“Sungguh? Aku boleh ikut?” Erika memekik tidak percaya. “Ya, tapi mungkin kita tidak bisa lama. Itu memang tempat umum, tapi siapa yang tahu kan.” Kaisar mengedikkan bahu dengan santainya. “Tentu saja aku mengerti.” Erika langsung memeluk kekasihnya itu dengan erat. Padahal Erika pikir dia akan kesulitan untuk memperkenalkan diri sebagai selingkuhan seorang Kaisar Arya Jayantaka, tapi nyatanya tidak. Pria itu sendiri yang akan mengenalkan dirinya ke dunia luar. “Tapi gak masalah kan?” tiba-tiba Kaisar bertanya. “Aku sebenarnya agak takut kalau sampai kau dihina orang.” “Tidak masalah, Kai. Kan sudah kubilang. Dia yang datang di antara kita. Bukan aku yang datang di antara kalian.” “Iya sih, tapi tetap saja. Aku khawatir,” jawab Kaisar menunjukkan rasa khawatir itu dengan sungguh-sungguh. “Sebenarnya ada sih yang aku khawatikan.” Erika yang sedari tadi percaya diri, tiba-tiba saja terlihat cemberut. Dan itu tentu saja membuat Kaisar khawatir. “Apa? Coba katakan padaku.” “Aku
“Aku rasa aku perlu ke toilet,” gumam Erika dan langsung beranjak pergi begitu saja meninggalkan Kaisar yang masih mencerna keadaan. “Erika,” Chris memanggil dan langsung mengejar perempuan itu. “Pemandangan yang luar biasa,” gumam Seno jelas menghina. “Dia jadi selingkuhan berapa banyak orang sih?” “Jaga mulut Papa,” desis Kaisar mendekat pada ayahnya. “Aku tahu hubungan mereka seperti apa,” lanjutnya sebelum pergi mengejar sang kekasih. *** Erika melangkah dengan sangat cepat walau menggunakan heels runcing yang tinggi. Dia bahkan menabrak beberapa orang. Otaknya terlalu kacau untuk hanya sekedar berjalan lurus. Chris, orang yang selama ini dia pikir adalah orang baik, ternyata tidak seperti itu. Pria itu ternyata menipunya, padahal Erika sudah percaya padanya. Sudah membiarkan dirinya dilecehkan pria itu hampir tiap malam, tapi apa ini? Chris anak dari seseorang yang
“Bagaimana perempuan ini bisa ada di sini?” Erika nyaris saja berteriak ketika membuka pintu dan menemukan Queenie berdiri di sana. “Oh, kau sudah datang?” Bukannya menjawab Erika, Kaisar malah bertanya basa-basi pada tamunya. “Aku sudah datang,” jawab Queenie acuh. “Kau mengundangnya datang?” kini giliran Erika yang bertanya. “Ya.” Kaisar yang sedang asyik menonton, tidak beranjak dari tempatnya. “Untuk apa?” “Untuk memeriksa kesehatanmu,” Queenie yang menjawab. Itu tentu saja tidak membuat Erika senang. Entahlah, tapi Queenie ini menyebalkan. Dan lagi pula bukannya dia sudah mem-black list semua orang? “Bagaimana dia bisa ada di sini?” Erika kembali bertanya dalam bisikan. Dia meninggalkan Queenie yang sibuk di sudut sofa yang lain. “Aku mengundangnya,” jawaban singkat dan santai Kaisar jelas membuat Erika menggeram marah. “Kau tahu bukan itu yang aku maksud. Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak memasukkan sembarang orang ke dalam rumah?” “Kurasa dia bisa dipercaya.”
“Ke luar negeri?” tanya Erika dengan mata membulat karena kaget. “Untuk apa?” “Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua denganmu,” jawab Kaisar jujur. “Dan itu berarti kau akan meninggalkan pekerjaanmu? Memangnya tidak masalah? Sekarang saja kau lebih banyak di rumah.” Erika tentu saja bingung dengan keputusan tiba-tiba kekasihnya. “Ya, gak apa-apa. Toh aku yang bosnya kan? Aku bisa kerja dari mana pun.” “Kalau kau membawa pekerjaan, itu namanya bukan liburan, tapi perjalanan bisnis.” Kaisar tertawa mendengar kalimat kekasihnya itu. Wajah cemberut Erika menambah kesan menggemaskan di wajah cantik dan lembut itu dan tentu saja Kaisar menyukainya. “Oke, baiklah. Aku akan menyerahkan pekerjaan itu pada orang lain. Gimana?” “Kalau aku mengatakan mau nonton final World Cup gimana?” Erika bertanya dengan mata memicing. “Itu masih lama, Sayang. Aku cuma punya waktu sekarang.” “Ya, udah. Kita nonton pembukaannya aja minggu depan. Aku mau lihat Ronaldo,” pinta Erika nyaris tanpa ber
“Oh, Kai. Aku sungguh suka ini,” pekik Erika senang sekali. “Bagaimana kau bisa mengurus visa secepat ini?” Kaisar tidak menjawab, tapi dia menggesekkan jempol dan jari telunjuknya. Tentu saja itu maksudnya Kaisar mengandalkan uang untuk mengurus segala keperluan untuk berangkat ke Inggris. Ya. Ini sudah hampir seminggu sejak Kaisar menanyakan soal liburan itu dan sekarang mereka baru saja tiba di Inggris. Masih di Bandar Udara Internasional Heathrow, tapi Erika sudah senang. Bukan tanpa alasan Erika merasa senang. Selama 3 tahun belakangan ini, dia hanya memikirkan pekerjaan dan dendam. Nyaris tidak ada waktu untuk benar-benar berlibur. Selama di Amerika, paling dia hanya ke pantai terdekat saja. “Kau seperti orang yang tidak pernah liburan saja,”Kaisar tak segan mengejek melihat kekasihnya yang kegirangan. “Memang,” jawab Erika jujur. “Aku kan lebih fokus untuk kerja selama ini. Kalau pun ke luar negeri ya cuma buat tugas aja.” Jawaban yang kelewat jujur dan itu membuat Kaisa
“Oh, My God! Jonathan Bailey?” “Hai, Dear. Your boyfriend said that you want to meet me.” Aktor tampan itu tersenyum lebar, membuat Erika tak bisa berkata-kata. Saking terkejutnya, Erika bahkan tak memperhatikan bagaimana wajah Kaisar saat ini. Lelaki itu terlihat sangat senang melihat Erika yang baru saja menunjukkan ekspresi langka. Baginya Kaisar itu terlalu menggemaskan. Kaisar pun membiarkan kekasihnya berbicara dengan aktor kesukaannya itu. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya Erika sangat senang. “Puas?” tanya Kaisar setelah kekasihnya selesai. “Cukup puas sih.” “Tapi?” “Tapi aku masih pengen ketemu. Sayangnya dia punya jadwal yang sangat padat,” keluh Erika dengan bibir cemberut. “Dia tak keberatan memberi jadwalnya. Bagaimana kalau kita singgah saja?” “Aku menolak,” jawab Kaisar dengan tegas, tanpa perlu berpikir. “Kenapa?” “Kau pikir aku mau bertemu dengan pria tidak normal sepertinya? Jangan gila, Erika. Aku tidak mau.” Erika sontak saja tertawa mend
“Rumah berantakan?” Erika mengulang hal yang baru saja disebut pengurus rumahnya. “Iya, Non.” Bik Sum menganngguk dalam panggilan video call itu. “Kan Non Erika dan Tuan Kaisar bakal pulang besok dan sesuai perintah, Bibik datang ke rumah buat bersih-bersih,” perempuan yang sudah melewati 50 tahun itu kembali menjelaskan. “Tapi baru masuk, rumahnya berantakan. Seperti habis ada pencuri yang masuk. Habis itu Bibik langsung keluar, takut kalau ada orang di dalam. Mau panggil security, tapi saya mau lapor dulu sama Non Erika.” Kening Erika berkerut. Keamanan di tempat tinggalnya seharusnya sangat baik, tapi kenapa bisa kemalingan? Ini terlalu aneh. Tidak masuk akal malah, soalnya kan pin pintu tidak semua orang tahu. Bik Sum juga sepertinya tidak berbohong. Dia memang hanya mengikuti perintah Erika untuk datang membersihkan rumah. Erika dan Kaisar besok akan sampai ke Indonesia, setelah berlibur selama 5 hari ditambah 2 hari perjalanan. Erika dan Kaisar bahkan sudah di bandara, me
“Tidak ada benda itu tidak ada,” gumam Erika membongkar meja di kamar rahasianya. “Benda itu hilang.” “Apa yang hilang?” tanya Kaisar menyandar di kusen pintu yang terbuka. Setelah perjalanan panjang pulang dari Inggris, bukannya istirahat. Erika malah langsung pergi ke kamar rahasianya yang masih berantakan dan makin mengobrak-abrik barang di atas meja. Perempuan itu amat sangat khawatir perihal memory card yang dia simpan begitu saja di laci. Dan kekhawatiannya itu terbukti. Benda mungil persegi itu menghilang. “Memory card. Benda itu hilang, padahal penting.” Erika masih membongkar laci dan mengeluarkan barang-barang yang ada di sana. “Mana sini. Biar aku coba bantu cari.” Kaisar baru mengulurkan tangan, tapi Erika langsung menepis dengan kasar. Itu sebenarnya gerakan refleks, tapi tetap membuat Erika terkejut. “Oh, maaf. Aku tidak bermaksud.” Erika langsung menyesali perbuatannya begitu melihat wajah terkejut Kaisar.“Tidak apa-apa,” jawab Kaisar memaksakan senyum. “Kalau