Aileron yang terletak di kiri-kanan sayap macet, tak bisa bergerak turun naik. Pesawat Hercules Lockheed C-130 itu gagal melakukan rolling untuk menghindar. Rudder yang ada pada trailling edge vertical stabilizer di bahagian ekor pesawat juga ngadat, tak bisa bergerak kiri kanan. Pesawat Hercules Lockheed C-130 itu juga gagal berputar untuk menghindar.
Mengap-mengap jadinya pesawat Hercules itu menjelang kiamat. Menyentuh ambang badai, terjadi lagi suatu peristiwa aneh di sana. Badai yang tadi terlihat seperti asap hitam menyerupai awan badai cumulonimbus itu tiba-tiba saja berubah bentuk. Sepertinya terjadi suatu pusaran angin yang besar menerpa kabut asap itu hingga membentuk lengkungan yang sangat besar karena terpaan angin yang berputar-putar. Dapat dikatakan, gumpalan asap hitam itu kini menyerupai bentuk tempurung kelapa, atau sebuah mangkok raksasa, namun dalam keadaan tertelungkup.
Lengkungan kabut hitam itu sangat luas, berdiameter hingga belasan kilometer. Dan jika diilustrasikan, pesawat Hecules Lockheed C-130 itu seolah-olah terjebak dalam sebuah mangkok raksasa berwarna hitam. Mirip gambar sebuah tangan dengan kelima jari mencengkeram ke bawah. Bagai seseorang yang bersiap-siap menyergap seekor belalang di atas rumput. Dan pesawat Hercules itu diibaratkan adalah belalangnya.
Namun sayang....., semuanya itu terlambat diketahui, pesawat Hercules Lockheed C-130 itu sudah keburu berada dalam cengkeraman pusaran asap hitam. Seketika itu juga sisi kiri dan kanan pesawat kembali gelap gulita berwarna hitam seperti tadi.
Lampu indikator yang menunjukkan kecepatan pesawat atau ‘air speed indicator’ dan tanda peringatan lainnya ‘altitude allert’ berkedip-kedip secara bersamaan. Kemudian diikuti dengan suara tanda bahaya. “biiib.... biiib.... biib.... biiib.... biiib....” Maka...., mendekati sempurnalah kemalangan demi kemalangan yang dihadapi oleh pesawat Hecules Lockheed C-130 itu.
“Level di 15.000 feet Kep….! ” Sukhairi berteriak.
“Ini tak mungkin, tak boleh terjadi, puuuuull uuuuuup….!” Adam bersorak.
“Tak bisa Kep, masih terus terjerembab.” Jantung Sukhairi mencak-mencak.
“Climb....! climb....! climb....! climb....!” Adam masih mencoba bertindak.
Berkali-kali kedua orang Perwira muda itu berusaha untuk menstabilkan ketinggian, namun sayang...., aileron yang terletak di kedua ujung sisi sayap dan Elevator di bagian vertikal ekor pesawat masih belum mampu bekerja untuk mengembalikan badan pesawat yang terlanjur menukik tajam.
*****
Suatu kemalangan yang benar-benar malang. Lepas dari mulut harimau, diseruduk tanduk kerbau. Terpental dari tanduk kerbau, terjun bebas tercebur dalam ngarai. Entah apa lagi namanya, tapi itulah yang sedang terjadi, seperti terjun bebasnya pesawat Hecules Lockheed C-130 itu menuju lautan.
Pesawat yang tak lagi berdaya itu masih terus di hajar. Sebuah sentakan misterius mendadak menyapu badan pesawat dari sisi atas. Lalu diikuti dengan gelegar halilintar yang menerjang angkasa luas. Sambaran petir tunggal dari awan ke bumi atau cloud - to - ground - lightning melibas badan pesawat dengan begitu keras. Pesawat menghempas ke bawah hingga terjerembab terjun bebas. Suara mesin Turbo propeller mendenging tinggi terkena imbas sambaran halilintar yang begitu panas.
“Kiamat Kapten....! pesawat terjun bebas....!” Sukhairi menjerit keras.
“Lightning strike, pesawat tersambar Letnan....!” Adam menghela napas.
“Apa Kapten....?” Sukhairi ternganga pucat. Letnan itu bahkan tak menyadari pesawat telak tersambar halilintar.
“Pesawat tersambar.....!” Suara Adam terdengar bergetar.
“Ya Allah, kita akan mati Kapten....!” Sukhairi berteriak pasrah.
“Jangan, jangan, ini tak mungkin Let....!” Adam berteriak tak ingin menyerah.
“Ampun mak....! menyentuh level 9.000 feet sekarang, pesawat masih menukik tajam, mati....! mati....! kita akan mati Kep....! mampuslah kita Kep....!” Sukhairi cuap-cuap pucat
“Oh Tuhan…., Astaghfirullah, AllahuAkbar, AllahuAkbar, Lailahaillallah.” Adam berzikir dan berucap.
“Thrust zero….! thrust zero....! mampus....! mampus....! kita mampus Kep....!” Sukhariri kelabakan.
“Oh no....! it is impossible....!” Adam tercengang. Stick kemudi dia rasakan mendadak bergoyang-goyang.
“Aku tak mampu lagi Kapten, pesawat terlalu berat, kita akan terus menukik, AllahuhuAkbar.....! AllaahuAkbar….!” Teriak Sukhairi kejang-kejang.
“Climb....! climb....! climb….! Ini tak mungkin….! climb....! climb....! climb....! AllahuhuAkbar.....! AllaahuAkbar….!” Adam semakin kelabakan. Pilot termuda itu tak mampu mempertahankan ketinggian.
“4.000 feet Kapten….!” Lagi-pagi Sukhairi berteriak tegang. Level ketinggian pesawat terpantau di 4000 kaki, hanya sekitar 1.200 meter di atas lautan. Kiamat pun kini benar-benar datang.
“Oh Tuhan, AllahuAkbar, AllahuhuAkbar ! AllaahuAkbar....!”
“Lailahaillallah, Allahuakbar....!”
“Astaghfirullah, Astagfirullah, Allahuakbar....!”
Kengerian menyentuh puncak. Jeritan kematian terdengar bergema dalam ruangan kokpit pesawat. Panggilan pada Yang Kuasa “AllaahuAkbar...., AllahuAkbar....!” Tak henti-hentinya terucap. Pesawat Hercules itu semakin terjerembab dengan sebegitu cepat. Panggilan ‘Mayday Mayday’ pun tak sempat terucap.
*****
Di balik kesulitan....., terselip sebuah kemudahan, begitulah firman Nya. Begitu juga yang terjadi kini. Suatu keberuntungan...., terhempas di bawah ketinggian 3.000 kaki di atas permukaan laut, pesawat terlepas dari jeratan badai siluman, pengaruh induksi elektromagnetik pun seketika menghilang. Permukaan air laut sangat dekat, begitu rendah pesawat itu terlihat, berada pada level paling bawah dari gumpalan awan yang mematikan..
Menakjubkan....., sistem navigasi dan hydrolyc pesawat tadi ngadat kini kembali bekerja normal. Elevator di bagian vertikal ekor pesawat perlahan kini mampu berfungsi maksimal. Walaupun masih menukik, namun posisi badan pesawat sedikit mendatar.
Namun kengerian ternyata belumlah hengkang. Baru saja mereka menghela napas panjang, Sukhairi kembali kejang-kejang di tebas kekagetan
“Kapten....! lihat pulau itu ada lagi!” Teriak Suakhairi terperanjat menyaksikan pulau misterius yang tadi sempat mereka lihat dari kejauhan kini kembali muncul sekitar 5 mil jauhnya dari pesawat.
“Mustahil....!” Adam yang ikut menyaksikan geleng-geleng tak percaya.
Pulau misterius yang mereka saksikan kali ini lumayan besar. Agak memanjang dengan sedikit melengkung mirip mentimun bungkuk. Walaupun terlihat gelap, namun sepintas lalu tak terlihat warna hijau di sana. Bisa dikatakan pulau itu begitu gersang. Permukaan pulau berwarna kecokelatan, terlihat angker sekilas dipandang.
“Sepertinya itu bukan pulau Kep, lihat banyak bangunan piramida di sana....! apa mungkin....!” Sukhairi merinding memperhatikan.
“Ada yang tak beres, mungkin saja itu bukan sebuah pulau.” Adam juga ikut getar-getir memandang
“No choice Letnan, emergency landing, kita arahkan ke sana tepat di pinggir pantai.” Adam seketika itu juga membuat keputusan. Memang tak ada pilihan lain yang harus dia ambil selain mendaratkan pesawat di sekitar pulau misterius itu walaupun terlihat angker dipandang.
“Siap Kapten…!”
“Bersiap, get ready for crash” Adam memberi isyarat sebagai pertanda sebuah pendaratan darurat.
“Ready for impact.” Ulang Sukhairi ikhlas menganggukkan kepala.
*****
Menuju detik-detik penghujung hayat, pekikan dan jeritan, kekalutan dan ketakutan serta kecemasan serta-merta buyar seketika itu dalam pikiran mereka. Maut begitu jelas menghadang di depan mata. Pangkat, harta, jabatan, orang tua dan kekasih tercinta mereka tinggalkan semua dan dikubur dalam-dalam di atas dunia. ‘Mati’ itulah kini kata-kata terindah bagi mereka.
“No flap.” Adam memulai prosedur pendaratan darurat.
“Flap zero degree.” Konfirmasi dari Sukhairi posisi flap atau sirip pesawat di kedua sayap pada posisi nol derajat tidak terbuka.
“No gear.” Adam mengingatkan.
“No gear Kapten.” Ulang Sukhairi memastikan bahwa roda-roda pesawat tetap dalam keadaan terlipat.
Celaka, dan benar-benar suatu kemalangan besar. Detik-detik menuju hempasan sekonyong-konyong kanal sebuah petir seperti garis zig-zag beliku-liku mengejar bagian sayap.
“Awaaaaas…!” Adam memekik kaget.
“Ya ampun…!” Sukhairi terperanjat pucat.
Mengejutkan, terjadi sebuah sambaran petir tunggal. “Duuuuuummm…!” Ledakan halilintar terdengar garang. Bahkan mampu mengejutkan jin dan setan.
Dalam sekejap mata, ujung streamer petir seperti cambuk api raksasa menyabet habis permukaan tangki bahan bakar yang terletak dalam sayap pesawat. Dua pasang static discharge yang terletak di kedua ujung sayap pesawat yang berfungsi untuk melepaskan muatan listrik statik tampaknya tak terlalu banyak membantu.
‘Electric spark’ atau percikan api yang terjadi di antara dua sambungan bahan logam yang terdapat di atas tangki bahan bakar pesawat tak dapat di redam oleh lapisan ‘seal’ pengaman secara sempurna.
Seluruh ruangan dalam pesawat akhirnya diselimuti asap dan gas yang mengandung karbon monoksida. Mata ber-kunang-kunang, kedua orang perwira yang tangguh itu mulai menggeliat kejang-kejang.
Sabetan pamungkas halilintar kembali menerjang bagian sisi atas sayap pesawat Hercules Lockheed C-130 itu, telak mengenai tangki bahan bakar yang ada di sana. Seketika itu juga percikan partikel panas menyambar cairan yang mudah terbakar. Tangki bahan bakar pesawat terbakar hebat. Pesawat menukik tajam menuju permukaan laut tak jauh dari pulau misterius yang menyeramkan.
*****
Kapten Adam dan Letnan Suhhairi ikut jadi korban. Tubuh kedua orang Perwira muda itu berwarna merah menyala tersengat oleh ‘....surge current....’ atau suatu aliran listrik kejutan yang begitu kuat dengan suhu mencapai ratusan derajat celsius. Letnan-dua Sukhairi gugur seketika. Sementara itu Kapten Adam, Perwira muda yatim piatu usia 27 tahun yang duduk di kursi pilot itu menggelepar meregang nyawa di angkasa. Tubuh yang malang itu terbakar merah berputar-putar berjuang melawan kepedihan di sekujur tubuhnya. Menjelang detik-detik akhir hayatnya......, Perwira sekarat itu tiba-tiba saja dikagetkan oleh kemunculan suara gaib seorang wanita yang terdengar bergema dalam ruangan kokpit pesawat. Dialah.... wanita yang telah melahirkan pemuda itu ke atas dunia. “.......Adam.....! Adam.....! Adam anakku......!” Begitu terdengar suara seorang wanita bergema yang terdengar oleh Adam memanggil namanya. Suara itu begitu lembut, Adam sendiri dia tak pernah mendengar suara selembut
Enam bulan kemudian setelah kecelakaan pesawat Hercules Lockheed C-130 Tanggal 31 Desember: pukul 23:00 malam Ruang tunggu keberangkatan pesawat di malam pergantian tahun itu terlihat begitu padat. Lihatlah...., antrean di meja chek-in keberangkatan begitu panjang penuh sesak. Penumpang pesawat membludak, penjualan tiket on-line meledak-ledak. Maskapai penerbangan kaya mendadak, pilot dan pramugari dapat tambahan rezaki lumayan banyak. Memang...., kalau rezeki dari Yang Kuasa itu sudah datang, pasti tak ada yang doyan mengelak. Hiruk-pikuk, lalu-lalang ratusan orang penumpang di ruang tunggu keberangkatan sangat terasa amburadulnya sejak sore tadi. Semua sibuk bertanya ke sana kemari. Keberangkatan banyak yang delay.....? Tapi itu kan suatu hal yang sudah biasa terjadi. Calon penumpang terlihat adu urat leher dengan petugas ground bandara karena tak pastinya jam keberangkatan pesawat.....? Ah...., kayaknya itu juga sesuatu hal yang sudah biasa. Namun...., t
Salah seorang penumpang yang berada dalam ruangan tunggu keberangkatan pesawat di saat malam pergantian tahun itu adalah Adam. Seorang perwira muda usia dua puluh tujuh tahun yang doyan membaca. Hiruk-pikuk lalu-lalang ratusan orang penumpang yang semakin merajalela dia dalam ruangan tunggu itu seolah-olah tak mengusik pendengarannya. Pilot termuda dengan pangkat kapten di angkatan udara itu lebih memilih menunggu sambil membaca. Baru saja beberapa menit perwira muda bernama Adam itu melanjutkan bacaannya, tiba-tiba saja dia kembali di usik oleh suara seorang wanita berbicara dalam bahasa Inggris. “Excuse me sir, is this seat occupied.?” ..........maaf ya tuan, apakah kursi ini sedang kosong.........? Suara seorang wanita tiba-tiba saja menyerobot masuk ke telinga Adam. Seketika itu juga dia berhenti membaca. Sepasang kaki wanita mengenakan rok panjang dilihatnya tepat berdiri di depannya. Adam kemudian menengadahkan kepalanya ke atas, ternyata sepasang kaki itu ad
Sejenak...., pandangan gadis cantik dengan pukauan bola matanya yang biru itu bagai menggeledah pakaian seragam militer yang dikenakan oleh Adam. Cukup lama dia memperhatikan, seakan-akan dia terpesona dengan seragam itu. Lagi pula, melihat Adam begitu ramah, Ingrid pun tak segan-segan memulai sebuah pembicaraan dengan pemuda itu.“Sir, are you actually on duty now...?” ........tuan., apakah anda sedang dalam tugas sekarang.......? Ingrid mencoba membuka sebuah percakapan dengan Adam. “Oh, because of this uniform.?” ........oh., karena baju seragam ini......? Adam menunjuk baju seragam yang dia kenakan. “Yes..” ......ya...... Wanita itu menganggukkan kepala. Kedua bola matanya masih saja melekat pada pemuda itu. “But......, officially yes.” ..... tetapi..., sebenarnya memang iya..... Adam memelankan suaranya. Sepertinya dia agak risih menjawab kalau dirinya tengah berada dalam tugas di malam pergantian tahun itu. “Oh..... awesome, what a wonderful, you kno
(31 Desember – pukul 23:50 malam) Jarum jam terus melompat, hari menunjukkan pukul 23:50 malam, 10 menit menjelang tahun melompat. Namun pesawat Green air dengan nomor penerbangan XZ-1949 yang jadwal keberangkatan sebenarnya menuju Biak adalah pukul 23:45 tadi, masih belum juga ada pemberitahuan pukul berapa akan diberangkatkan. Ruang tunggu keberangkatan tiba-tiba berubah genit, mirip pasar kaget tanpa jual beli. Sepuluh menit menjelang pergantian tahun, belasan gadis bercelana ketat terlihat lenggak-lenggok masuk ruangan tunggu keberangkatan berjalan menggoyangkan pantat. Ternyata....., ada satu rombongan mahasiswa fakultas ilmu kelautan yang akan mengadakan penelitian di Biak. Mereka juga ikut dalam penerbangan XZ-1949 itu. Mengetahui adanya keterlembatan pemberangkatan pesawat, beberapa orang mahasiswi berduit sengaja ‘shoping’ terlebih dahulu di kawasan bisnis bandara. Mahasiswi centil yang terakhir masuk Mona namanya. Dia bersama Dini, Atun, Supiah dan K
(1 Januari- Pukul 01:00 dini hari) Jiwa yang yang terlelap itu tiba-tiba saja terlepas dari raganya. Lalu....., mengembara ke angkasa bagai elang emas yang lepas dari sarangnya. Sesosok benda putih menyerupai cahaya kilat seperti apa yang sering disaksikan oleh pemuda itu mendadak muncul dari balik awan hitam. Bagai cambuk api raksasa, sesosok benda putih itu melejit sebegitu cepat. Dalam sekejap mata, cahaya itu menyambar jiwa yang terlepas, hingga jatuh terjerembab ke dalam sebuah dimensi ruang yang lain. Pemuda itu merasakan dirinya tiba-tiba saja tercampak di dalam suatu ruangan asrama Perwira, tapi dia tak tahu di mana asrama itu sebenarnya. Asrama itu gelap dan pengap, seolah-olah telah bertahun-tahun tak pernah dijamah, begitu menyeramkan. Tak satu pun terdengar suara olehnya, semua membisu dalam kesunyian malam. Sesosok manusia berpakaian parasut terbang mirip penampakan yang muncul di ujung barak Bintara seperti apa yang sering dia lihat kini muncul l
(1 Januari- Pukul 01:30 dini hari) Tahun baru saja berganti. Proses boarding penumpang pesawat XZ-1949 masih belum tuntas. Tinggal belasan penumpang lagi, kebanyakan ibu-ibu yang membawa anak kecil dan orang berumur yang kalah kuat bersaing di saat memasuki pesawat. Namun ada juga sepasang muda-mudi yang terlambat karena ketiduran berduaan. Ingrid Rose yang tadi masuk ke dalam pesawat bersama Adam lebih dahulu duduk di kursi nomor 7A di sisi jendela sebelah kiri. Adam masih melangkahkan kaki menuju kursi barisan tengah. Entah apa yang terjadi, namun.... langkah perwira itu tiba-tiba saja terhenti di tengah-tengah gang pesawat yang sempit. Ada sesuatu yang mengusik penglihatannya, seberkas cahaya putih berkedip-kedip tiba-tiba saja menyerobot masuk melalui kaca-kaca jendela pesawat. Cukup lama dia menatap, hingga menimbulkan tanda tanya yang besar bagi dirinya. Mata batin pemuda yang mempunyai kemampuan luar biasa itu tiba-tiba saja terperangkap dalam suat
(1 Januari – pukul 01:55 dini hari) Baru saja beberapa menit pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ-1949 itu mengudara pada ketinggian jelajah terbangnya, Moni, seorang wanita paruh baya yang duduk di kursi nomor 3B kelas bisnis langsung kebelet ingin ke toilet. Moni melirik arloji mungilnya..., jam menunjukkan pukul 01:55 dini hari. Namun...., Moni apes, baru saja dia berdiri dari duduknya, seorang pria berpakaian kelelawar serba hitam tiba-tiba berjalan ngebut menyalip langkahnya. “Waduh..., sial tuh orang, padahal aku lagi kebelet bener..!” Celoteh Moni monyong-monyong. Langkah pertamanya langsung terganjal, Moni kembali duduk menghempaskan pantattnya di kursi pesawat. Suatu keanehan terlihat oleh Moni, seseorang berpakaian hitam itu secara misterius menghilang tepat di depan pintu toilet. “Wah..., ke mana perginya orang itu, kok tiba-tiba dia bisa menghilang...?” Moni melongo melihat kaget. Belum sempat lagi kekagetan Moni menghilang, la
Mendung kesedihan begitu gelapnya menimpa Ingrid, hingga meluluh lantahkan semua impian yang cukup lama terpendam. Dengan kedua bola matanya yang berkaca-kaca, gadis itu hanya mampu menatap pilu dinding kaca yang membatasi ruangan perawatan, begitu berharapnya dia sesosok pemuda menyerupai Adam itu muncul di sana kembali menampakkan senyumannya. Namun sayang...., sebegitu lamanya dia menatap ke sana tapi pemuda yang dia impi-impikan itu tak kunjung terlihat jua dalam pandangannya. Pupuslah sudah kini setetes harapan yang masih tersisa, hingga membuat dirinya tak mampu lagi menahan tetesan air mata. Mata yang memerah kini tak bisa lagi dia pejamkan, penglihatan gadis itu kemudian berserakan tak menentu mencoba mengurai kegelisahan yang melanda perasaan. Kedua bola matanya kemudian berputar ke sudut-sudut ruangan perawatan. Dipandanginya dinding-dinding kaca yang membentang yang membatasi ruangan, juga ditatapinya langit-langit kamar dengan sederetan lampu yang bercahaya tera
Lima hari setelah kecelakaan penerbangan XZ-1949 Lima hari sudah Ingrid terbaring lemah di salah satu ruang isolasi perawatan khusus sebuah rumah sakit ternama. Cidera yang dialami oleh gadis itu dalam musibah kecelakaan pesawat Airbus A320 lima hari yang lalu ternyata cukup parah. Dari hasil analisa tim dokter yang menangani kesehatannya, Ingrid baru akan bisa pulang ke negara asalnya paling cepat dalam waktu tiga minggu lagi. Setelah selamat dari musibah kecelakaan pesawat Airbus A320, gadis cantik bermata biru yang berkecimpung dalam dunia astrofisika itu tak lagi seceria seperti dulu. Mendung kedukaan begitu membelenggu perasaannya mengetahui Adam belum juga ditemukan hingga di hari ke lima itu. Hari-hari dirawat di rumah sakit, Ingrid hanya bisa menunggu perkembangan berita melalui media masa dan televisi. Di manakah sebenarnya keberadaan Adam kini...? apakah pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu berhasil ditemukan...? Namun sayang..., apa yang ditunggu-tung
Waktu terus berjalan. Jarum jam berputar hingga dua kali keliling lingkaran. Malam pun sudah lama terlewatkan. Siang kini kembali datang. Langit biru terbentang luas tanpa awan. Matahari kembali bersinar terang. Panas yang terasa begitu garang. Ingrid setelah sehari semalam terkatung-katung di tengah-tengah lautan kini kembali siuman. Hawa panas dia rasakan menimpa seluruh anggota badannya. Mata terasa perih bagai terkena noda. Ingrid perlahan terjaga. Cahaya kuning kemerah-merahan dia rasakan menempel di balik kedua kelopak mata. Gadis itu kemudian mencoba membuka kedua matanya, namun apa daya dia tak bisa. Untuk sejenak, gadis itu berusaha mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada. Beberapa saat kemudian, dia coba menggerakkan kedua tangannya, namun juga masih tak bisa. Seluruh tubuh terasa kaku bagai mati rasa. Jangankan mengangkat tangan, untuk menggerakkan kelopak matanya saja dia masih tak berdaya. Ingrid akhirnya menyerah kalah kembali tak ingat apa-apa. Ada ses
Segelintir manusia memakai baju pelampung terlihat terapung-apung di atas lautan buas. Pelampung itu menyebar tercerai berai terpisah satu sama lain menuju ke sebuah pulau hantu tak berpenghuni. Merekalah itulah para penumpang pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 yang berhasil selamat dari maut. Segelintir memang...., tapi itulah yang terjadi. Sebagian besar penumpang tenggelam sudah ke dasar lautan. Mereka kini hidup terkatung-katung di antara alam nyata dan alam gaib, puluhan orang jumlahnya. Mereka berada di alam lain dan kini hidup dalam kutukan. Merekalah....., para manusia yang selama hidup di dunia bergelimpangan dosa dan pesta-pora. Mereka para pembuat maksiat dan perusak yang tak pernah tobat. Penipu-penipu elit terselubung yang hidup mewah namun merajalela dalam kemunafikan. Semuanya itu kini tak ada lagi guna. Arwah-arwah mereka kini bergentayangan di dunia, disiksa oleh dosa-dosa yang tak berhingga. Mereka kini menjadi penghuni sebuah pulau
Terik matahari pagi di tengah-tengah lautan semakin ganas membakar. Namun sayang, Ingrid yang berada dalam keadaan cidera masih belum juga sepenuhnya sadar. Baju pelampung yang sedari tadi dikejar juga hanyut semakin menjauh. Keletihan yang luar biasa tak membuat Adam menyerah dengan begitu saja. Pemuda itu kembali berenang dan mengejar pelampung yang semakin hanyut. Tubuh Ingrid kembali dia seret dengan paksa. Gadis cantik itu merasakan tubuhnya menghempas di atas air ketika diseret Adam. Sakit dia rasakan di sekujur tubuhnya, hal itu merangsang sistem syarafnya untuk kembali terjaga. Kelopak matanya kemudian kembali terbuka, mulut bergerak komat-kamit seakan ingin berkata. Nyaris saja baju pelampung berhasil dicapai, namun Adam mendadak menghenti ayunan kakinya mendengar Ingrid mengerang kesakitan. Dilihatnya kelopak mata gadis itu kembali terbuka. “Ingrid, it is me Adam..., can you hear me...?” .......Ingrid, ini aku Adam, apakah kamu bisa mendengarkan aku......
Tenaga Adam terkuras habis, oksigen yang tersisa dalam dada juga semakin menipis, napas yang tersisa kini semakin kritis. Udara yang tadi terperangkap dalam ruang kokpit kini tak terlihat lagi, semuanya telah habis. Ada satu hal yang membuat Adam bertekad untuk tetap bertahan hidup, janji yang telah terlanjur dia ucapkan pada gadis itu untuk menyelamatkan nyawanya. Tak ingin Adam mati sebelum janji itu dia penuhi. Begitulah ikrar seorang tentara, pantang menyerah, pantang kalah. Nyawa Ingrid yang sekarat berada dalam dalam pelukannya harus dia selamatkan terlebih dahulu. Baju pelampung yang telah terpasang di badan Adam yang menghalangi pergerakannya dengan rela dia lepas agar bisa bergerak lebih bebas. Darah pemuda itu menggelegar di ujung napasnya yang terakhir, Adam bertahan di pintu kokpit beberapa detik. Tubuh Ingrid yang berada dalam pelukannya dia lepas sesaat. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, tubuh gadis itu dia dorong ke bawah keluar melalui pint
Tiga puluh orang lebih penumpang berhasil ke keluar dari jendela darurat setelah berjibaku adu otot. Beberapa orang lainnya tersangkut sebelum mencapai jendela darurat. Puluhan penumpang sudah terlebih dahulu tewas. Sebahagian lagi masih meregang nyawa tersangkut di antara kursi penumpang. Perjuangan curang berjibaku adu jotos mereka sia-sia belaka. Sebahagian besar dari mereka itu mengapung tanpa baju pelampung. Dengan susah payah mereka berenang menantang ombak. Napas sesak, mata perih, hidung pedih, badan letih dan perut kembung terminum air. Apa yang terjadi kemudian, belasan orang yang mengapung tanpa baju pelampung akhirnya menyerah kalah tak sanggup berjuang. Gelombang air laut menghadang. Tubuh-tubuh mereka kembali tenggelam dan menghilang. Tak jauh kalah. Potongan bahagian belakang dan ekor pesawat yang terpisah kondisinya jauh lebih parah. Tiga perempat bagiannya tenggelam sudah. Sisanya han
Sesuatu hal yang tak berguna dan sangat fatal kini terjadi di antara penumpang. Masing-masing orang berlomba-lomba ingin secepatnya mengembangkan baju pelampung dalam ruangan pesawat. Tanpa pikir panjang tali warna merah disentak ke bawah. Baju pelampung pun mengembang. Dan kini.., apa yang terjadi.....? Semuanya berebutan, satu sama lain saling dorong ingin secepatnya menuju jendela darurat dengan kondisi baju pelampung yang sudah terkembang. Hal itu tentu saja memperburuk keadaan, gang pesawat di antara kursi-kursi penumpang yang sempit kini semakin berdesakan tak bisa dilewati. Padahal...., prosedur penggunaan baju pelampung selalu diperagakan oleh pramugari-pramugari cantik dalam setiap kali keberangkatan pesawat. Bahkan..., ada juga yang mendengarnya belasan kali dalam sebulan. Namun dalam situasi panik membuat pikiran jadi beku tak bisa berpikir. Semuanya kehilangan akal sehat tak peduli apa itu maksudnya dengan mengembangkan baju pelampung setelah berada di
........Bahagian ini menceritakan kejadian yang mengerikan. Kebijaksanaan pembaca diperlukan (kalau takut jangan dibaca ya)......... ***** Penglihatan Adam tiba-tiba saja dikagetkan oleh kemunculan sebuah pulau misterius yang terlihat di tengah-tengah lautan. Pulau yang muncul itu menyeramkan, terlihat tandus dipenuhi gunung-gunung batu tanpa pepohonan. Banyak terlihat bangunan-bangunan aneh mirip tembok besar di cina, piramida atau candi yang menghiasi sebahagian besar permukaan pulau itu. “Pulau itu lagi...? mustahil.!” Mata Adam terbelalak tak percaya. Adam masih ingat, pulau itulah yang pernah dia saksikan enam bulan yang lalu. Begitu angker terlihat, pulau itulah yang membawa bencana bagi Adam enam bulan yang lalu. Hanya beberapa detik setelah Adam menyaksikan kemunculan pulau itu, pesawat Hercules Lockheed C-130 yang dia piloti meledak di angkasa dan hancur berkeping-keping sebelum tercebur ke dalam lautan. Tak ada firasat apa-apa yang dirasakan ol