Beberapa hari kemudian Leon sudah kembali bekerja seperti biasa. Dan itu berlaku untuk Mila yang juga kembali bekerja seperti semula. Yaitu membersihkan seluruh penjuru rumah, termasuk kamar Leon yang beberapa hari lalu tak di perbolehkan untuk di bersihkan.
Hari ini Mila datang lebih awal dari jam kerja yang seperti biasanya. Entah kenapa dia ingin lebih awal datang dan syukurlah Leon sudah pergi bekerja. Semalam ia sudah di beritahu oleh nyonya Kartika kalau Leon sudah sembuh dan mulai kembali bekerja seperti biasa.
Jadi wajar jika saat membuka pintu rumah itu Mila sudah tak kaget lagi saat tak menemukan ibu dan anak itu tidak ada disana.
Mila memukai aktivitasnya seperti biasa. Saat masuk ke kamar Leon dan mulai membersihkan tak ketinggalan juga kamar mandi besar nan mewah di kamar itu.
Mila menatap setiap inci kamar mandi itu yang jauh sangat lebat besar dari ukuran kamarnya. Setiap masuk sini Mila selalu
Mila tersentak saat ia bisa mengatakan satu kata bahasa Inggris meskipun hanya dalam hatinya.Ah, Mila baru ingat jika ia diajari Liam makanya ia bisa sedikit bicara bahasa asing tersebut. Dan lamunan Mila harus terpecahkan saat mendengar seruan suara Leon yang mulai bicara."Kamu ingat saya, bukan?" tanya Leon ketus dan menatap tajam Mila. Terlihat sekali aura ketidaksukaan yang Leon pancarkan untuk Mila yang kini menggigil ketakutan.Bukan karena rasa dingin akibat berada lama di dalam kamar mandi. Tapi ... Ya Tuhan!Mila mengangguk lemah, bibirnya terbuka ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi dan kembali terkatup rapat."Terus apa maksudnya itu tadi?" Leon kembali bertanya, kali ini dengan sebelah alisnya yang terangkat.Hmm, yang mana berengsek?!"T-tuan maafkan saya. Saya salah dan kurang ajar." ucap Mila yang lain dengan kata-kata dalam hatinya.
"Kamu kenapa?!"Mila terperanjat kaget saat mendengar suara Leon yang bertanya."Kenapa senyum-senyum sendiri seperti itu?" sekilas Mila melihat Leon yang bergidik ngeri."Tidak apa-apa Tuan. Saya hanya teringat sesuatu yang lucu saja," kata Mila susah payah mencari sebuah alasan.Tak mungkin Mila mengatakan jika ia tengah mengukur ketampanan antara Leon dan Liam. Bisa semakin malu Mila, ah, mau taruh dimana lagi muka jelek Mila kalau seperti itu?"Jadi, apa sebenarnya yang ingin kamu katakan pada saya?" tanya Leon mengibaskan menatap serius pada Mila yang gugupnya semakin luar biasa."Tuan, saya—""Tolong tatap lawan bicaramu jika sedang bicara," ucap Leon dan cepat-cepat kembali melanjutkan ucapannya. "Maaf, saya tidak bermaksud untuk memotong ucapanmu lagi."Mila menghela nafas sabar dan mengangguk. "Baiklah Tuan," tepat setelah mengataka
Mila mendengkus jengkel sembari kembali memakai pakaiannya di dalam kamar mandi Leon. Tadinya ia sok hebatnya memutuskan untuk segera pergi dari rumah terkutuk itu. Tapi Leon langsung menghentikannya dan bertanya apakah Mila yakin untuk pergi dengan penampilan seperti itu?Seketika Mila tersadar dan kalah malu, buru-buru Mila melangkah ke kamar mandi dan segera memakai pakaiannya kilat.Setelah selesai Mila segera memutar kenop pintu dan keluar dari kamar mandi. Ia masih melihat Leon disana berdiri di depan jendela kamar membelakanginya.Mila melangkah pelan-pelan dan terkesan mengendap-endap hanya untuk bisa sampai ke pintu utama kamar ini. Saat sudah memegang gagang pintu dan bersiap membukanya terdengar suara Leon yang langsung menghentikan niatnya."Kenapa terburu-buru? Kita belum selesai Mila."Mila mengepalkan kedua tangannya menahan amarah yang kembali ingin meledak. Namun ia tahan sekua
Liam marah besar saat mendengar kabar pemecatan Mila yang keluar langsung dari mulut Leon. Dengan sangat enteng dan bangganya Leon mengatakan itu pada Liam yang langsung emosi."Kau gila?!" sentaknya murka dan menatap sengit Leon. "Kenapa kau memecatnya?""Seperti yang sudah ku katakan sebelumnya, Mila membuat kesalahan yang kali ini tidak bisa ku maafkan." sahut Leon dengan tenang."Memangnya kesalahan apa yang Mila buat sampai kamu tega memecatnya?"Leon tersenyum sinis, "terjadi sesuatu hal. Dan aku tidak akan mengatakannya padamu, bagaimanapun ini antara aku dan Mila saja.""Maksudnya?" Liam tergugu sendiri mendengarnya.Sesuatu hal terjadi antara Mila dan Leon, apak maksudnya itu?"Tapi, Leon, apapun kesalahan yang Mila perbuat seharusnya kau bisa memaafkannya."Leon menggeleng, "tidak untuk yang satu ini. Maaf sekali Liam, aku tidak bisa men
Keesokkan harinya....Mila sudah memutuskan hal-hal apa saja yang ingin ia lakukan, termasuk untuk jalan hidupnya. Mila sudah mengambil keputusan untuk tidak menerima sambutan baik yang diberikan Liam untuknya dan bi Marsiah.Bagaimanapun juga Liam bukanlah siapa-siapa untuk Mila. Bukan suami yang harus bertanggung jawab ataupun menafkahi dirinya.Liam hanyalah seorang pria yang jatuh cinta pada Mila. Itu saja untuk sekarang ini, dan untuk kedepannya Mila tidak tau. Jika memang Liam mencintainya dan serius ingin menikahinya, maka itu beda lagi.Oh, ya ampun! Kenapa kedengarannya Mila seperti ingin dan tak sabar untuk dinikahi Liam?Tidak, tidak. Maksud Mila kan jika saja suatu saat nanti.Lagian jodoh, rezeki, maut tidak ada yang tau kan?Siapa tau aja jodoh Mila beneran Liam. Tapi, kenapa Mila merasa tak rela ya? Astaga!Oke, cukup. Mila tidak in
Mila bahagia, sebulan menekuni usaha kecil-kecilannya yang kini perlahan berjalan mulus. Lancar jaya dan laris manis, ibaratnya seperti tengah naik daun.Semua ini berkat doa bibinya dan teman-temannya yang terus selalu mendukungnya. Dan jangan lupakan kegigihan Liam yang tak pernah berhenti mempromosikan warung makanan Mila.Pria itu sungguh sangat baik dan luar biasa dalam cara membahagiakan Mila. Kini olahan makanan di warung makan Mila tak hanya harus datang langsung ke tempatnya. Apabila bagi kalian yang lagi mager buat keluar rumah, tenang saja karena bisadelivertonline.Warung makan Mila siap mengantar pesanan para konsumen lewat via online.Karena kini Mila sudah memiliki setidaknya empat orang pekerja. Yang dua bertugas untuk mengantarkan pesanan dan yang duanya lagi membantu dirinya di warung makan.Ah, Mila tak menyangka kehidupannya akan benar-benar berubah sepert
Mila jengkel dengan wajah tertekuk masam, dari sekian banyaknya manusia di muka bumi ini kenapa ia harus bertemu dengan manusia yang satu ini sih?Leon dengan wajah dan gaya santainya tersenyum ramah menyapa Mila dan yang lainnya. Sebenci dan se-kesal apapun Mila dia tetap profesional dengan balas tersenyum dan menyapa ramah Leon.Bagaimanapun Leon ini datang sebagai pelanggan di warung makan miliknya."Saya ingin makan disini," ucap Leon yang tak mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Mila yang lama-kelamaan merasa risih juga."Baik," sahut Mila mengangguk dan tak lama ia menyuruh para pekerjanya untuk melayani Leon."Mau pesan apa, Tuan?" tanya Laila sesopan mungkin."Pergilah," kata Leon mengibaskan sebelah tangannya mengusir Laila dengan gerakan halus. "Aku ingin dia yang melayaniku," ucap Leon dengan dagunya menunjuk ke arah Mila yang tengah sibuk berbincang dengan seseoran
Pagi-pagi sekali Leon datang kembali ke warung makan enak sederhana milik Mila. Tapi warung makan itu belum buka, terlihat dari pintu depannya yang masih di gembok.Akhirnya Leon memutuskan untuk menunggu di dalam mobil saja sampai ada salah satu orang yang ada.Beberapa menit kemudian tampak sebuah mobil berhenti di depan warung milik Mila. Turun dua orang berlawanan jenis yang sangat Leon kenal.Itu Mila dan Liam yang saling melempar senyum dan tawa saat turun dari mobil lalu masuk ke dalam warung tersebut.Tampak Liam begitu semangat dalam membantu Mila membawa barang-barang dan belanjaannya. Hal itu tak pernah luput dari pengamatan Leon yang kembali merasakan dadanya sesak dan nyeri tanpa sebab.Kenapa setiap melihat dua orang ini bersama dan bermesraan selalu membuat diri Leon merasa terbakar? Entah oleh amarah, benci atau cemburu?Apa? Cemburu?Leon terceng
Enam tahun kemudian....Leon dan Mila beserta kedua anak mereka ikut dalam sesi pemotretan keluarga. Ya, tepat hari ini Liam sudah resmi mempersunting wanita pujaan hatinya.Butuh waktu sampai enam tahun lamanya bagi Liam untuk benar-benar bisa melupakan Mila dan berhasil melabuhkan hatinya pada seorang wanita cantik yang kini sudah resmi berstatus sebagai istrinya.Nama wanita cantik yang telah berhasil mencuri hati Liam itu bernama Leena. Kebaikan hati dan sikap lembutnya mampu meluluhkan hati Liam."Selamat, bro." ucap Leon disusul Mila yang juga memberikan selamat untuk sepasang pengantin yang tengah berbahagia sebagai raja dan ratu malam ini."Terima kasih," sahut Liam dan Leena kompak kemudian turut membalas senyuman.Si kecil Liora, putri bungsu Mila tampak memperhatikan Liam dan Leena. Karena Leena begitu menyukai anak kecil pun turut gemas akan si kecil lucu Liora."Boleh aku gendong?" tanya Leen
Mila meremas ke sepuluh jarinya yang saat ini tengah gugup luar biasa. Ada Leon yang duduk di sisi kanannya dan ada bi Marsiah yang duduk di sisi kiranya. Juga ada pak Utama yang duduk di depannya, ada juga Agnes yang duduk di samping pak Utama.Dan yang paling membuat Mila gugup luar biasa adalah seseorang yang saat ini duduk di kursi roda tengah menatap lekat dirinya. Mila akui jika kini tak ada lagi tatapan tajam yang dilayangkan orang tersebut, melainkan hanya tatapan sendu yang menyorot kesedihan juga penyesalan.Entahlah. Itu yang Mila tangkap dari netra nyonya Kartika. Tapi, apakah benar?Tadinya juga Mila kaget saat suaminya pulang ke rumah bersama Agnes untuk menjemput dirinya."Mom, ingin bertemu denganmu." itulah kata-kata yang diucapkan Leon sebelum Mila bertanya lebih dulu. "Sayang, ada yang ingin Mom katakan.""Hah? Apa?" kaget Mila terlihat bingung.Pertanyaan Mil
Leon berdiri termenung di depan jendela kamarnya yang masih terbuka. Langit sudah mulai menggelap di sertai angin yang cukup kencang, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.Leon teringat lagi akan pembicaraannya beberapa jam yang lalu dengan sang papa dan adiknya. Pak Utama dan Agnes meminta Leon untuk pulang ke rumah karena nyonya Kartika yang tengah sakit sebulan terakhir ini.Sebenarnya sakitnya nyonya Kartika sudah dari beberapa bulan yang lalu semenjak perjanjian yang dibuat bersama Leon. Semenjak itu keadaan nyonya Kartika semakin drop, dan parahnya sebulan belakangan ini.Nyonya Kartika jarang makan karena seringnya menolak makan, dan kerap kali mengigau menyebut nama Leon dalam tidurnya. Nyonya Kartika bahkan acap kali mengucapkan permintaan maaf berulang kali yang sepertinya ditujukan pada Leon dan Mila.Sebab itulah pak Utama dan Agnes nekat mem
Beberapa bulan kemudian....Hari ini seperti biasanya, Mila terbangun dengan ceria. Setelah mengecup mesra pipi suaminya, Mila beranjak bangun dari ranjang dengan perlahan. Perutnya yang sudah mulai kelihatan sedikit buncit membuatnya lebih berhati-hati lagi dalam bergerak melakukan aktivitas."Sayang...."Langkah Mila terhenti begitu mendengar suara suaminya yang memanggil namanya. Mila membalikkan badan dan terkejut saat mendapati tubuh Leon yang masih terbaring nyaman di ranjang."Astaga, dia mengigau menyebut namaku." gumam Mila menepuk jidatnya pelan.Kemudian Mila segera bergegas beranjak keluar dari kamar sebelum suaminya itu benar-benar terbangun dan menggeretnya untuk kembali tidur di ranjang."Bibi," sapa Mila melihat bi Marsiah ketika ia tiba di dapur.Bi Marsiah menoleh sebentar dan membalas sapaan Mila sebelum kembali fokus pada masakannya.
Leon menatap dingin sang mama yang datang ke rumahnya. Sedangkan Mila dan bi Marsiah tampak ketakutan melihat kedatangan nyonya Kartika.Kata angkuh tentu saja masih tetap melekat di diri seorang nyonya Kartika yang selalu menatap rendah orang miskin.Membandingkan derajat dan kekayaan orang lain, pada akhirnya membuat nyonya Kartika memilih-milih teman untuk bergaul.Begitupun dalam memilih menantu untuk anak-anaknya. Mila jelas jauh dari kriteria menantu idaman yang di impikannya. Sayangnya, putranya Leon begitu sangat mencintai Mila."Ada apa Mama kesini?" tanya Leon to the point atas kedatangan nyonya Kartika ke rumahnya. Terlihat jelas raut wajah tak bersahabat di wajah Leon, karena ia tentunya masih marah atas sikap dan tindakan jahat mamanya.Nyonya Kartika mengumpat dalam hatinya melihat dingin dan datarnya sikap sang anak padanya. Nyonya Kartika vpastilah Mila sudah mengatakan yang seb
Pak Utama dan Agnes tersenyum menyambut kepulangan menantu dan juga besannya. Pak Utama menepuk bangga puteranya yang telah berhasil menemukan dan membawa pulang kedua wanita tersebut.Mila menghambur memeluk pak Utama yang melebarkan kedua tangannya, tangis Mila pecah di pelukan sang papa mertua yang memberikan kecupan sayang di puncak kepalanya.Mila beralih memeluk Agnes, adik iparnya yang sudah ia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Sama seperti pak Utama yang sudah di anggap seperti bapak kandungnya sendiri.Dan dari kedua orang itulah Mila seperti kembali merasakan kebahagiaan bersama keluarga. Sayang, masih kurang lengkap. batin Mila sedih kala mengingat kurangnya satu orang lagi yang seharusnya juga melengkapi kebahagiaan ini.Perubahan raut wajah Mila yang tadinya ceria kini terlihat murung kembali. Dahinya mengernyit mengikuti arah pandangan mat
Leon mencengkeram pinggiran sofa usang yang tengah di dudukinya. Amarah begitu kentara sekali tengah meliputi Leon. Barusan saja Mila telah selesai mengatakan semuanya pada Leon.Tentang alasannya mengapa pergi meninggalkan Leon, tentunya karena nyonya Kartika yang jahat.Ya, Mila sudah mengungkapkan betapa jahat dan kejamnya ibu mertuanya. Dan Leon sangat tidak menyangka bahwa ibunya bisa sekelewat itu padanya dan juga Mila.Mengapa bisa mamanya malah berniat memisahkan dirinya dengan Mila. Ternyata mamanya tidak pernah menyetujui serta tidak merestui hubungan mereka. Dan parahnya, Leon baru mengetahui ini, itu pun dari mulut Mila dan butuh beberapa waktu untuk mengatakan padanya.Melihat amarah Leon yang jelas terlihat membuat Mila tak tenang. Mengambil inisiatif untuk menenangkan sang suami, Mila menyentuh lengan Leon yang langsung bereaksi menoleh padanya.Amarah Leon sedikit mereda ketika
Sejauh apapun kau melangkah, nyatanya kau tetap akan kembali padaku. Ke dalam pelukanku.Begitulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang membahagiakan ini.Tuhan telah mendengar dan mengabulkan doa-doa Leon yang meminta untuk kembali dipertemukan oleh Mila.Leon melangkah perlahan mendekati Mila yang tampak mengawasinya. Leon takut jika Mila menghindar dan langsung kabur darinya, tapi syukurlah sampai Leon berhasil mendekat dan kini berdiri di hadapannya Mila masih tetap di posisinya saat ini.Tersenyum hangat Leon menatap sang istri yang hanya berdiam diri seperti patung."Mila."Seperti sihir bagi Mila yang langsung menatap tepat ke manik hitam milik Leon. Suara ini ... Oh, Mila sangat merindukannya.Sebulan sudah mereka berpisah karena keadaan yang memaksa. Dan sebulan itu pula mereka berdua merasa sangat tersiksa, satu bulan rasanya s
Leon sangat tidak menyangka sekali jika kata-kata itu yang akan keluar dari mulut Mila. Kata-kata yang sangat dilarang sekali hadir di kehidupan rumah tangga mereka yang selama ini baik-baik saja. Lalu langsung berantakan hanya dalam waktu sekejap.Apakah ini karena kedatangan mamanya ke rumahnya? Baru satu kali tapi kenapa langsung menjadi kacau begini?Dan, astaga! Kenapa juga bisa-bisanya Leon berpikiran buruk seperti itu? Ya Tuhan!"Apa ini karena Mamaku?" tanpa sadar Leon melemparkan pertanyaan seperti itu pada Mila yang tercekat.Ingin sekali rasanya Mila meneriakkan dengan lantang kata. "Ya, ini semua karena Mamamu. Ini semua karena ancaman Mamamu yang memintaku untuk memilih diantara kamu atau bibiku."Namun semua itu tak mampu Mila ucapkan. Mila sedikit ragu, ketika ia melantangkan kata-kata itu, apakah Leon akan langsung percaya padanya?Dan jawabannya tentu saja tidak