan gila tersebut tidak seharusnya melibatkan banyak orang. Jika HG Group menginginkannya, Kiana tidak akan menolaknya.Melihat generasi pertama yang kokoh dan kuat menjadi ternoda, hati Kiana sangat terluka. Tubuhnya yang sudah lelah, juga luka lama yang terbuka kembali, membuatnya semakin memanas.Pertarungan tersebut membuatnya gila dan semakin bergairah. Kiana yang menghadapi VVIP tidak serius,
Kiana mengerutkan keningnya. Bau amis darah segar dari celine membuatnya sedikit mual. Kiana memperhatikan tangan Celine yang membekas darah kering."Mora, acara sebentar lagi di mulai. Seharusnya kau sudah bersiap. Kenapa kau belum mengenakan seragammu?" tanya Celine sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang berada di dalam ruang ganti khusus untuk Kiana."Saya hanya sedikit bingung," jawab Kiana."Apa yang kau bingung kan?" tanya Celine. Ia membersihkan pisau lipat tersebut. "Apa kau ingin membuatku marah?" lanjutnya sembari memberikan tatapan tajam yang tak terkontrol."Maafkan saya, Nona Celine."Di depan mata Kiana, ada beberapa kalung berlian, anting, gelang dan jumlahnya cukup banyak. Perhiasan untuk pria dan wanita yang jika di pakai akan menutupi tubuh Kiana.'Apa yang harus aku lakukan dengan ini?' batin Kiana."Kau kenakan berlian itu tanpa terkecuali. Tidak ada yang boleh tertinggal," ujar Celine. "Aku tidak menyewa model untuk memperagakannya karena acara malam ini
Sam tidak mungkin menentang elitisan Gracia. Ia tidak mungkin membiarkan Gracia melewati pedihnya jalan hidup yang akan membakar telapak kakinya setiap ia melangkah maju."Lakukan apa yang kau inginkan. Aku akan berada di belakangmu sebagai pendukung," ucap Sam.Gracia beranjak dari tempatnya. Ia menghampiri Tuan Don yang terkekang oleh rantai yang melilit pada tangan dan kakinya. Mereka bertiga berada di ruangan yang sama sehingga mudah untuk mencari celah kabur."Hei, Pak tua!" teriak Gracia. "Kalau kau membohongiku, aku pastikan kepalamu langsung terlepas dari lehermu!" ancam Gracia."Hahaha ..." Tuan Don terkekeh geli. Ia menertawakan dirinya yang sudah dibodohi oleh Naura, juga dua orang yang menjaga kepercayaan tapi menjadi tertuduh. Bukankah itu konyol? Pikir Tuan Don."Aku akan menempatkan kalian berdua di posisi tertinggi perusahaanku. Kalian bisa melakukan apa saja untuk dendam atau membuktikan kualitas kalian," ucap Tuan Don."Kali ini, aku percaya padamu. Kalau kau membuatk
Rael keluar dari perusahaan miliknya. Ia mendapatkan sebuah kesan pribadi tanpa nama. Sejenak, kisah-kisah kelam kembali terlihat Dan terkenang dalam benaknya."Apa yang akan akan Anda lakukan, Tuan?" tanya Tuan Aaron. Meski ia menilai semuanya rumit, tapi Tuan Aaron sama sekali tidak memiliki pikiran untuk pindah kepercayaan atau Tuan."Alu harus menyelesaikan tugasku dengan baik sampai akhir," jawab Rael."Anda akan bergabung lagi dengan tujuh jenius yang Anda besarkan?" tanya Tuan Vidor. "Bukankah mereka sudah sudah mengkhianati Anda? Bagaimana mungkin Anda masih masih percaya pada mereka?" imbuhnya."Aku tidak berpikir kalau mereka berkhianat. Mereka hanya melakukan apapun yang membuat hati mereka senang. Lagi pula, berTuankan aku yang cacat seperti ini, tidak akan mendapatkan keunggulan dan juga nama baik." Santai, tapi terdengar ada kekecewaan di dalam kalimat Rael. Di tambah lagi dengan dengan ekspresi wajah Rael yang tersakiti."Saya mengerti. Saya akan mengikuti Anda sampai a
Ugh ... Ugh ... Ugh ...Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ...Generasi pertama yang dijebak oleh Jordan karena menolak, mereka dijadikan tawanan yang akan memeriahkan puncak acara yang akan menghina harga diri mereka.Mereka semua terbatuk-batuk. Tubuhnya lebam-lebam bahkan ada punggung mereka hampir dibuat meleleh karena disulut oleh besi panas.Argh! Argh! Argh!Teriakan kesakitan itu menjadi nilai plus bagi Jordan. Ia puas karena mereka yang tidak menurut pada akhirnya bisa menjadi mainannya yang berharga."Bajingan kau, Jordan!" teriak Gerald yang tertangkap.Jordan hanya melepaskan Serchan meski Serchan menolak. Ia tidak ingin mengambil resiko karena yang Jordan tawarkan adalah kerjasama dengan bangsawan Inggris, bukan pengamdian dari Serchan. Dua hal tersebut sudah berbeda. Jika Jordan menangkap bangsawan Serchan, tentu saja ia akan dimusuhi oleh Inggris dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan sebagai mimpi buruk."Bedebah sialan! Meski kau menjadikan kami meleleh bersama api, kami tida
Naura mendapatkan pesan singkat dari Delice. Ia harus memecahkan kode supaya bisa membaca pesan dari Delice.Naura menyipitkan matanya. "Dum? Siapa?" gumam Naura.Naura mendengarkan pesan suara yang terkirim melalui pesan pribadi yang akan otomatis terhapus beberapa detik setelah selesai di dengarkan.Naura tidak bisa melakukannya sendiri. Demi Rael, Delice menelusuri seluk beluk keberadaan Tuan Don. Untuk meruntuhkan sebuah menara, Delice harus menghancurkan pondasinya.Naura mendengarkan dengan saksama. Semua hal yang Delice sampaikan. Delice tidak akan membuat pesan pribadi hapus otomatis jika apa yang ia sampaikan tidaklah penting."Sayang, aku akan menjelaskan intinya secara singkat. Aku harap kau bisa mengerti. Aku tidak memiliki waktu untuk menjelaskannya secara langsung padamu. Yakinlah! Kalau kau melakukan sesuai yang aku rencanakan, kau akan berhasil hingga akhir tanpa terluka."Delice menjelaskan dengan rinci apa yang terjadi. Bagaimana awal mulanya sampai ia bertekad selam
Gedung tua yang ada di Rusia menjadi tempat pilihan yang cukup akurat untuk menjalankan semua rencana Jordan. Satu per satu tamu yang ia undang sudah mulai berdatangan.Tamu-tamu tersebut menatap heran ke arah gedung yang setengah rusak karena akibat kebakaran hebat beberapa bulan yang lalu.Mereka terdiri dari generasi awal yang membentuk organisasi damai. Jordan mengusik kedamaian yang sudah mereka perjuangkan."Mereka sudah datang tanpa terkecuali. Hah! Tingkat keyakinan yang aku miliki mencapai batasannya," ujar Jordan.Rion menjadi pengikut Jordan, begitu juga dengan Brandon. Mereka memiliki perhitungannya sendiri karena tali kekang HG Group sepenuhnya berada di tangan Jordan."Aku tidak tahu siapa yang menolak dan siapa yang menerima," ucap Jordan."Ah!" pekik Brandon tiba-tiba.Jordan mengundang mereka hanya mengandalkan persiapan insting dadakan. Tidak ada rencana bahkan persentase yang dibayangkan saja tidak ada. Bukankah Jordan terlalu berani untuk mempertaruhkan nyawanya se
Brak!"Kiana!" teriak Leon.Kiana melirik tajam. Ia sangat menunjukkan rasa tidak sukanya pada Leon yang masuk ke dalam kamar pribadinya saat Kiana baru saja merebahkan tubuhnya."Apa kau tidak memiliki sopan santun?" Kiana membalas bentakan Leon dengan kalimat pertanyaan yang tidak kalah sadis."Aku dengar kalau membunuh Zaila dan Rai, bahkan kau memberikan kelingking Rai sebagai bukti. Kiana, apa kau sudah gila?" bentak Rai.Kiana menyibakkan selimut yang baru saja menutupi tubuhnya. Kiana ingin istirahat sejenak untuk memulihkan diri dari beberapa darah yang keluar dari luka barunya."Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau kesulitan berdiri?" tanya Leon. Ia langsung mendekati Kiana untuk mengecek kondisinya.Kiana menepis tangan Leon. "Singkirkan tanganmu itu!" ujar Kiana."Aku memang tidak bisa memaksamu untuk bercerita, tapi aku yakin kalau kau bertarung hebat dengan Rai sebelum berhasil membunuh Zaila dan Rai. Kenapa kau membunuhnya?" tanya Leon lirih.Leon duduk di atas ranjang Ki
Tubuh Delice seperti menggigil kedinginan. Aura yang terpancar dari orang bertopi yang menyerangnya seperti tidak asing. Orang tersebut bahkan hanya diam dan tidak menyerang Delice lagi setelah Celine meninggalkannya."Kenapa tidak menyerang lagi? Kenapa hanya mematung, hah?" tantang Delice."Kenapa aku harus menyerang saat aku tidak ingin?" balas Kiana.Suara Kiana memang tidak asing bagi Delice. Sejenak, ingatan Kiana mulai merasukinya. Namun, Kiana menahan rasa sakit yang saat ini menyerangnya.Sret!Delice membuka paksa topi yang menutupi wajah Kiana. Rambut Kiana yang tertutup oleh topi juga menjadi tergerai karena penyangga hilang.Delice seperti diberikan kejutan yang tidak bisa ia bayangkan. Kiana, putri tercinta yang sedang ia cari ternyata berada di depan matanya."Kiana!" pekik Delice.Delice tidak ingat kalau beberapa menit yang lalu Kiana melukainya dengan luka yang cukup dalam. Meski luka tersebut bukan apa-apa bagi Delice, tapi tentu saja lukanya terasa berbeda karena p