Salah seorang penumpang yang berada dalam ruangan tunggu keberangkatan pesawat di saat malam pergantian tahun itu adalah Adam. Seorang perwira muda usia dua puluh tujuh tahun yang doyan membaca. Hiruk-pikuk lalu-lalang ratusan orang penumpang yang semakin merajalela dia dalam ruangan tunggu itu seolah-olah tak mengusik pendengarannya. Pilot termuda dengan pangkat kapten di angkatan udara itu lebih memilih menunggu sambil membaca.
Baru saja beberapa menit perwira muda bernama Adam itu melanjutkan bacaannya, tiba-tiba saja dia kembali di usik oleh suara seorang wanita berbicara dalam bahasa Inggris.
“Excuse me sir, is this seat occupied.?” ..........maaf ya tuan, apakah kursi ini sedang kosong.........? Suara seorang wanita tiba-tiba saja menyerobot masuk ke telinga Adam. Seketika itu juga dia berhenti membaca.
Sepasang kaki wanita mengenakan rok panjang dilihatnya tepat berdiri di depannya. Adam kemudian menengadahkan kepalanya ke atas, ternyata sepasang kaki itu adalah milik seorang wanita eropa yang sangat sempurna kecantikannya. Kedua bola mata wanita itu berwarna biru keabu-abuan. Luar biasa...., begitu memukau terlihat. Beberapa saat, kedua tatapan mereka saling bertubrukan satu sama lain, dan seketika itu juga di antara mereka berdua kaget saling menatap. Wanita itu senyap tak bersuara, padahal tadi itu dia ingin duduk di kursi yang kosong tepat berada di samping Adam.
Begitu cantiknya wajah wanita eropa itu. Juga...., begitu luar biasa tak ada duanya. Lihat saja, kedua bola matanya yang biru begitu memukau, hingga membuat Adam seolah-olah tak sanggup melepaskan tatapannya. Wanita itu juga tak kalah kagumnya melihat Adam, seorang pemuda berpakaian seragam yang begitu bersahaja. Hingga dalam waktu beberapa saat, tatapan mereka berdua masih saja melekat dengan erat walaupun tanpa perekat.
Cukup lama di antara mereka berdua saling tatap mata seolah-olah terpukau dengan pandangan masing-masing yang begitu mempesona. Bahkan juga..., di antara mereka saling membisu tak sanggup mengedipkan mata, seakan-akan tengah berada di alam bawah sadar mereka. Adu tatap di antara mereka akhirnya terhenti di saat panggilan boarding naik pesawat terdengar dari pengeras suara. Suara berisik kasak-kusuk puluhan orang penumpang yang berhamburan dari duduknya membuat kedua anak manusia berlainan lain jenis itu terbangun dari alam bawah sadar mereka.
Wanita itu ragu-ragu untuk berkata, karena dia tak bisa berbahasa Indonesia. Dia hanya menunjuk ke arah kursi kosong yang ada di samping Adam. Di sana memang tergeletak sebuah tas ransel tempur yang cukup berat milik Adam. Pemuda itu menganggukkan kepala, dia paham apa yang dimaksud oleh wanita itu.
“Oh yes mam, I know that.” ........oh iya bu, saya tahu itu....... Ucap Adam. Pemuda itu langsung berdiri mengemas barang bawaannya.
Ransel tempur miliknya itu dia pindahkan dari kursi. Tak sengaja, Adam melihat ada sisa makanan yang ditinggalkan oleh penumpang lain dengan begitu saja di sana, begitu jorokk kelihatannya. Tak pakai tunggu lama, pemuda itu langsung merogoh tisu dari tas ransel miliknya. Sebelum wanita itu duduk, dia bersihkan terlebih dahulu kotoran yang ada di sana.
“Sir, it doesn’t need, let me do it.” .........tuan, tak usah repot-repot dibersihkan, biar saja saya yang lakukan........ Pinta wanita itu.
“No... problem mam.” .........tak masalah bu........ Adam langsung menyahut. Sepertinya dia tak memedulikan, Adam tetap saja membersihkan kursi itu hingga tak bersisa lagi kotoran di sana, lalu dia mempersilakan wanita itu duduk.
“Oh. thanks a lot Sir.” ........oh terima kasih banyak tuan....... Ucapan terima kasih wanita itu tersembur dari kedua bibirnya yang mungil,
“Don’t mention it.” ........sama-sama........ Adam mengembangkan kedua tangannya
Wanita itu hanya tersenyum mendengar. Sembari duduk menempelkan pantatnya di kursi yang tak empuk, sepasang bola matanya yang biru masih terus mengarah pada pemuda itu. Adam dilihatnya kembali melanjutkan bacaannya. Sebuah buku dengan judul “Electromagnetic Induction” setebal 240 halaman di bolak-balik oleh pemuda itu. Memang jarang sekali ditemukan seorang tentara yang hobi baca buku, apalagi buku itu mengenai ilmu sains dan teknologi.
Ingrid Rose, nama bule itu juga tak kalah sengitnya membaca. Sebuah buku dengan ratusan halaman jumlahnya kemudian dia buka dan dia baca. Keduanya kemudian senyap tanpa suara, tak juga saling tatap mata.
Penglihatan pemuda itu tiba-tiba terpeleset pada sesuatu di saat dia tengah asyik-asyiknya membaca. Dilihatnya sebuah boarding pass tak sengaja tergeletak di atas lantai tepat di samping kakinya, sepertinya baru saja tercecer dari lipatan buku wanita itu. Adam membungkukkan badan, boarding pass itu kemudian dipungutnya.
“Sorry mam.!” ........maaf bu....... Sapa Adam. Dia memanggil wanita itu dengan sebutan ‘mam’ karena tak tahu siapa namanya.
“But I think this boarding pass is yours?” ........tapi saya rasa ini adalah boarding pas milik anda....... Adam memperlihatkan boarding pass yang ada di tangannya.
“Oh my boarding pass.?” ........boarding pass saya........? Wanita itu menyipitkan mata mengerutkan jidatnya.
“Yes mam, it is dropped from your book.” .......ya bu, saya lihat tadi terjatuh dari buku anda..... Tunjuk Adam ke arah buku.
“Oh thanks a lot sir.” .......oh terima kasih banyak tuan...... Bule itu melayangkan senyumannya sembari menerima.
“My pleasure.” .......dengan senang hati....... Adam membalasnya.
Saat bording pass dia berikan, sepintas lalu Adam melihat buku yang dibaca oleh wanita itu. Terlihat cukup tebal, buku itu dalam bahasa Jerman. Sepertinya buku itu seputaran ilmu Astrofisika yang membahas tentang benda-benda di angkasa. Adam menebak wanita itu pasti berkebangsaan Jerman.
*****
Sebuah panggilan boarding untuk naik pesawat kembali terdengar dari pengeras suara, wanita itu bangkit dari duduknya. Puluhan orang penumpang langsung bubar berebutan antre menuju pintu keberangkatan. Ribut suara kasak-kusuk yang terdengar mengalahkan volume suara dari pengeras suara. Wanita itu ragu-ragu apakah itu juga penerbangan untuknya, dia tak bisa mendengar dengan jelas nomor penerbangan yang disebutkan dari pengeras suara. Kedua bola matanya kini kembali tertuju pada Adam yang duduk di sampingnya.
“Ah excuse me sir.” ........oh maaf tuan......... Sapa bule itu begitu sopan. Pemuda itu berhenti membaca, dia juga bahkan menutup bukunya.
“Yes mam.” .....ya bu..... Adam juga menjawab dengan sopan.
“I’m really sorry, but actually I don’t want to disturb you.“ .......maaf sekali, sebenarnya saya tak ingin mengganggu anda........ Sebuah kalimat yang begitu sopan tersembur dari mulut wanita itu.
“It’s okay mam..! what can I do for you mam..?” .........oh, itu tak masalah bu, ada yang bisa saya bantu bu........ Adam membalasnya juga dengan kalimat yang lebih sopan.
“But do you know what flight number is that..?” .........ngomong-ngomong, apakah anda tahu nomor penerbangan itu........? Wanita itu menunjuk ke sekumpulan penumpang yang bergerombolan dalam antrean panjang.
“I’m not so sure mam.” .........saya tak begitu yakin......... Adam ikut memperhatikan. Dia juga tak begitu yakin dengan nomor penerbangan pesawat yang sedang boarding sekarang.
“But let me check it for you.” .........tapi biar saya cari tahu terlebih dahulu........
Pemuda itu kemudian berdiri, pandangannya berkeliling. Kedua bola matanya kemudian terhenti pada salah satu layar monitor yang ada dalam ruangan.
“Oh mam, the are leaving for Manado, can you see that.?” ........oh ya bu, mereka akan berangkat ke Manado, coba anda lihat ke sana........ Tunjuk Adam pada sebuah layar monitor yang tersembunyi di balik tiang beton penyangga bangunan. Wanita itu menyipitkan mata ikut melongok ke arah sana.
“Oh yeah I see that, I thought that’s mine, anyway thanks a lot.” ........oh ya, saya lihat itu, ternyata bukan penerbangan saya, walau bagaimanapun terima kasih ya........ Wanita bule itu menganggukkan kepalanya.
“It’s no problem mam.” ........oh itu tak masalah bu........ Adam menampakkan senyumannya.
Sedari, ada sesuatu yang mengusik pikiran wanita itu. Sepertinya dia kurang berkenan karena terus menerus dipanggil ‘mam’ oleh Adam. Sebelum wanita itu kembali duduk, dia meminta sesuatu agar jangan lagi disebut ‘mam.’
“Please don’t call me mam, I’ve just twenty one, I’m still very young you know.?” ..........tolong jangan panggil saya ibu, umur saya baru 21 tahun, anda tahu kan, saya masih begitu muda.........? Ucap wanita itu juga menampakkan senyumannya.
________________________________________________
(......Wow..! Ternyata wanita itu tak mau dipanggil ibu, umurnya saja baru 21 tahun, sangat muda sekali, cantik lagi, kedua bola matanya saja biru warnanya.....)
_______________________________________________
“Oh yeah, sorry mam.” .........oh, ya bu, saya juga minta maaf...... Adam keceplosan bicara, dia masih saja memanggil wanita itu dengan sebutan ‘mam’
Wanita itu semakin mengembangkan senyumannya mendengar kata ‘mam’ yang masih saja terlontar dari mulut Adam.
“Sir, just call me Ingrid.” ........tuan, panggil saja saya Ingrid....... Pinta wanita itu masih memperlihatkan senyumannya.
*****
Sejenak...., pandangan gadis cantik dengan pukauan bola matanya yang biru itu bagai menggeledah pakaian seragam militer yang dikenakan oleh Adam. Cukup lama dia memperhatikan, seakan-akan dia terpesona dengan seragam itu. Lagi pula, melihat Adam begitu ramah, Ingrid pun tak segan-segan memulai sebuah pembicaraan dengan pemuda itu.“Sir, are you actually on duty now...?” ........tuan., apakah anda sedang dalam tugas sekarang.......? Ingrid mencoba membuka sebuah percakapan dengan Adam. “Oh, because of this uniform.?” ........oh., karena baju seragam ini......? Adam menunjuk baju seragam yang dia kenakan. “Yes..” ......ya...... Wanita itu menganggukkan kepala. Kedua bola matanya masih saja melekat pada pemuda itu. “But......, officially yes.” ..... tetapi..., sebenarnya memang iya..... Adam memelankan suaranya. Sepertinya dia agak risih menjawab kalau dirinya tengah berada dalam tugas di malam pergantian tahun itu. “Oh..... awesome, what a wonderful, you kno
(31 Desember – pukul 23:50 malam) Jarum jam terus melompat, hari menunjukkan pukul 23:50 malam, 10 menit menjelang tahun melompat. Namun pesawat Green air dengan nomor penerbangan XZ-1949 yang jadwal keberangkatan sebenarnya menuju Biak adalah pukul 23:45 tadi, masih belum juga ada pemberitahuan pukul berapa akan diberangkatkan. Ruang tunggu keberangkatan tiba-tiba berubah genit, mirip pasar kaget tanpa jual beli. Sepuluh menit menjelang pergantian tahun, belasan gadis bercelana ketat terlihat lenggak-lenggok masuk ruangan tunggu keberangkatan berjalan menggoyangkan pantat. Ternyata....., ada satu rombongan mahasiswa fakultas ilmu kelautan yang akan mengadakan penelitian di Biak. Mereka juga ikut dalam penerbangan XZ-1949 itu. Mengetahui adanya keterlembatan pemberangkatan pesawat, beberapa orang mahasiswi berduit sengaja ‘shoping’ terlebih dahulu di kawasan bisnis bandara. Mahasiswi centil yang terakhir masuk Mona namanya. Dia bersama Dini, Atun, Supiah dan K
(1 Januari- Pukul 01:00 dini hari) Jiwa yang yang terlelap itu tiba-tiba saja terlepas dari raganya. Lalu....., mengembara ke angkasa bagai elang emas yang lepas dari sarangnya. Sesosok benda putih menyerupai cahaya kilat seperti apa yang sering disaksikan oleh pemuda itu mendadak muncul dari balik awan hitam. Bagai cambuk api raksasa, sesosok benda putih itu melejit sebegitu cepat. Dalam sekejap mata, cahaya itu menyambar jiwa yang terlepas, hingga jatuh terjerembab ke dalam sebuah dimensi ruang yang lain. Pemuda itu merasakan dirinya tiba-tiba saja tercampak di dalam suatu ruangan asrama Perwira, tapi dia tak tahu di mana asrama itu sebenarnya. Asrama itu gelap dan pengap, seolah-olah telah bertahun-tahun tak pernah dijamah, begitu menyeramkan. Tak satu pun terdengar suara olehnya, semua membisu dalam kesunyian malam. Sesosok manusia berpakaian parasut terbang mirip penampakan yang muncul di ujung barak Bintara seperti apa yang sering dia lihat kini muncul l
(1 Januari- Pukul 01:30 dini hari) Tahun baru saja berganti. Proses boarding penumpang pesawat XZ-1949 masih belum tuntas. Tinggal belasan penumpang lagi, kebanyakan ibu-ibu yang membawa anak kecil dan orang berumur yang kalah kuat bersaing di saat memasuki pesawat. Namun ada juga sepasang muda-mudi yang terlambat karena ketiduran berduaan. Ingrid Rose yang tadi masuk ke dalam pesawat bersama Adam lebih dahulu duduk di kursi nomor 7A di sisi jendela sebelah kiri. Adam masih melangkahkan kaki menuju kursi barisan tengah. Entah apa yang terjadi, namun.... langkah perwira itu tiba-tiba saja terhenti di tengah-tengah gang pesawat yang sempit. Ada sesuatu yang mengusik penglihatannya, seberkas cahaya putih berkedip-kedip tiba-tiba saja menyerobot masuk melalui kaca-kaca jendela pesawat. Cukup lama dia menatap, hingga menimbulkan tanda tanya yang besar bagi dirinya. Mata batin pemuda yang mempunyai kemampuan luar biasa itu tiba-tiba saja terperangkap dalam suat
(1 Januari – pukul 01:55 dini hari) Baru saja beberapa menit pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ-1949 itu mengudara pada ketinggian jelajah terbangnya, Moni, seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi nomor 3B kelas bisnis langsung kebelet ingin ke toilet. Moni melirik arloji mungilnya..., jam menunjukkan pukul 01:55 dini hari. Namun...., Moni apes, baru saja dia berdiri dari duduknya, seorang pria berpakaian kelelawar serba hitam tiba-tiba berjalan ngebut menyalip langkahnya. “Waduh..., sial tuh orang, padahal aku lagi kebelet bener..!” Celoteh Moni monyong-monyong. Langkah pertamanya langsung terganjal, Moni kembali duduk menghempaskan pantattnya di kursi pesawat. Suatu keanehan terlihat oleh Moni, seseorang berpakaian hitam itu secara misterius menghilang tepat di depan pintu toilet. “Wah..., ke mana perginya orang itu, kok tiba-tiba dia bisa menghilang...?” Moni melongo melihat kaget. Belum sempat lagi kekagetan Moni menghilang, la
(1 Januari - pukul 02:06 dini hari) Beberapa menit setelah teriakan Moni berlalu, suasana dalam ruang kabin penumpang pesawat Airbus A320 itu kembali merayap sunyi. Hawa dingin menyerang, kantuk pun mengundang. Sebahagian besar penumpang yang memang sudah kelelahan terlalu lama menunggu di bandara tadi kini tertidur dengan pulasnya. Yang terdengar hanya suara dengingan mesin turbo-jet pesawat yang tak berirama. Di luar pesawat terlihat sangat gelap. Kedipan lampu-lampu navigasi pesawat berwarna putih menyala terlihat jelas di wing tip yang terdapat di kedua ujung sayap. Itulah satu-satunya pemandangan yang bisa dinikmati oleh penumpang yang kebagian tempat duduk di deretan jendela. Pramugari cantik juga tak terlihat lagi, bersembunyi dibalik tirai di bagian depan dan belakang kabin pesawat. Hampir setengah jam mengudara, pesawat melaju tanpa guncangan di antara indahnya malam dan taburan bintang. Kecepatan pesawat terpantau di posisi 438 knots, atau hampir mendekat
Ketakutan di benak Lisa semakin menggila. Sembari berteriak, pintu itu kemudian dia pukul-pukul dengan sekuat tenaga. Aneh yang dirasakan Lisa, karena tak ada seorang pun yang mendengar teriakannya. Kembali Lisa mencoba. Dia menjerit lagi, juga minta tolong lagi. Namun Sia-sia belaka. Hingga kelelahan pun Lisa menjerit, namun masih tak ada seorang pun yang mendengarnya. Kelelahan pun mulai terasa. Lisa akhirnya berhenti menjerit. “Tak mungkin...!” Lisa menggelengkan kepala. “Mengapa pramugari dan penumpang yang duduk di samping toilet tak mendengar....?” Pikir Lisa lagi merasa ada sesuatu yang aneh. Memang terasa aneh. Padahal Lisa ingat. Selain penumpang, dia juga melihat ada dua orang pramugari yang bertugas di kabin bahagian belakang pesawat sedang duduk di sana tadi. Tak mungkin jika tak ada seorang pun yang mendengar teriakannya. Melihat pintu toilet itu tak bisa dibuka, sesosok makhluk yang kesal itu tertawa pada Lisa. Seolah-olah dia mengejekn
Pandangan Lisa kemudian merayap ke mana-mana mencoba mengurai kejenuhan. Bahkan, kursi demi kursi di barisan depan diperhatikannya walau itu tak ada guna. Hampir seluruh penumpang tertidur lelap melipat tangan dilihatnya. Tak ada suara yang terdengar, kecuali suara ngorok beberapa orang penumpang. Wajah Lisa kemudian mengarah ke sisi sebelah kiri ruang kabin pesawat. Tatapannya mendadak tertumbuk pada seorang Perwira muda yang duduk di kursi nomor 16D, tepat di sisi sebelah kirinya. “Sepertinya aku pernah melihat pemuda itu.” Pikir Lisa menyipitkan mata mencoba mengingat-ingatnya. Cukup lama Lisa mencuri pandang pada pemuda yang duduk tak jauh di sampingnya. Mengamati raut wajahnya, juga seragam militer yang dia pakai. “Pemuda itu..?” Ingatan Lisa tiba-tiba tersentak. “Ya Tuhan...., dia itu sepertinya mirip dengan pemuda berpakaian militer yang aku temui di toilet dalam mimpi ku tadi.” Pikir Lisa. Sesaat Lisa menundukkan kepalanya, mengerutkan kening da
Mendung kesedihan begitu gelapnya menimpa Ingrid, hingga meluluh lantahkan semua impian yang cukup lama terpendam. Dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca, gadis itu hanya mampu menatap pilu dinding kaca yang membatasi ruangan perawatan, begitu berharapnya dia sesosok pemuda menyerupai Adam itu muncul di sana kembali menampakkan senyumannya. Namun sayang...., sebegitu lamanya dia menatap ke sana tapi pemuda yang dia impi-impikan itu tak kunjung terlihat jua dalam pandangannya. Pupuslah sudah kini setetes harapan yang masih tersisa, hingga membuat dirinya tak mampu lagi menahan tetesan air mata. Mata yang memerah kini tak bisa lagi dia pejamkan, penglihatan gadis itu kemudian berserakan tak menentu mencoba mengurai kegelisahan yang melanda perasaan. Kedua bola matanya kemudian berputar ke sudut-sudut ruangan perawatan. Dipandanginya dinding-dinding kaca yang membentang yang membatasi ruangan, juga ditatapinya langit-langit kamar dengan sederetan lampu yang bercahaya tera
Lima hari setelah kecelakaan penerbangan XZ-1949 Lima hari sudah Ingrid terbaring lemah di salah satu ruang isolasi perawatan khusus sebuah rumah sakit ternama. Cidera yang dialami oleh gadis itu dalam musibah kecelakaan pesawat Airbus A320 lima hari yang lalu ternyata cukup parah. Dari hasil analisa tim dokter yang menangani kesehatannya, Ingrid baru akan bisa pulang ke negara asalnya paling cepat dalam waktu tiga minggu lagi. Setelah selamat dari musibah kecelakaan pesawat Airbus A320, gadis cantik bermata biru yang berkecimpung dalam dunia astrofisika itu tak lagi seceria seperti dulu. Mendung kedukaan begitu membelenggu perasaannya mengetahui Adam belum juga ditemukan hingga di hari ke lima itu. Hari-hari dirawat di rumah sakit, Ingrid hanya bisa menunggu perkembangan berita melalui media masa dan televisi. Di manakah sebenarnya keberadaan Adam kini...? apakah pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu berhasil ditemukan...? Namun sayang..., apa yang ditunggu-tung
Waktu terus berjalan. Jarum jam berputar hingga dua kali keliling lingkaran. Malam pun sudah lama terlewatkan. Siang kini kembali datang. Langit biru terbentang luas tanpa awan. Matahari kembali bersinar terang. Panas yang terasa begitu garang. Ingrid setelah sehari semalam terkatung-katung di tengah-tengah lautan kini kembali siuman. Hawa panas dia rasakan menimpa seluruh anggota badannya. Mata terasa perih bagai terkena noda. Ingrid perlahan terjaga. Cahaya kuning kemerah-merahan dia rasakan menempel di balik kedua kelopak mata. Gadis itu kemudian mencoba membuka kedua matanya, namun apa daya dia tak bisa. Untuk sejenak, gadis itu berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada. Beberapa saat kemudian, dia coba menggerakkan kedua tangannya, namun juga masih tak bisa. Seluruh tubuh terasa kaku bagai mati rasa. Jangankan mengangkat tangan, untuk menggerakkan kelopak matanya saja dia masih tak berdaya. Ingrid akhirnya menyerah kalah kembali tak ingat apa-apa. Ada ses
Segelintir manusia memakai baju pelampung terlihat terapung-apung di atas lautan buas. Pelampung itu menyebar tercerai berai terpisah satu sama lain menuju ke sebuah pulau hantu tak berpenghuni. Merekalah itulah para penumpang pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 yang berhasil selamat dari maut. Segelintir memang...., tapi itulah yang terjadi. Sebagian besar penumpang tenggelam sudah ke dasar lautan. Mereka kini hidup terkatung-katung di antara alam nyata dan alam gaib, puluhan orang jumlahnya. Mereka berada di alam lain dan kini hidup dalam kutukan. Merekalah....., para manusia yang selama hidup di dunia bergelimpangan dosa dan pesta-pora. Mereka para pembuat maksiat dan perusak yang tak pernah tobat. Penipu-penipu elit terselubung yang hidup mewah namun merajalela dalam kemunafikan. Semuanya itu kini tak ada lagi guna. Arwah-arwah mereka kini bergentayangan di dunia, disiksa oleh dosa-dosa yang tak berhingga. Mereka kini menjadi penghuni sebuah pulau
Terik matahari pagi di tengah-tengah lautan semakin ganas membakar. Namun sayang, Ingrid yang berada dalam keadaan cidera masih belum juga sepenuhnya sadar. Baju pelampung yang sedari tadi dikejar juga hanyut semakin menjauh. Keletihan yang luar biasa tak membuat Adam menyerah dengan begitu saja. Pemuda itu kembali berenang dan mengejar pelampung yang semakin hanyut. Tubuh Ingrid kembali dia seret dengan paksa. Gadis cantik itu merasakan tubuhnya menghempas di atas air ketika diseret Adam. Sakit dia rasakan di sekujur tubuhnya, hal itu merangsang sistem syarafnya untuk kembali terjaga. Kelopak matanya kemudian kembali terbuka, mulut bergerak komat-kamit seakan ingin berkata. Nyaris saja baju pelampung berhasil dicapai, namun Adam mendadak menghenti ayunan kakinya mendengar Ingrid mengerang kesakitan. Dilihatnya kelopak mata gadis itu kembali terbuka. “Ingrid, it is me Adam..., can you hear me...?” .......Ingrid, ini aku Adam, apakah kamu bisa mendengarkan aku......
Tenaga Adam terkuras habis, oksigen yang tersisa dalam dada juga semakin menipis, napas yang tersisa kini semakin kritis. Udara yang tadi terperangkap dalam ruang kokpit kini tak terlihat lagi, semuanya telah habis. Ada satu hal yang membuat Adam bertekad untuk tetap bertahan hidup, janji yang telah terlanjur dia ucapkan pada gadis itu untuk menyelamatkan nyawanya. Tak ingin Adam mati sebelum janji itu dia penuhi. Begitulah ikrar seorang tentara, pantang menyerah, pantang kalah. Nyawa Ingrid yang sekarat berada dalam dalam pelukannya harus dia selamatkan terlebih dahulu. Baju pelampung yang telah terpasang di badan Adam yang menghalangi pergerakannya dengan rela dia lepas agar bisa bergerak lebih bebas. Darah pemuda itu menggelegar di ujung napasnya yang terakhir, Adam bertahan di pintu kokpit beberapa detik. Tubuh Ingrid yang berada dalam pelukannya dia lepas sesaat. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, tubuh gadis itu dia dorong ke bawah keluar melalui pint
Tiga puluh orang lebih penumpang berhasil ke keluar dari jendela darurat setelah berjibaku adu otot. Beberapa orang lainnya tersangkut sebelum mencapai jendela darurat. Puluhan penumpang sudah terlebih dahulu tewas. Sebahagian lagi masih meregang nyawa tersangkut di antara kursi penumpang. Perjuangan curang berjibaku adu jotos mereka sia-sia belaka. Sebahagian besar dari mereka itu mengapung tanpa baju pelampung. Dengan susah payah mereka berenang menantang ombak. Napas sesak, mata perih, hidung pedih, badan letih dan perut kembung terminum air. Apa yang terjadi kemudian, belasan orang yang mengapung tanpa baju pelampung akhirnya menyerah kalah tak sanggup berjuang. Gelombang air laut menghadang. Tubuh-tubuh mereka kembali tenggelam dan menghilang. Tak jauh kalah. Potongan bahagian belakang dan ekor pesawat yang terpisah kondisinya jauh lebih parah. Tiga perempat bagiannya tenggelam sudah. Sisanya han
Sesuatu hal yang tak berguna dan sangat fatal kini terjadi di antara penumpang. Masing-masing orang berlomba-lomba ingin secepatnya mengembangkan baju pelampung dalam ruangan pesawat. Tanpa pikir panjang tali warna merah disentak ke bawah. Baju pelampung pun mengembang. Dan kini.., apa yang terjadi.....? Semuanya berebutan, satu sama lain saling dorong ingin secepatnya menuju jendela darurat dengan kondisi baju pelampung yang sudah terkembang. Hal itu tentu saja memperburuk keadaan, gang pesawat di antara kursi-kursi penumpang yang sempit kini semakin berdesakan tak bisa dilewati. Padahal...., prosedur penggunaan baju pelampung selalu diperagakan oleh pramugari-pramugari cantik dalam setiap kali keberangkatan pesawat. Bahkan..., ada juga yang mendengarnya belasan kali dalam sebulan. Namun dalam situasi panik membuat pikiran jadi beku tak bisa berpikir. Semuanya kehilangan akal sehat tak peduli apa itu maksudnya dengan mengembangkan baju pelampung setelah berada di
........Bahagian ini menceritakan kejadian yang mengerikan. Kebijaksanaan pembaca diperlukan (kalau takut jangan dibaca ya)......... ***** Penglihatan Adam tiba-tiba saja dikagetkan oleh kemunculan sebuah pulau misterius yang terlihat di tengah-tengah lautan. Pulau yang muncul itu menyeramkan, terlihat tandus dipenuhi gunung-gunung batu tanpa pepohonan. Banyak terlihat bangunan-bangunan aneh mirip tembok besar di cina, piramida atau candi yang menghiasi sebahagian besar permukaan pulau itu. “Pulau itu lagi...? mustahil.!” Mata Adam terbelalak tak percaya. Adam masih ingat, pulau itulah yang pernah dia saksikan enam bulan yang lalu. Begitu angker terlihat, pulau itulah yang membawa bencana bagi Adam enam bulan yang lalu. Hanya beberapa detik setelah Adam menyaksikan kemunculan pulau itu, pesawat Hercules Lockheed C-130 yang dia piloti meledak di angkasa dan hancur berkeping-keping sebelum tercebur ke dalam lautan. Tak ada firasat apa-apa yang dirasakan ol