Share

Bab 122

"Mama!" Aku berteriak kencang seraya membuka mata.

Jantung berdegup kencang. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulit, membasahi pakaian yang aku kenakan.

"Alhamdulillah, Neng Tsania sudah sadar."

Aku menoleh pada wanita yang berada di sampingku, yang tak lain adalah Bi Imas.

"Bi, aku mimpi Mama meninggal. Astaghfirullahaladzim ... aku takut banget, sampai keringetan begini," kataku, seraya mengusap pelipis yang basah.

Bi Imas menatapku sendu. Dia memberikanku minum setelah aku beringsut duduk dan mengatakan sangat haus.

Beberapa teguk air sudah masuk ke dalam perut, dan aku pun memberikan botol air mineral kembali ke tangan Bibi.

"Neng, Neng Tsania tidak bermimpi." Bi Imas nyeletuk, seiring dengan pintu yang diketuk dari luar.

"Sudah bangun?" tanya Papa.

Aku melihat wajah Papa dan Bi Imas bergantian, lalu mengingat lagi apa yang tadi terjadi.

Mama tidak bangun, lalu dibawa ke rumah sakit, dan ... oh, ya ampun. Ternyata aku masih di rumah sakit sekarang? Dan Meningga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status