Share

Bab 124

Pandangan aku dan dia bertemu untuk beberapa saat. Matanya merah, jejak air mata terlihat di kedua pipi putihnya.

Segera aku menunduk tanpa sedikit pun ingin menyapanya. Jangankan menyapa, tersenyum pun bibirku berat melakukannya.

Bagiku, dia adalah orang asing. Aku sudah tidak mengenalinya lagi setelah kejadian di mana dia mengaku mencintai suamiku, menginginkan suamiku, bahkan bersekongkol menjahatiku.

"Maafkan aku, Tsania."

Satu kalimat keluar dari bibir wanita yang tak lain adalah Sabrina. Suaranya bergetar dengan diakhiri isak tangis.

Aku tidak menjawab. Kepalaku menunduk, lalu mulai memanjatkan doa untuk seseorang yang jasadnya terkubur di dalam tanah.

Dendam memanglah bukan sifatku. Namun, untuk memaafkan dan melupakan kesakitan yang pernah orang lain berikan, tidaklah mudah untukku melakukannya.

Sakit fisik mungkin bisa sembuh dengan obat. Namun, tidak dengan sakit hati. Lukanya memang tidak terlihat, tapi begitu melekat dalam sanubari.

"Aku menyesal, aku menyadari apa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status