"Kamu kenapa?!"
Mila terperanjat kaget saat mendengar suara Leon yang bertanya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri seperti itu?" sekilas Mila melihat Leon yang bergidik ngeri.
"Tidak apa-apa Tuan. Saya hanya teringat sesuatu yang lucu saja," kata Mila susah payah mencari sebuah alasan.
Tak mungkin Mila mengatakan jika ia tengah mengukur ketampanan antara Leon dan Liam. Bisa semakin malu Mila, ah, mau taruh dimana lagi muka jelek Mila kalau seperti itu?
"Jadi, apa sebenarnya yang ingin kamu katakan pada saya?" tanya Leon mengibaskan menatap serius pada Mila yang gugupnya semakin luar biasa.
"Tuan, saya—"
"Tolong tatap lawan bicaramu jika sedang bicara," ucap Leon dan cepat-cepat kembali melanjutkan ucapannya. "Maaf, saya tidak bermaksud untuk memotong ucapanmu lagi."
Mila menghela nafas sabar dan mengangguk. "Baiklah Tuan," tepat setelah mengataka
Mila mendengkus jengkel sembari kembali memakai pakaiannya di dalam kamar mandi Leon. Tadinya ia sok hebatnya memutuskan untuk segera pergi dari rumah terkutuk itu. Tapi Leon langsung menghentikannya dan bertanya apakah Mila yakin untuk pergi dengan penampilan seperti itu?Seketika Mila tersadar dan kalah malu, buru-buru Mila melangkah ke kamar mandi dan segera memakai pakaiannya kilat.Setelah selesai Mila segera memutar kenop pintu dan keluar dari kamar mandi. Ia masih melihat Leon disana berdiri di depan jendela kamar membelakanginya.Mila melangkah pelan-pelan dan terkesan mengendap-endap hanya untuk bisa sampai ke pintu utama kamar ini. Saat sudah memegang gagang pintu dan bersiap membukanya terdengar suara Leon yang langsung menghentikan niatnya."Kenapa terburu-buru? Kita belum selesai Mila."Mila mengepalkan kedua tangannya menahan amarah yang kembali ingin meledak. Namun ia tahan sekua
Liam marah besar saat mendengar kabar pemecatan Mila yang keluar langsung dari mulut Leon. Dengan sangat enteng dan bangganya Leon mengatakan itu pada Liam yang langsung emosi."Kau gila?!" sentaknya murka dan menatap sengit Leon. "Kenapa kau memecatnya?""Seperti yang sudah ku katakan sebelumnya, Mila membuat kesalahan yang kali ini tidak bisa ku maafkan." sahut Leon dengan tenang."Memangnya kesalahan apa yang Mila buat sampai kamu tega memecatnya?"Leon tersenyum sinis, "terjadi sesuatu hal. Dan aku tidak akan mengatakannya padamu, bagaimanapun ini antara aku dan Mila saja.""Maksudnya?" Liam tergugu sendiri mendengarnya.Sesuatu hal terjadi antara Mila dan Leon, apak maksudnya itu?"Tapi, Leon, apapun kesalahan yang Mila perbuat seharusnya kau bisa memaafkannya."Leon menggeleng, "tidak untuk yang satu ini. Maaf sekali Liam, aku tidak bisa men
Keesokkan harinya....Mila sudah memutuskan hal-hal apa saja yang ingin ia lakukan, termasuk untuk jalan hidupnya. Mila sudah mengambil keputusan untuk tidak menerima sambutan baik yang diberikan Liam untuknya dan bi Marsiah.Bagaimanapun juga Liam bukanlah siapa-siapa untuk Mila. Bukan suami yang harus bertanggung jawab ataupun menafkahi dirinya.Liam hanyalah seorang pria yang jatuh cinta pada Mila. Itu saja untuk sekarang ini, dan untuk kedepannya Mila tidak tau. Jika memang Liam mencintainya dan serius ingin menikahinya, maka itu beda lagi.Oh, ya ampun! Kenapa kedengarannya Mila seperti ingin dan tak sabar untuk dinikahi Liam?Tidak, tidak. Maksud Mila kan jika saja suatu saat nanti.Lagian jodoh, rezeki, maut tidak ada yang tau kan?Siapa tau aja jodoh Mila beneran Liam. Tapi, kenapa Mila merasa tak rela ya? Astaga!Oke, cukup. Mila tidak in
Mila bahagia, sebulan menekuni usaha kecil-kecilannya yang kini perlahan berjalan mulus. Lancar jaya dan laris manis, ibaratnya seperti tengah naik daun.Semua ini berkat doa bibinya dan teman-temannya yang terus selalu mendukungnya. Dan jangan lupakan kegigihan Liam yang tak pernah berhenti mempromosikan warung makanan Mila.Pria itu sungguh sangat baik dan luar biasa dalam cara membahagiakan Mila. Kini olahan makanan di warung makan Mila tak hanya harus datang langsung ke tempatnya. Apabila bagi kalian yang lagi mager buat keluar rumah, tenang saja karena bisadelivertonline.Warung makan Mila siap mengantar pesanan para konsumen lewat via online.Karena kini Mila sudah memiliki setidaknya empat orang pekerja. Yang dua bertugas untuk mengantarkan pesanan dan yang duanya lagi membantu dirinya di warung makan.Ah, Mila tak menyangka kehidupannya akan benar-benar berubah sepert
Mila jengkel dengan wajah tertekuk masam, dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini kenapa ia harus bertemu dengan manusia yang satu ini sih?Leon dengan wajah dan gaya santainya tersenyum ramah menyapa Mila dan yang lainnya. Sebenci dan se-kesal apapun Mila dia tetap profesional dengan balas tersenyum dan menyapa ramah Leon.Bagaimanapun Leon ini datang sebagai pelanggan di warung makan miliknya."Saya ingin makan disini," ucap Leon yang tak mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Mila yang lama-kelamaan merasa risih juga."Baik," sahut Mila mengangguk dan tak lama ia menyuruh para pekerjanya untuk melayani Leon."Mau pesan apa, Tuan?" tanya Laila sesopan mungkin."Pergilah," kata Leon mengibaskan sebelah tangannya mengusir Laila dengan gerakan halus. "Aku ingin dia yang melayaniku," ucap Leon dengan dagunya menunjuk ke arah Mila yang tengah sibuk berbincang dengan seseoran
Pagi-pagi sekali Leon datang kembali ke warung makan enak sederhana milik Mila. Tapi warung makan itu belum buka, terlihat dari pintu depannya yang masih di gembok.Akhirnya Leon memutuskan untuk menunggu di dalam mobil saja sampai ada salah satu orang yang ada.Beberapa menit kemudian tampak sebuah mobil berhenti di depan warung milik Mila. Turun dua orang berlawanan jenis yang sangat Leon kenal.Itu Mila dan Liam yang saling melempar senyum dan tawa saat turun dari mobil lalu masuk ke dalam warung tersebut.Tampak Liam begitu semangat dalam membantu Mila membawa barang-barang dan belanjaannya. Hal itu tak pernah luput dari pengamatan Leon yang kembali merasakan dadanya sesak dan nyeri tanpa sebab.Kenapa setiap melihat dua orang ini bersama dan bermesraan selalu membuat diri Leon merasa terbakar? Entah oleh amarah, benci atau cemburu?Apa? Cemburu?Leon terceng
Leon terperanjat kaget dengan apa yang barusan ia lakukan. Bagaimana bisa ia sampai lepas kendali dan nekat mencium bibir Mila."Apa yang anda lakukan, Tuan?!" bentak Mila penuh emosi.Huffhh! Formal lagi. batin Leon mendesah lelah.Kenapa sih, Mila tidak juga mengerti keinginannya apa.Apa perlu dan harus mengatakannya langsung?Tidak, tidak. Leon terlalu gengsi untuk mengatakannya secara gamblang pada Mila yang pastinya besar kepala merasa bangga."Aku lapar," ucap Leon sekali lagi. Bukan bohongan, karena Leon memang sangat lapar.Sejak pagi tadi belum ada satu pun makanan yang masuk ke dalam tubuh Leon. Itulah sebabnya yang membuat tubuh Leon terasa lemas, di tambah lagi hujan yang mengguyur membasahi bumi. Hawa dingin serasa masuk sampai ke dalam tulang-tulangnya dan juga perutnya yang terasa keroncongan hebat.Mila menganga lebar menden
Mila menggeliat bangun dan perlahan membuka matanya yang terasa berat oleh kantuk. Mengamati ke sekeliling ruangan yang tak asing untuknya, Mila tersentak dan otomatis menegakkan tubuhnya saat sadar jika ini bukanlah kamarnya melainkan warung.Ya, Mila terjebak tidur di dalam warungnya bersama Leon. batin Mila menyimpulkan begitu melihat Leon yang masih tertidur dalam posisi yang sama.Sepertinya karena efek samping dari obat itu yang membuat Leon sama sekali tidak merasa terusik dalam tidurnya.Mila merogoh ponselnya dari dalam tas selempangnya yang baru, sedangkan tas lamanya yang sudah usang ia tidak pakai lagi. Sebenarnya Mila masih sangat sayang dan tak masalah untuk memakainya, sayangnya Liam melarang keras akan hal itu sehingga Mila memilih mengalah daripada lelah harus berdebat dengan Liam.Sontak kedua mata Mila melotot horor saat melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Liam dan juga bibin