Pandangan Lisa kemudian merayap ke mana-mana mencoba mengurai kejenuhan. Bahkan, kursi demi kursi di barisan depan diperhatikannya walau itu tak ada guna. Hampir seluruh penumpang tertidur lelap melipat tangan dilihatnya. Tak ada suara yang terdengar, kecuali suara ngorok beberapa orang penumpang. Wajah Lisa kemudian mengarah ke sisi sebelah kiri ruang kabin pesawat. Tatapannya mendadak tertumbuk pada seorang Perwira muda yang duduk di kursi nomor 16D, tepat di sisi sebelah kirinya. “Sepertinya aku pernah melihat pemuda itu.” Pikir Lisa menyipitkan mata mencoba mengingat-ingatnya. Cukup lama Lisa mencuri pandang pada pemuda yang duduk tak jauh di sampingnya. Mengamati raut wajahnya, juga seragam militer yang dia pakai. “Pemuda itu..?” Ingatan Lisa tiba-tiba tersentak. “Ya Tuhan...., dia itu sepertinya mirip dengan pemuda berpakaian militer yang aku temui di toilet dalam mimpi ku tadi.” Pikir Lisa. Sesaat Lisa menundukkan kepalanya, mengerutkan kening da
Pandangan Rosma masih terus berputar-putar menjelajah angkasa. Sudut-sudut langit semakin dipantaunya begitu lama untuk menyibak gundah di hatinya. Dan lagi-lagi, sesuatu yang mengejutkan menyengat penglihatan Rosma. Sebuah sambaran halilintar mendadak muncul menerjang lautan. Kali ini jauh lebih keras suara dentumannya dari yang tadi. Sontak Rosma terperanjat pucat. “Busyeeeeeeeeet...!” Pantat Rosma terangkat melihat. Seram apa yang disaksikan oleh Rosma Langit hitam seketika berubah merah membara. Angkasa seolah-olah terbakar berkobar-kobar. Badan Rosma seakan menggelegar walau tidak tersambar. Laksana tembakan kanon roket ke udara, cahaya kilat itu berkejar-kejaran, tampak berliku-liku bak cakaran kuku-kuku setann. Melejit secepat kilat tak berapa jauh dari ujung sayap pesawat. “Mampus deh....!” Umpat Rosma Ciut dan pucat...., Rosma tak lagi bernyali. Jantungnya seolah-olah bocor disabet sengatan listrik tegangan tinggi. Darah seakan terhenti mengalir
Kulit jidat Rosma terlihat semakin berkerut-kerut bagai kulit jeruk purut. Memang, tak ada terlihat sesuatu yang aneh di sana, atau juga penumpang yang membawa anak kecil dalam pesawat. Namun Rosma benar-benar mendengar suara-suara tangisan itu. Tapi anehnya juga..., kenapa hanya dia yang bisa mendengarnya. “Aneh ya Dan, kok hanya aku saja yang bisa dengar suara-suara itu.?” “Mungkin karena bosan kali sudah kelamaan di dalam pesawat.” “Ya....., mungkin saja sih.” “Ya sudah, tak lama lagi kan pesawat akan transit di Makasar.” “Aku tahu Dan, tapi itu kan masih satu jam lagi, tapi ngomong-ngomong beneran nih kamu nggak ngerasain ada sesuatu yang aneh dalam pesawat ini.?” “Nggak ada tuh, semua biasa-biasa saja, sudah kamu merem aja dulu, mana tahu bisa tenang.” “Tapi perasaan aku sebenarnya mengatakan memang ada sesuatu yang tak beres dalam pesawat ini Dan.” “Ah, nggak ada itu, kamu saja yang dasarnya memang sudah penakut.!” Sindir Danu,
Siska, salah seorang mahasiswi ilmu kelautan yang ikut dalam rombongan di pesawat itu melirik jam yang ada di handphonenya. Pukul tiga pagi tinggal beberapa menit lagi, namun penerbangan terasa lama olehnya, dan juga sangat membosankan. Beberapa kali Siska merasakan pesawat itu hanya berputar-putar saja di atas lautan, seperti sebuah pesawat yang kehilangan arah di alam luas. Hal itu tentu saja membuat dirinya merasa cemas. “Sudah lebih dari satu jam pesawat mengudara, tapi rasanya kok masih berputar-putar di atas lautan saja ya, ada apa sebenarnya ini...? jangan-jangan ada masalah pada sistem navigasinya lagi, wah bisa berabe nih....!” Pertanyaan konyol itu tiba-tiba saja mencuat dalam benak Siska. “Rissa....., seingat aku penerbangan ke Makassar paling lama kan cuma dua jam, tapi sampai sekarang kok rasanya pesawat ini masih berputar-putar saja, kapan sampainya kalau begini begini terus...?” Celoteh Siska pada Rissa yang duduk di sampingnya. “Yaaa...., es pu
Pesawat Airbus A320-214 dengan nomor penerbangan XZ 1949 itu masih saja berada di antara selatan pulau Kalimantan dan Sulawesi selatan yang dikontrol oleh menara pengawas yang berlokasi di Makassar. Pesawat terjebak di sana, terus berputar-putar dalam sebuah garis khayal yang menghubungkan pulau Bawean dan kota Majene dengan kepulauan tengah yang berada di laut Jawa. Daerah tersebut termasuk wilayah perairan masalembo yang sering dihubungkan orang dengan banyak cerita mistis dan aura negatif, karena sering terjadi penampakan makhluk-makhluk gaib di sekitar sana. Tak jarang kecelakaan yang sangat mengerikan kerap menimpa kapal laut atau pesawat udara yang kebetulan sedang melintas di daerah tersebut. Dan untuk kali ini kejadian alam yang aneh di luar jangkauan akal sehat manusia itu benar-benar dialami oleh pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 itu. Suatu fenomena yang hampir tak pernah terjadi, di mana menyatunya awan-awan hitam bermuatan listrik dengan k
Ruang kokpit pesawat begitu kacau. Pintu kokpit terlihat dalam keadaan terbuka, tampak gelap dan begitu ‘chaos’ carut-marut di dalamnya. Gagang telepon untuk komunikasi internal ‘interkom’ antara kru dalam pesawat yang terlepas dibiarkan tergayut di belakang dinding kokpit. Gagang itu terlihat masih bergoyang-goyang. Dua orang pramugari cantik terlihat mematung di belakang ruangan kokpit pesawat. Mereka diam bersandar di dinding kokpit. Keduanya menggigil, walau mereka tidak sedang kedinginan, mulut terkatup dengan warna bibir terlihat memucat. Adam mendengar suara salah seorang dari mereka sedang berada di dalam ruangan kokpit kemudi. Sepertinya salah seorang pramugari ada yang sedang membangunkan pilot dan kopilot. Dengan cepat Adam mengetahui bahwa pesawat itu kini terbang dalam keadaan acak dan tak ada yang mengendalikannya. “Loh...., memangnya ada apa mbak...?” Adam langsung bertanya kepada salah seorang dari mereka. Namun......, kedua pramugari itu menjawab denga
(.............bahagian ini menggambarkan situasi yang mengerikan dalam ruangan pesawat..., kebijakan dan kedewasaan pembaca dibutuhkan...........)***** Radar cuaca memang menunjukkan pesawat sedang berada di tengah-tengah pusaran badai. Beberapa tumpukan awan badai juga masih terus bergerak saling mendekat satu sama lain. Tak ada jalur kosong terlihat. Pesawat Airbus A320 itu sudah dipastikan akan kembali terjebak beberapa saat lagi. . “Cepat mbak, panggil beberapa orang penumpang untuk mengevakuasi ke dua tubuh pilot ke luar ruangan kokpit....! kita tak punya banyak waktu lagi, kalau tidak mereka berdua bisa celaka.” Pinta Adam pada pramugari agar segera melakukan evakuasi terhadap kedua pilot yang sekarat. Seorang pramugari buru-buru keluar dari dalam ruangan kokpit pesawat. Empat orang penumpang dewasa di barisan depan bergegas melepaskan sabuk pengaman diminta oleh pramugari untuk membantu mengevakuasi kedua pilot dari dalam ruang kokpit. Seorang di antaranya beru
Menakjubkan....., jika Yang Kuasa berkehendak, tak seorang pun yang mampu menghalanginya. Pesawat itu mulai melambat, walaupun hidung pesawat masih menghadap ke bawah, namun tidak terlalu tajam. Masih terbuka harapan untuk selamat. Dalam hitungan detik, pesawat mulai terbang mendatar. Penunjuk altimeter terpantau berhenti di angka 1.600 kaki menunjukkan pesawat stabil pada ketinggian 480 meter di atas permukaan laut. Suatu level yang sangat berbahaya dan nyaris ke cebur. Benar-benar suatu keajaiban.....,Yang Kuasa kembali hadir menolong hambanya yang tulus selalu tulus menyembah Nya, menjamah Do’a seorang pemuda yang sabar. Elevator pesawat secara menakjubkan kembali bisa bekerja dengan normal, pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 itu kini berangsur-angsur menanjak. Getaran di stick kemudi juga berkurang. Kemelut dalam ruangan kokpit kemudi perlahan hilang. Lampu kedip-kedip berwarna merah sudah tak menyela lagi. Adam terus memposisikan pesawat
Mendung kesedihan begitu gelapnya menimpa Ingrid, hingga meluluh lantahkan semua impian yang cukup lama terpendam. Dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca, gadis itu hanya mampu menatap pilu dinding kaca yang membatasi ruangan perawatan, begitu berharapnya dia sesosok pemuda menyerupai Adam itu muncul di sana kembali menampakkan senyumannya. Namun sayang...., sebegitu lamanya dia menatap ke sana tapi pemuda yang dia impi-impikan itu tak kunjung terlihat jua dalam pandangannya. Pupuslah sudah kini setetes harapan yang masih tersisa, hingga membuat dirinya tak mampu lagi menahan tetesan air mata. Mata yang memerah kini tak bisa lagi dia pejamkan, penglihatan gadis itu kemudian berserakan tak menentu mencoba mengurai kegelisahan yang melanda perasaan. Kedua bola matanya kemudian berputar ke sudut-sudut ruangan perawatan. Dipandanginya dinding-dinding kaca yang membentang yang membatasi ruangan, juga ditatapinya langit-langit kamar dengan sederetan lampu yang bercahaya tera
Lima hari setelah kecelakaan penerbangan XZ-1949 Lima hari sudah Ingrid terbaring lemah di salah satu ruang isolasi perawatan khusus sebuah rumah sakit ternama. Cidera yang dialami oleh gadis itu dalam musibah kecelakaan pesawat Airbus A320 lima hari yang lalu ternyata cukup parah. Dari hasil analisa tim dokter yang menangani kesehatannya, Ingrid baru akan bisa pulang ke negara asalnya paling cepat dalam waktu tiga minggu lagi. Setelah selamat dari musibah kecelakaan pesawat Airbus A320, gadis cantik bermata biru yang berkecimpung dalam dunia astrofisika itu tak lagi seceria seperti dulu. Mendung kedukaan begitu membelenggu perasaannya mengetahui Adam belum juga ditemukan hingga di hari ke lima itu. Hari-hari dirawat di rumah sakit, Ingrid hanya bisa menunggu perkembangan berita melalui media masa dan televisi. Di manakah sebenarnya keberadaan Adam kini...? apakah pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu berhasil ditemukan...? Namun sayang..., apa yang ditunggu-tung
Waktu terus berjalan. Jarum jam berputar hingga dua kali keliling lingkaran. Malam pun sudah lama terlewatkan. Siang kini kembali datang. Langit biru terbentang luas tanpa awan. Matahari kembali bersinar terang. Panas yang terasa begitu garang. Ingrid setelah sehari semalam terkatung-katung di tengah-tengah lautan kini kembali siuman. Hawa panas dia rasakan menimpa seluruh anggota badannya. Mata terasa perih bagai terkena noda. Ingrid perlahan terjaga. Cahaya kuning kemerah-merahan dia rasakan menempel di balik kedua kelopak mata. Gadis itu kemudian mencoba membuka kedua matanya, namun apa daya dia tak bisa. Untuk sejenak, gadis itu berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada. Beberapa saat kemudian, dia coba menggerakkan kedua tangannya, namun juga masih tak bisa. Seluruh tubuh terasa kaku bagai mati rasa. Jangankan mengangkat tangan, untuk menggerakkan kelopak matanya saja dia masih tak berdaya. Ingrid akhirnya menyerah kalah kembali tak ingat apa-apa. Ada ses
Segelintir manusia memakai baju pelampung terlihat terapung-apung di atas lautan buas. Pelampung itu menyebar tercerai berai terpisah satu sama lain menuju ke sebuah pulau hantu tak berpenghuni. Merekalah itulah para penumpang pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 yang berhasil selamat dari maut. Segelintir memang...., tapi itulah yang terjadi. Sebagian besar penumpang tenggelam sudah ke dasar lautan. Mereka kini hidup terkatung-katung di antara alam nyata dan alam gaib, puluhan orang jumlahnya. Mereka berada di alam lain dan kini hidup dalam kutukan. Merekalah....., para manusia yang selama hidup di dunia bergelimpangan dosa dan pesta-pora. Mereka para pembuat maksiat dan perusak yang tak pernah tobat. Penipu-penipu elit terselubung yang hidup mewah namun merajalela dalam kemunafikan. Semuanya itu kini tak ada lagi guna. Arwah-arwah mereka kini bergentayangan di dunia, disiksa oleh dosa-dosa yang tak berhingga. Mereka kini menjadi penghuni sebuah pulau
Terik matahari pagi di tengah-tengah lautan semakin ganas membakar. Namun sayang, Ingrid yang berada dalam keadaan cidera masih belum juga sepenuhnya sadar. Baju pelampung yang sedari tadi dikejar juga hanyut semakin menjauh. Keletihan yang luar biasa tak membuat Adam menyerah dengan begitu saja. Pemuda itu kembali berenang dan mengejar pelampung yang semakin hanyut. Tubuh Ingrid kembali dia seret dengan paksa. Gadis cantik itu merasakan tubuhnya menghempas di atas air ketika diseret Adam. Sakit dia rasakan di sekujur tubuhnya, hal itu merangsang sistem syarafnya untuk kembali terjaga. Kelopak matanya kemudian kembali terbuka, mulut bergerak komat-kamit seakan ingin berkata. Nyaris saja baju pelampung berhasil dicapai, namun Adam mendadak menghenti ayunan kakinya mendengar Ingrid mengerang kesakitan. Dilihatnya kelopak mata gadis itu kembali terbuka. “Ingrid, it is me Adam..., can you hear me...?” .......Ingrid, ini aku Adam, apakah kamu bisa mendengarkan aku......
Tenaga Adam terkuras habis, oksigen yang tersisa dalam dada juga semakin menipis, napas yang tersisa kini semakin kritis. Udara yang tadi terperangkap dalam ruang kokpit kini tak terlihat lagi, semuanya telah habis. Ada satu hal yang membuat Adam bertekad untuk tetap bertahan hidup, janji yang telah terlanjur dia ucapkan pada gadis itu untuk menyelamatkan nyawanya. Tak ingin Adam mati sebelum janji itu dia penuhi. Begitulah ikrar seorang tentara, pantang menyerah, pantang kalah. Nyawa Ingrid yang sekarat berada dalam dalam pelukannya harus dia selamatkan terlebih dahulu. Baju pelampung yang telah terpasang di badan Adam yang menghalangi pergerakannya dengan rela dia lepas agar bisa bergerak lebih bebas. Darah pemuda itu menggelegar di ujung napasnya yang terakhir, Adam bertahan di pintu kokpit beberapa detik. Tubuh Ingrid yang berada dalam pelukannya dia lepas sesaat. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, tubuh gadis itu dia dorong ke bawah keluar melalui pint
Tiga puluh orang lebih penumpang berhasil ke keluar dari jendela darurat setelah berjibaku adu otot. Beberapa orang lainnya tersangkut sebelum mencapai jendela darurat. Puluhan penumpang sudah terlebih dahulu tewas. Sebahagian lagi masih meregang nyawa tersangkut di antara kursi penumpang. Perjuangan curang berjibaku adu jotos mereka sia-sia belaka. Sebahagian besar dari mereka itu mengapung tanpa baju pelampung. Dengan susah payah mereka berenang menantang ombak. Napas sesak, mata perih, hidung pedih, badan letih dan perut kembung terminum air. Apa yang terjadi kemudian, belasan orang yang mengapung tanpa baju pelampung akhirnya menyerah kalah tak sanggup berjuang. Gelombang air laut menghadang. Tubuh-tubuh mereka kembali tenggelam dan menghilang. Tak jauh kalah. Potongan bahagian belakang dan ekor pesawat yang terpisah kondisinya jauh lebih parah. Tiga perempat bagiannya tenggelam sudah. Sisanya han
Sesuatu hal yang tak berguna dan sangat fatal kini terjadi di antara penumpang. Masing-masing orang berlomba-lomba ingin secepatnya mengembangkan baju pelampung dalam ruangan pesawat. Tanpa pikir panjang tali warna merah disentak ke bawah. Baju pelampung pun mengembang. Dan kini.., apa yang terjadi.....? Semuanya berebutan, satu sama lain saling dorong ingin secepatnya menuju jendela darurat dengan kondisi baju pelampung yang sudah terkembang. Hal itu tentu saja memperburuk keadaan, gang pesawat di antara kursi-kursi penumpang yang sempit kini semakin berdesakan tak bisa dilewati. Padahal...., prosedur penggunaan baju pelampung selalu diperagakan oleh pramugari-pramugari cantik dalam setiap kali keberangkatan pesawat. Bahkan..., ada juga yang mendengarnya belasan kali dalam sebulan. Namun dalam situasi panik membuat pikiran jadi beku tak bisa berpikir. Semuanya kehilangan akal sehat tak peduli apa itu maksudnya dengan mengembangkan baju pelampung setelah berada di
........Bahagian ini menceritakan kejadian yang mengerikan. Kebijaksanaan pembaca diperlukan (kalau takut jangan dibaca ya)......... ***** Penglihatan Adam tiba-tiba saja dikagetkan oleh kemunculan sebuah pulau misterius yang terlihat di tengah-tengah lautan. Pulau yang muncul itu menyeramkan, terlihat tandus dipenuhi gunung-gunung batu tanpa pepohonan. Banyak terlihat bangunan-bangunan aneh mirip tembok besar di cina, piramida atau candi yang menghiasi sebahagian besar permukaan pulau itu. “Pulau itu lagi...? mustahil.!” Mata Adam terbelalak tak percaya. Adam masih ingat, pulau itulah yang pernah dia saksikan enam bulan yang lalu. Begitu angker terlihat, pulau itulah yang membawa bencana bagi Adam enam bulan yang lalu. Hanya beberapa detik setelah Adam menyaksikan kemunculan pulau itu, pesawat Hercules Lockheed C-130 yang dia piloti meledak di angkasa dan hancur berkeping-keping sebelum tercebur ke dalam lautan. Tak ada firasat apa-apa yang dirasakan ol