Hari – 9.Kami membagi kelompok kami menjadi tiga, yaitu :Kelompok 1 : Asraf (Pemimpin), Bagas, Crona, Rina dan Aurora.Kelompok 2 : Sarah (Pemimpin), Cinta, Fiona, Arifa, Maria, Angelica, Lisa dan Jasmine.Kelompok 3 : Rock (Pemimpin), Sebastian, Michael, Andika dan jika Robert merubah pemikirannya, dia bisa bergabung dengan kelompok ini.Jujur saja, karena Aku tahu bahwa Haruka, Alice, Helene dan Anna akan ikut dengan kelompokku, bahkan tanpa diminta sama sekalipun, jadi Aku merasa bahwa lebih baik kelompokku hanya terdiri dari Aku dan Bagas, mungkin ditambah dengan Crona. Akan tetapi karena Sarah bersikeras bahwa kita harus membagi kelompok kita seadil mungkin tanpa memasukkan faktor luar seperti para pelayan yang membantuku, karena posisi mereka yang tak jelas apakah kawan atau lawan, maka pada akhirnya kelompok itulah yang terbentuk.Meskipun Aku tetap merasa bahwa kelompok yang terbentuk tak begitu adil, meskipun ada beberapa faktor yang dipikirkan oleh Sarah saat membentuk kel
Hari – 9.Aku dan kelompokku pergi ke lantai 9 untuk melaksanakan rencana yang dimiliki oleh Crona. Rencananya sebetulnya sangat sederhana. Kami hanya mematikan semua lampu di lorong, lalu berjalan ke berbagai tempat dengan hanya menggunakan lampu senter sebagai alat penerangan kami.Menurut apa yang dibaca oleh Crona, sepertinya mahluk-mahluk itu akan muncul saat keadaan gelap dan suasana sunyi berlangsung. Karena kami tak memiliki jendela di sini, jadi kami hanya perlu mematikan lampu untuk membuat suasana menjadi sangat gelap, meskipun saat ini masih siang hari. Di sini juga sangat jarang terlihat pelayan yang bersih-bersih, karena lantai ini jarang dikunjungi, terutama oleh para perserta seperti kami.Untuk mempercepat perkerjaan kami, kami membagi kelompok kami menjadi 3, yaitu Aku dan Bagas; Crona, Rina dan Aurora; lalu Haruka, Alice dan Helene; seperti yang dikatakan oleh Helene sebelumnya, Anna akan masuk ke dalam kelompok Sarah, jadi dia tak berada di sini.Aku merasa khawati
Hari – 9.Bagas dengan sigap berdiri di depanku untuk melindungiku saat kami melihat mahluk tersebut di depan kami.“Siapa kau?!”Tanyaku dari balik punggung Bagas.Bayangan itu tak begitu jelas bentuknya, selain gambar samar-samar, tapi meski begitu, Aku tetap bisa melihat wujudnya yang menyerupai manusia. Dia jauh lebih pendek dari pada diriku dan Bagas, mungkin dia hanya seukuran anak SD.“Apa kau adalah anak kecil yang menjadi korban di tempat ini?”Aku kembali bertanya, karena tak kunjung mendapatkan jawaban darinya. Aku yakin mendengar suara tawa darinya, jadi Aku yakin bahwa dia bisa berkomunikasi dengan kami.“Apa kau tak mau menjawab pertanyaanku?”Kali ini Aku memberikan tatapan tajam, karena dia tak kunjung mau memberikan tanggapan apapun.“Hehehehe...”Dia tiba-tiba saja tertawa yang membuat Aku dan Bagas terkejut.“Apa yang lucu!?”Tanyaku dengan nada marah, setelah Aku berhasil lepas dari keterkejutan diriku.Aku melihat keadaan Bagas sambil memastikan keberadaan mahluk
Hari – 9. Aku terdiam membeku saat mengetahui identitas sebenarnya dari bayangan hitam itu. Apa selama ini Kakakku adalah bayangan hitam itu? Bagaimana bisa? Aku sama sekali tak mengerti. “Bukankah kau seharusnya sudah mati, lalu kenapa kau bisa berada di sini?” Tanyaku kembali, karena dia masih belum menjawab satupun pertanyaanku. “Hm? Untuk apa kau mengetahui hal seperti itu?” Tanya Kakakku sambil memiringkan kepalanya. Jujur saja, meskipun dirinya memiliki wajah yang mirip dengan Kakakku dan diriku, tapi dia sama sekali tak mengingatkanku padanya. Dia sangat berbeda dengan apa yang kuingat di ingatanku. “Jawab saja pertanyaanku! Bagaimana bisa kau berada di sini!?” Sosok itu sekali lagi menunjukkan seringainya pada kami. “Tentu saja dengan cara yang sama dengan kalian!” Aku sama sekali tak bisa mempercayainya, meskipun apa yang dia katakan memang benar sekalipun. “Apa yang tak bisa kau percayai dari perkataanku?” Seolah dia bisa membaca pikiranku, dia bertanya dengan memp
Hari – 9.Aku tak bisa berpikir dengan jernih. Pikiranku benar-benar campur aduk. Apakah yang dia katakan memang benar? Jika itu memang benar, maka orang yang bersikap paling baik di antara kami adalah orang yang paling mencurigakan.Wajah Arifa tiba-tiba saja muncul di kepalaku, begitu memikirkan hal tersebut. Aku tak ingin memikirkan kemungkinan tersebut, tapi semakin dipikirkan, Aku semakin berpikir bahwa kemungkinan besar hal tersebut memang benar. Dia memiliki alasan yang kuat kenapa dia mau menjadi si pengkhianat. Dia pasti ingin membantu kedua orang tuanya yang mengalami kebangkrutan.Bukan hanya itu saja. Meskipun dia tak menonjol jika dibandingkan dengan yang lain, tapi dia juga ikut terlibat dengan banyak hal. Terutama soal dia yang melihat Selena yang diseret ke dapur. Bisa saja dia hanya berbohong padaku, buktinya baik Sebastian dan Kevin sama-sama tak mengetahui hal aneh tentang dapur. Apakah yang dia katakan itu memang benar?“As
Hari – 9.“Rencana bodoh macam apa yang kau pikirkan kali ini?”Tanya Bagas dengan nada kasar pada Crona.“Kau benar-benar kasar, ya! Aku tak memiliki rencana bodoh apapun!”Balas Crona sambil cemberut.“Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu dan Aku juga tahu bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang bagus, makanya Aku menyebutnya rencana bodoh!”Bagas dan Crona saling memberikan tatapan tajam satu sama lain.“Aku tak peduli apakah itu rencana bodoh atau bukan, Crona bisakah kau menjelaskan apa yang ada di kepalamu saat ini?”Kataku yang mencoba untuk menengahi mereka berdua.Crona berhenti memberikan tatapan tajam pada Bagas dan melihat ke arahku.“Ini mudah saja... kita hanya perlu memberikan penjelasan yang diberikan oleh Kakakmu itu pada semua orang satu per satu, tapi kita memberikan sedikit kesalahan pada informasi tersebut.... jika si pengkhianat itu
Hari – 9.Setelah berpisah dengan yang lain, Aku langsung menuju ke kamarku, kamar nomor 303. Aku masih ingat bahwa kamar ini adalah kamar yang selalu kami gunakan untuk berkumpul dan di kamar ini pula kami kehilangan Ria.Aku kemudian mematikan semua lampu yang berada di kamar ini hingga membuat kamar ini gelap gulita, lalu Aku menyalakan sebuah lilin dan menaruhnya di tengah ruangan. Tentu saja Aku juga menyiapkan senter, jika lilin tersebut mati. Setelah itu Aku duduk dengan tenang di depan lilin dengan kali yang disilangkan.Ini adalah salah satu legenda yang terdapat di laporan yang ditulis Anna dan Helene. Dikatakan bahwa Aku akan bertemu dengan hantu anak kecil, jika Aku sendirian di dalam kamar yang gelap dengan sebuah lilin yang menyala. Karena Kakakku masih memiliki tubuh anak kecil, meskipun dia seharusnya lebih tua dariku, jadi seharusnya dia bisa dipanggil dengan cara ini.Aku menunggu selama beberapa saat, sebelum akhirnya Aku melihat
Hari – 9.Setelah keluar dari kamarku, Aku langsung pergi menuju kamar Bagas, yaitu kamar 304. Di dalam kamar itu Aku bisa melihat Bagas, Crona, Sarah, Rina, Fiona, Aurora dan Rock. Sepertinya mereka menunggu kedatanganku untuk mendengar informasi yang berhasil kudapatkan sembari mengawasi kondisi Bagas.Di sini juga ada para pelayan yang membantu kami, yaitu Anna, Helene, Haruka dan Alice. Si Alice itu nampak sangat fokus saat dia mengamati Bagas yang sedang berbaring di atas kasur.“Bagaimana? Apa kau mendapatkan informasi yang berguna?”Tanya Crona yang sepertinya masih kesal denganku.Aku kemudian menjelaskan semua yang kutahu pada mereka.“Begitu, ya... jadi semua hal tentang kutukan ini bermula dari ulah mereka sendiri.”Komentar Crona yang terdengar tak begitu tertarik dengan informasi yang berhasil kudapatkan itu.“Aku sebetulnya masih ingin menanyakan banyak hal padanya, tapi dia tiba-tiba saja menghilang begitu saja.”Kataku dengan nada kecewa.“Apakah ada semacam batas wakt
pertama Author di GoodNovel. Butuh banyak petuangan untuk menyelesaikan Novel yang satu ini, terutama melawan rasa malas. Meskipun cerita utama dari Novel ini sudah berakhir, tapi Author berencana untuk menuliskan cerita pendek yang menceritakan masa lalu dari setiap karakter yang hanya diceritakan sekilas, keseharian Asraf dan yang lainnya di dalam menara yang tak bisa dimasukkan ke dalam cerita utama, lalu kehidupan sehari-hari mereka setelah tinggal di Desa Tanpa Nama. Kemungkinan besar ceritanya akan di Post di Blog pribadi Author dan bukan di platform ini. Jadi silahkan tunggu cerita Author yang selanjutnya. Author juga mau mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah membantu saya, juga pada GoodNovel yang sudah mau menayangkan Novel ini dan terutama pada para pembaca setia yang mau membaca cerita ini sampai habis. Sampai jumpa lagi di karya Saya yang selanjutnya. TTD Author, Ismail Fadillah.
Sebulan kemudian.Tak terasa waktu berjalan begitu saja, bahkan pengalaman kami di Menara Tanpa Nama itu mulai terasa seperti mimpi.Menara itu sekarang sudah terbakar dengan hanya menyisakan puing-puing bangunan. Sejujurnya Aku merasa seperti mengalami keajaiban, karena bisa selamat dari api yang dapat membakar semua bagian dari Menara besar itu.Keberuntungan mungkin sedang terjadi pada kami, karena dampak dari terbakarnya menara itu tak meluas sama sekali. Yah, sebetulnya Aku tak tahu itu hanya sekedar keberuntungan semata atau ada semacam kekuatan aneh yang melindungi Desa dari api tersebut.Aku akan berbohong jika mengatakan bahwa Aku tak merasakan apapun saat melihat puing-puing dari Menara itu. Karena meski sebentar, kami telah menghabiskan 10 hari di dalam sana. Dan tempat itu juga menyimpan tubuh teman-teman kami yang telah meninggal. Pada akhirnya sampai akhir kami tak pernah lagi melihat tubuh mereka. Bahkan saat api yang membakar Menara itu te
Hari – 10.Setelah berpisah dengan Asraf, kami semua berjalan menuju pintu keluar dari Menara ini. Kami semua berhenti tepat di depan pintu tersebut, lalu saling melihat ekspresi wajah satu sama lain.“Sebelumnya pintu itu tak bisa terbuka sama sekali, kan?”Tanya Cinta sambil melihat pintu yang ada di hadapannya.“Ya, itu benar... Aku dan Asraf sudah mencoba membukanya.”Jawabku sambil berjalan menuju pintu tersebut, Rock dan Michael juga segera mengikutiku. Kami bertiga kemudian mendorong pintu tersebut. Meskipun berat, tapi kami bisa membuka pintu tersebut, berbeda sekali dengan apa yang terjadi di hari pertama kami datang ke tempat ini.“Pintunya benar-benar terbuka...”Gumam Cinta tak percaya.Aku menutupi wajahku dari sinar matahari yang masuk melalui pintu tersebut. Setelah seminggu lebih tak melihat cahaya matahari, Aku jadi merasa silau dengan cahayanya.“Kita benar-benar sudah bebas.”Aku bisa mendengar gumaman Lisa saat gadis itu berjalan keluar dari Menara ini.“Horeee! Ki
Hari – 10.“Aku benar-benar tak menyangka bahwa Christ akan mengkhianatiku.”Kata Kepala desa sambil melihat kedua orang yang berbadan besar di lantai. Aku bisa melihat ada minuman yang tumpah di lantai, kemungkinan besar mereka diracuni olehnya.“Aku sendiri juga tak menyangka akan hal tersebut.”Balasku dengan jujur. Aku memang tak pernah berencana untuk melibatkannya.“Apakah dia memang menyimpan dendam padaku? Aku tak menyangka bahwa lelaki sepertinya akan menyimpan dendam.”“Itu mungkin salahmu sendiri bahwa kau membunuh salah satu anggota keluarganya.”“Hmm... kurasa kau memang benar.”“Tentu saja Aku benar.”Meskipun dia seharusnya tahu apa yang saat ini sedang kurencanakan, tapi dia tak terlihat panik sama sekali.“Nah, apa sudah kau mengetahui apa yang sedang kurencanakan saat ini?”“Ya, tentu saja.”“Lalu kenapa kau tak melarikan diri?”“Untuk apa? Aku ini sudah tua, bahkan jika kau tak melakukan ini, Aku pada akhirnya akan mati juga.”Kepala desa itu memberikan senyuman ten
Hari – 10.“Asraf, apa kau akan melakukan sesuatu yang berbahaya sendirian lagi?”Tanya Sarah yang nampak tak senang dengan apa yang ingin kulakukan.“Ya, kurasa begitu.”Jawabku dengan santai.“Apa kau tak berpikir untuk merubah sifatmu yang satu itu?”Sarah kembali bertanya, tapi dengan nada yang lebih kesal dari sebelumnya.“Untuk saat ini... tidak!”Jawabku tanpa ragu.“Kenapa?”Sarah menghilangkan nada kesalnya dan menggatinya dengan nada sedih.“Tidak ada alasan yang begitu spesial, kurasa Aku hanya bertindak egois.”Aku memberikan senyum lemah saat mengatakan itu.“Apa kau ingat saat Aku berkata ingin merubah tempat ini?”Tanyaku dengan suara lemah, tapi masih dapat terdengar oleh Sarah dan yang lain.“Ya, kau pernah mengatakan itu... kau serius tentang itu, kan?”“Ya, tentu saja... Aku benar-benar berniat untuk melakukannya, tapi untuk melakukan hal tersebut.”“Kau perlu menjadi Kepala desa... betul, kan?”Crona melanjutkan ucapanku dengan nada percaya diri. Aku mengangguk ke
Hari – 10.“Tidak ada yang benar-benar kusembunyikan dari kalian tentang sifatku yang asli... Aku memang selalu seperti ini.”Jawabku sambil tersenyum santai.“Apa itu memang benar?”Tapi nampaknya Maria tak percaya dengan perkataanku sedikitpun.“Itu memang yang sebenarnya, kau bisa tanyakan saja pada Bagas... dia sudah mengenalku luar dan dalam, jadi dia seharusnya tahu jika Aku sedang menyembunyikan sifat asliku atau tidak.”Aku melihat ke arah Bagas untuk meminta pendapatnya.“Ya, Aku sudah lama mengenalnya... jadi Aku tahu bahwa dia tidaklah banyak berubah dari sebelum dan sesudah dia datang ke tempat ini.”Jawab Bagas tanpa ragu sama sekali.“Benarkah itu?”Tapi sepertinya Maria meragukan hal tersebut.“Apa yang ingin kau katakan?”Bagas menajamkan pandangannya pada Maria.“Tidakkah kau berpikir bahwa dia sebelum dan sesudah Kakaknya meninggal adalah dua orang yang berbeda?”“Maksudmu?”“Oh, ayolah... Aku tahu bahwa kau sudah menyadarinya... bahwa Asraf yang sebelum dia menjadi
Hari – 10.“Jadi apa yang ingin kau lakukan setelah ini, Rock?”Tanya Michael yang sudah mengerti apa yang kami bicarakan, sebelum dia dan Rock bergabung dengan kami.“Kau tahu sudah mengerti bahwa kau tak mungkin terus seperti ini, kan?”Lanjut Michael yang mendesak Rock untuk menjawab pertanyaannya.Rock nampak menggaruk lengan kirinya dengan cangung. Dia sepertinya memang sudah menyadari hal tersebut, tapi sayangnya dia belum bisa menentukan hal yang bisa dia lakukan di luar sana.“Aku selalu berkelahi.”Katanya dengan tiba-tiba.“Hal tersebut membuatku ditakuti oleh banyak orang dan tentu saja mendapat banyak musuh... Aku sendiri tak begitu mengerti kenapa Aku tak bisa menahan diriku, tidak kurasa itu hanya alasanku... Aku hanya bersikap terlalu egois dan tak mau mengerti perasaan orang lain... Aku selalu saja membuat orang-orang di sekitarku kerepotan karena tingkahku yang eg
Hari – 10.“Pertama-tama, mari kita hilangkan suasana kaku di sini dan membicarakan sesuatu dengan lebih santai!”Kataku sambil meregangkan tubuhku agar tubuhku merasa lebih santai.“Kau benar... kita sudah terbebas dari permainan itu, jadi kita lebih baik bersikap lebih santai.”Kata Sarah yang setuju dengan ideku.“Justru itu adalah hal yang kulakukan saat ini... kenapa kalian seperti tidak menyadarinya!”Kata Cinta yang telihat kesal. Tentu saja Aku menyadarinya, jadi seharusnya dia tak perlu marah begitu.“Tenang saja, Cinta... Aku mengerti usaha yang ingin kau lakukan.”Kataku yang membuatnya menoleh ke arahku dengan ekspresi sedikit terkejut.“Eh! Benarkah itu?”Aku menganggukkan kepalaku.“Tentu saja... kau ingin kami melupakan peristiwa buruk yang terjadi di sini, kan? Meski hanya untuk sementara waktu.”Cinta terse
Hari – 10.Setelah merapikan tempat tidurku, Aku langsung bergagas mandi dan mengganti pakaianku. Aku sebetulnya cukup menyukai baju baru yang kudapatkan di tempat ini, tapi sepertinya Aku harus meninggalkan baju tersebut di sini, karena setelah diperhatikan ternyata baju itu memiliki noda darah yang sulit dihilangkan. Kemungkinan besar itu adalah bekas pertarungan antara Aku dan Sebastian kemarin. Saat itu dia memiliki banyak noda darah di dirinya, belum lagi dia menggunakan pisau yang basah oleh darah segar.Setelah itu, Aku mengemas kembali barang-barang bawaanku. Aku jadi teringat, Aku membeli obat sebelum ke tempat ini, tapi sepertinya Aku hanya menggunakannya sedikit. Meski begitu Aku memutuskan untuk tetap menyimpannya, karena siapa tahu Aku membutuhkannya.Setelah beres, Aku membawa barang bawaanku keluar kamar. Di saat yang hampir bersamaan, Bagas juga nampak keluar dari kamarnya.“Ah, Asraf... apa kau...”Bagas berhenti bertanya di tengah-tengah, dia kemudian menggelengkan k