“Apa maksud kalian?” Retno berteriak ketika tidak sengaja mendengar suaminya dan 2 orang temannya yang lain, bercerita soal Erika yang berhasil mereka taklukkan. “Retno apa yang kau lakukan di sana?” tanya Seno terlihat marah sekali. “Kalian apakan Erika?” tanya Retno mulai menyerang suaminya. Enggan berurusan dengan istri temannya, dua orang teman Seno yang lain langsung kabur dari ruangan kantor besar itu. Tentu saja Seno juga akan lebih senang kalau dua orang itu pergi. Dia tidak ingin pertengkaran ini didengar orang lain. “Aku tanya sekali lagi kalian apakan Erika?” “Berhenti berteriak Retno. Lalu untuk apa juga kau peduli dengan anak itu?” Seno balas menghardik. “Kamu setega itu sama dia? Kamu tega sama aku?” tanya Retno tidak percaya kalau suaminya telah berkhianat. Atau setidaknya itu yang dipikirkan Retno. “Aku tidak pernah menyentuhnya,” Seno mendesis marah. “Aku hanya menjual perempuan itu pada Stevan dan Andri dan mungkin akan menjual videonya juga.” Mulut Retno te
“Hei. Kau sudah bangun?” Kaisar menyapa kekasihnya yang baru saja terbangun. “Untuk apa kau bertanya hal yang sudah jelas?” suara Erika terdengar serak ketika menjawab dan membuat Kaisar tertawa pelan. “Aku di rumah sakit lagi ya?” Erika bertanya setelah melihat sekitarnya. “Hm.” Kaisar hanya bisa berdehem pelan. “Lalu kenapa kau ada di sini?” “Kau tidak ingat?” tanya Kaisar dengan kening berkerut. “Aku ingat kok, tapi gak semuanya. Aku gak ingat bagaimana bisa sampai di sini.” Kaisar mengangguk mengerti mendengar penjelasan sang kekasih. Dia pun tidak segan menjelaskan bagaimana perempuan itu bisa ada di rumah sakit. Tentu saja Kaisar tidak menceritakan sesi curhat sang ibu. Entah kenapa, Kaisar berpikir kalau Erika lebih baik tidak tahu kalau masa lalunya sudah terungkap. Pria itu juga sadar kalau dengan masa lalu
Plak. Tanpa ada yang bisa mencegah, tangan ramping Flora dengan cepat melayang ke pippi Erika. Semua orang yang ada di depan ruangan Kaisar sudah bisa menduga ini, tapi tetap saja terkejut. “Apa yang kau lakukan?” hardik Kaisar segera memeriksa pipi kekasihnya. “Aku melakukan yang seharusnya,” Flora balas menghardik. “Aku gak apa-apa, Kai,” bisik Erika menepis tangan pria yang terlihat khawatir itu. “Kau mau apa?” tanya Kaisar ketika Erika melangkah maju. “Aku akan berbicara sebentar dan kau tidak perlu khawatir, aku bisa melindungi diriku sendiri,” balas Erika dengan senyuman. Flora dan rekan kerja sesama sekretaris Erika mendengus mendengar adegan itu. Siapa sangka mereka akan menonton adegan sinetron di kantor sendiri. “Aku tidak tahu apakah Kai sudah mengatakan ini atau tidak,” Erika mulai berbicara setelah mendapat izin. “Tapi Kak Flora yang hadir diantara kami dan bukan sebaliknya.” “Apa maksudmu?” hardik Flora merasa terancam. Dia tak ingin satu pun rahasianya terbongka
“APA YANG KAU LAKUKAN?” Seno langsung berterika begitu memasuki ruang kerja anaknya. Pria itu bahkan tak segan menarik kerah anaknya yang masih terkejut, kemudian memukul anaknya itu. Tenaga pria tua yang jarang olah raga itu tidak seberapa, tapi cincin yang dia pakai membuat rasa sakitnya berlipat ganda. “PAPA APA-APAAN SIH?” Kaisar ikut berteriak karena dipukuli tanpa tahu apa-apa. “KAU YANG APA-APAAN.” Seno kembali meraih kerah anaknya, tapi kali ini Kaisar sudah lebih siap. Dia menepis tangan ayahnya dengan cukup mudah dan menghempaskan pria itu ke atas sofa. “KAISAR APA KAU GILA?” Suara lain terdengar ketika Kaisar melakukan semua itu. “KALIAN YANG GILA,” Kaisar balas menghardik. “Kau benar-benar sudah diperdaya perempuan itu,” geram Seno benar-benar merah. “Apa maksudnya itu?” tanya Kaisar masih bingung dengan semua kejadian tiba-tiba ini. “Mana pelacur itu? Kau pasti menyembunyikannya kan?” tanya Stevan yang kini juga sudah terlihat kesal. “Aku tidak mengerti apa yan
Kaisar memagut bibir Erika dengan lembut tanpa paksaan, tapi jelas terasa menuntut. Lelaki itu terlalu banyak pikiran, sehingga rasanya perlu melampiaskannya. “Kai,” bisik Erika dengan napas terengah. “Kenapa?” tanya Kaisar sebelum menyesap leher Erika, sampai meninggalkan bekas. “Kita belum makan malam,” jawab Erika serius. Karena efek sakit, dia jadi mudah lapar. “Kau tidak perlu melakukan apa pun, Sayang. Cukup mendesah saja untukku dan biar aku yang bekerja keras,” jawab Kaisar kini menatap wajah kekasihnya dengan tatapan lembut. Panggilan sayang dan tatapan lembut itu sudah cukup untuk membuat Erika menyerah. Entah kenapa rasanya belakangan ini dia mudah sekali terhanyut dengan gombalan Kaisar, tapi hari ini Erika sedang tidak ingin mencari tahu. Perempuan itu yang pada akhirnya kembali menempelkan bibir mereka. Dia juga yang mulai menggebu-gebu, tapi s
“Apa aku membangunkanmu?” Kaisar baru saja naik ke atas ranjang ketika Erika membuka matanya. Pria itu pikir kalau gerakannya membuat kekasihnya itu terbangun. “Ya. Kau membangunkanku, padahal aku masih ngantuk,” jawab Erika dengan suara serak kahsa bangun tidurnya. “Tidur saja lagi. Nanti kalau sarapannya sudah siap aku akan emmbangunkanmu.” Kaisar mengecup kening, kemudian bibir Erika dengan lembut. “Memangnya sudah jam berapa?” “Sudah lewat jam 6 pagi, tapi hari ini hari sabtu. Kau bisa tidur lebih lama.” Erika tak lagi menjawab. Dia memilih untuk mengikuti saran Kaisar karena memang itu yang dia butuhkan saat ini. Setelah yakin tuan putrinya sudah tertidur lagi, Kaisar baru beranjak. Dia ingin memesan makanan online, tapi teringat sepertinya masih banyak lauk yang bisa dipanaskan di kulkas lantai atas. Walau tidak terbiasa melakukan pekerjaan rumah, kali ini Kaisar berpikir untuk melakukannya. Dia toh tidak bisa selamanya mangandalkan orang, apalagi kalau misal nanti per
“Sungguh? Aku boleh ikut?” Erika memekik tidak percaya. “Ya, tapi mungkin kita tidak bisa lama. Itu memang tempat umum, tapi siapa yang tahu kan.” Kaisar mengedikkan bahu dengan santainya. “Tentu saja aku mengerti.” Erika langsung memeluk kekasihnya itu dengan erat. Padahal Erika pikir dia akan kesulitan untuk memperkenalkan diri sebagai selingkuhan seorang Kaisar Arya Jayantaka, tapi nyatanya tidak. Pria itu sendiri yang akan mengenalkan dirinya ke dunia luar. “Tapi gak masalah kan?” tiba-tiba Kaisar bertanya. “Aku sebenarnya agak takut kalau sampai kau dihina orang.” “Tidak masalah, Kai. Kan sudah kubilang. Dia yang datang di antara kita. Bukan aku yang datang di antara kalian.” “Iya sih, tapi tetap saja. Aku khawatir,” jawab Kaisar menunjukkan rasa khawatir itu dengan sungguh-sungguh. “Sebenarnya ada sih yang aku khawatikan.” Erika yang sedari tadi percaya diri, tiba-tiba saja terlihat cemberut. Dan itu tentu saja membuat Kaisar khawatir. “Apa? Coba katakan padaku.” “Aku
“Aku rasa aku perlu ke toilet,” gumam Erika dan langsung beranjak pergi begitu saja meninggalkan Kaisar yang masih mencerna keadaan. “Erika,” Chris memanggil dan langsung mengejar perempuan itu. “Pemandangan yang luar biasa,” gumam Seno jelas menghina. “Dia jadi selingkuhan berapa banyak orang sih?” “Jaga mulut Papa,” desis Kaisar mendekat pada ayahnya. “Aku tahu hubungan mereka seperti apa,” lanjutnya sebelum pergi mengejar sang kekasih. *** Erika melangkah dengan sangat cepat walau menggunakan heels runcing yang tinggi. Dia bahkan menabrak beberapa orang. Otaknya terlalu kacau untuk hanya sekedar berjalan lurus. Chris, orang yang selama ini dia pikir adalah orang baik, ternyata tidak seperti itu. Pria itu ternyata menipunya, padahal Erika sudah percaya padanya. Sudah membiarkan dirinya dilecehkan pria itu hampir tiap malam, tapi apa ini? Chris anak dari seseorang yang