Share

Bab 6

Penulis: Ichageul
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 16:57:17

Sepasang insan tengah meleburkan diri bersama. Mencoba mencari kehangatan dari dinginnya malam. Faisal tidak bisa menolak tawaran manis yang diberikan Kelana padanya. Tak peduli apa yang dilakukannya melabrak norma agama, etika, sosial dan hukum. Bersenggama dengan istri dari Kakaknya adalah haram hukumnya secara agama. Dalam hukum pun akan terkena pasal perzinahan. Namun peduli setan, Faisal tetap memuaskan hasratnya, memacu tubuhnya di atas tubuh Kelana.

Desahan dan lenguhan wanita itu semakin membuatnya bersemangat untuk terus memberikan kenikmatan pada wanita hamil tersebut. Tubuh Kelana terkulai lemas ketika Faisal berhasil mengantarkannya meraih puncak kenikmatan lebih dulu.

Faisal sendiri tidak mengendurkan serangan. Dia terus memacu tubuhnya, mengejar kenikmatannya yang belum sampai. Punggung pria itu sudah lembab dengan keringat. Kelana bukanlah wanita pertama yang ditiduri olehnya.

Sejak Kelana menikah dengan Kakak kembarnya, Faisal yang patah hati menutup diri dari semua wanita yang mencoba mendekatinya. Namun pria itu akhirnya bisa juga mencicipi tubuh wanita ketika salah satu teman kerjanya dengan sukarela mengajaknya bercinta tanpa menuntut status.

Tubuh Faisal mulai menegang ketika dirinya sudah sampai ke ujungnya. Pria itu mengerang panjang ketika senjata pusakanya memuntahkan lahar ke dalam rahim Kelana. Setelahnya pria itu melepaskan penyatuan mereka lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan sisa percintaan.

Kelana sedikit terkejut. Biasanya setelah bercinta, Faidhan akan menciumnya dengan mesra, memeluk tubuhnya sebentar sebelum masuk ke kamar mandi. Apa yang dilakukan Faisal adalah kebiasaan yang dilakukannya jika selesai bercinta. Karena tidak ada rasa cinta di hatinya, maka pria itu tidak pernah memperlakukan pasangan bercintanya dengan manis.

Perlahan Kelana bangun dari posisinya. Wajahnya sedikit memberengut ketika berpapasan dengan Faisal di dekat pintu kamar mandi.

"Kenapa?" tanya Faisal bingung.

"Ngga apa-apa."

Kelana segera masuk ke dalam kamar mandi. Setelah membersihkan sisa percintaannya, wanita itu segera memakai pakaiannya lalu membaringkan tubuh di kasur. Faisal yang sudah merebahkan tubuh tidak melakukan apapun. Kesadarannya sudah kembali. Pria itu sadar kalau sudah melakukan kesalahan.

"Kang Idhan aneh," ujar Kelana pelan.

"Aneh kenapa?"

"Biasanya Akang suka peluk aku, tapi sekarang boro-boro."

Kelana membalikkan tubuhnya membelakangi Faisal. Sadar kalau sudah melakukan hal di luar kebiasaan Faidhan, Faisal pun mendekat lalu memeluk tubuh Kelana dari belakang.

"Maaf, aku masih capek baru pulang dari luar kota," bisiknya.

Kelana memang tidak pernah bisa marah terlalu lama pada suaminya. Wanita itu membalikkan tubuhnya lalu menyusup dalam pelukan Faisal. Tak butuh waktu lama, wanita itu mulai terlelap dalam pelukan pria yang bukan suaminya.

***

Semalaman Faisal tidak bisa tidur nyenyak. Dia takut kalau tiba-tiba Faidhan datang dan memergoki dirinya sedang meniduri istrinya.

Menjelang shubuh Faisal bangun dari tidurnya. Pelan-pelan dia melepaskan pelukan Kelana di tubuhnya. Pria itu segera keluar dari kamar lalu bergegas meninggalkan rumah.

Tak lama setelah Faisal meninggalkan rumah, seorang pria berjalan mendekati rumah Kelana. Pria yang ternyata adalah Faidhan akhirnya tiba juga di kampung tempatnya tinggal. Kening pria itu mengernyit ketika mengetahui pintu rumah tidak terkunci.

Tanpa merasa curiga, Faidhan masuk ke dalam rumah. Dilihatnya Kelana masih tertidur. Pria itu segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah berganti pakaian, Faidhan naik ke kasur lalu memeluk tubuh istrinya. Kelana terjaga dari tidurnya. Kedua matanya langsung menangkap wajah Faidhan yang sedang memeluknya.

"Akang udah mandi?"

"Udah. Akang kangen kamu, sayang."

Sebuah ciuman diberikan oleh Faidhan. Lama kelamaan, ciumannya berubah menjadi cumbuan. Kelana menahan suaminya yang hendak membuka pakaiannya.

"Akang mau ngapain?"

"Mau nengok dedek bayi."

"Kan semalam udah. Masih kurang?"

DEG!

Jantung Faidhan serasa berhenti berdetak. Dipandanginya wajah sang istri lekat-lekat. Lalu pandangannya tertuju pada bercak merah di leher sang istri.

"Lana, kamu.."

"Kenapa? Akang lupa kalau semalam udah membuat aku mendesah?" tanya Kelana sambil tertawa kecil.

Wanita itu bangun dari tidurnya lalu beranjak ke kamar mandi. Tinggalah Faidhan yang dilanda kebingungan. Pria itu segera keluar dari kamar. Perkataan Kelana terus terngiang di telinganya. Semalam dia masih di jalan, lalu siapa yang sudah bercinta dengan istrinya?

Didorong perasaan bingung, Faidhan keluar dari rumah. Di depan rumah dia berpapasan dengan salah satu tetangganya.

"Loh Kang Idhan sudah di rumah lagi? Barusan saya lihat masih ada di saung yang ada di sawah Pak Haji Dadang."

Mendengar itu Faidhan bergerak cepat menuju sawah Haji Dadang yang jaraknya hanya dua ratus meter saja dari rumahnya. Dari kejauhan dia melihat seorang pria berdiri membelakanginya. Faidhan menambah kecepatan larinya. Begitu sampai di dekat pria itu, tanpa mengatakan apapun, Faidhan membalik tubuh pria itu lalu memukulnya dengan kencang.

BUGH!

Pria yang ternyata adalah Faisal langsung terjatuh setelah mendapat bogem mentah dari Kakak kembarnya. Mata Faidhan menatap nyalang pada Faisal yang tengah bangun sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

"Brengsek kamu, Sal! Apa yang sudah kamu lakukan pada Lana!" bentak Faidhan. Pria itu yakin sekali kalau yang sudah bercinta dengan istrinya semalam adalah adik kembarnya.

"Maaf."

"Maaf? Semudah itu kamu bilang minta maaf? Lana adalah istriku, dia iparmu! Tapi kamu mengambil keuntungan dari kemiripan wajah kita. Kamu menidurinya!! Brengsek!!"

Kembali dua buah bogeman mendarat di wajah Faisal. Pria itu tidak melakukan perlawanan. Dia membiarkan Faidhan memukulinya sampai puas.

"Kenapa, Sal? Kenapa?!"

"Karena aku mencintainya."

"Apa?"

"Apa kamu ingat waktu aku pernah bilang kalau sedang jatuh cinta dengan seseorang. orang itu adalah Lana. Aku sempat bingung bagaimana caranya berkenalan dengannya dan mengatakan perasaanku, sampai akhirnya aku mendapat pekerjaan di luar kota. Saat aku tahu kamu menikahi Lana, apa kamu tahu betapa hancurnya hatiku?"

"Itu bukan alasan untuk membenarkan perbuatanmu!"

"Aku tahu. Alasan apapun yang kupunya tetap tidak membenarkan apa yang sudah kulakukan. Tapi kasalahan ini bukan hanya kesalahanku. Kamu juga turut andil di dalamnya. Andai kamu mengatakan siapa aku pada Lana, mungkin ini tidak akan terjadi."

Faidhan langsung terdiam. Dia memang belum mengatakan pada istrinya kalau memiliki saudara kembar. Tak lama setelah menikah, terjadi bencana alam di desanya. Semua foto dirinya dan Faisal hilang terbawa tanah longsor. Faidhan bermaksud mengenalkan Faisal ketika adiknya itu berkunjung dan memberikan kejutan pada istrinya. Tidak disangka, ternyata dirinya sendiri yang dibuat terkejut.

"Aku tidak akan mengatakan pada Lana kalau kamu yang sudah menyentuhnya semalam. Bisa gila dia kalau tahu sudah bercinta dengan orang lain. Biarlah itu menjadi rahasia kita berdua. Jangan pernah temui aku lagi. Hubungan kita putus sampai di sini. Anggap kamu tidak pernah memiliki saudara kembar, begitu juga aku. Jalani hidup kita masing-masing dan tidak usah saling ganggu."

Setelah mengatakan itu, Faidhan meninggalkan Faisal begitu saja. Faisal langsung menyetujui ucapan Kakak kembarnya itu. Hari itu juga dia langsung pergi dan tidak pernah memperlihatkan wajahnya lagi di depan Faidhan.

"Setelah hari itu, Papa tidak pernah bertemu dengan Om Idhan lagi. Tapi sepuluh tahun yang lalu, Papa mulai mencari tahu soal saudara kembarnya. Ternyata Om Idhan dan Tante Kelana sudah meninggal dunia karena kecelakaan. Mereka meninggalkan seorang anak perempuan yang hidup sebatang kara. Ketika Papa datang, ternyata Fauzia diurus oleh tetangganya. Fauzia menganggap wanita yang mengurusnya sebagai neneknya sendiri. Papa terus mencari keberadaan Fauzia sampai akhirnya menemukannya. Secara diam-diam Papa terus memantau kehidupan Fauzia. Papa juga mengirimkan bantuan untuknya lewat perantara orang lain," Reza mengakhiri ceritanya.

Daffa menghela nafas panjang mendengar kisah tentang Faisal, pria selama ini setia mendampingi Papanya. Ketika Rizal memutuskan mundur dari perusahaan dan menikmati hidup dengan berkeliling dunia bersama istrinya, Faisal lebih banyak membantunya mengurus pekerjaan kantor.

"Fauzia, dia terkena kasus apa?"

"Dia dituduh berselingkuh dan membunuh suaminya sendiri."

"Apa? Lalu bagaimana? Di mana dia sekarang?"

"Dia sudah ditahan di kantor polisi. Aku mohon kamu mau membantunya, Daf. Papa sekarang sedang terbaring di rumah sakit. Tolong wakilkan Papa untuk membantunya. Aku yakin kalau Fauzia tidak bersalah. Dia tidak mungkin membunuh suaminya. Dia sangat mencintai Angga."

"Baiklah. Hubungi Pak Krishna dan Pak Gunawan. Minta mereka bertemu denganku."

Kepala Reza mengangguk cepat. Pria itu langsung menghubungi Krishna, pengacara keluarga Daffa dan juga Gunawan, detektif swasta yang sering diminta bantuannya oleh Rizal ataupun Daffa.

Selesai menelpon, pintu ruang operasi terbuka. Dokter yang mengoperasi Faisal keluar dari ruangan. Daffa dan Reza segera mendekat.

"Bagaimana operasinya, dok?"

"Operasinya lancar. Tapi kondisinya masih belum lewat dari masa kritis. Kami masih harus tetap memantaunya."

Tak lama kemudian, suster keluar mendorong bed Faisal. Daffa dan Reza mengikuti suster tersebut yang tengah mendorong bed Faisal menuju ruang ICU.

***

"Bagaimana pencarian terhadap Andika?" tanya Fajar pada kedua anak buahnya.

"Kami masih belum bisa menemukannya."

"Luaskan area pencarian. Dia harus segera ditemukan. Dia adalah saksi kunci sekaligus tersangka dalam kasus ini."

"Baik, Pak."

Pintu ruangan Fajar terketuk, salah satu anak buahnya masuk ke dalam. Petugas itu mengatakan kalau keluarga Angga meminta bertemu. Fajar bergegas keluar dari ruangan diikuti kedua bawahannya. Fajar segera menyalami seorang pria paruh baya yang menunggunya. Dia datang bersama anak dan istrinya.

"Kapan saya bisa mengambil jenazah anak saya?" tanya Salim Wiguna, ayah dari Angga. Dia adalah seorang pengusaha terkenal yang sudah berkecimpung dalam bisnis sejak lama.

"Kami masih membutuhkan jasadnya untuk kepentingan penyelidikan. Jenazahnya masih belum selesai diotopsi."

Anita menangis mendengar ucapan Fajar. Walau bukan Ibu kandung, namun Anita sangat menyayangi Angga seperti anaknya sendiri. Setelah Angga meninggal secara tidak wajar, fisiknya masih harus mengalami penyiksaan demi kepentingan penyelidikan.

Rafi mendekati Mamanya lalu memeluk sang Mama dengan erat. Dia memang sering berselisih dengan Angga, bahkan membencinya. Namun kehilangan saudara dengan cara tragis, tak ayal membuatnya bersedih juga.

"Di mana pembunuh itu?" tanya Salim dengan mata penuh kemarahan.

"Apa Bapak mau bertemu?"

"Iya."

Fajar memerintahkan anak buahnya untuk menjemput Fauzia. Lima menit kemudian Fauzia datang didampingi petugas. Melihat keluarga Angga, wanita itu langsung mendekat.

"Mama.. Papa.."

"Jangan panggil aku Papa!! Dasar pembunuh!" hardik Salim.

"Aku tidak membunuhnya, Pa. Aku tidak membunuhnya."

PLAK!!

Anita yang sudah tidak bisa menahan emosinya segera menampar kencang pipi Fauzia. Kemudian dia menarik pakaian yang dikenakan Fauzia.

"Kembalikan anakku!! Kembalikan!!! Dasar pembunuh!!!"

PLAK!!

Tidak ada perlawanan dari Fauzia ketika Anita menampar wajahnya lagi. Wanita itu mendorong tubuh Fauzia dengan kencang hingga terjerembab ke lantai. Seorang petugas langsung membantu Fauzia berdiri dan mengahangi Anita yang hendak menyakiti Fauzia lagi.

"Harap Ibu tidak melakukan kekerasan lagi. Serahkan semuanya pada kami. Jika benar Ibu Fauzia yang sudah membunuh suaminya sendiri, dia akan mendapatkan hukuman yang setimpal."

Rafi berusaha menenangkan Mamanya. Dia juga membawa Papanya pergi meninggalkan kantor polisi. Petugas yang tadi menjemput Fauzia langsung mengantar wanita itu kembali ke sel. Belum sempat Fauzia memasuki selnya, petugas lain datang dan menahan wanita itu.

"Ibu Fauzia, keluarga anda datang dan ingin bertemu dengan anda."

"Aku tidak punya keluarga. Hanya Kang Angga satu-satunya keluargaku."

"Dia mengaku sebagai pamanmu."

Bab terkait

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 7

    "Aku tidak punya keluarga. Hanya Kang Angga satu-satunya keluargaku." "Dia mengaku sebagai pamanmu."Kening Fauzia mengerut. Masih belum ada gambaran siapa yang sudah mengaku sebagai Pamannya. Setahunya sang ayah tidak memiliki saudara, begitu pula dengan Ibunya. Suara petugas membuyarkan lamunannya, mengajak wanita itu segera menuju ruangan yang diperuntukkan bagi tahanan untuk bertemu dengan penjenguknya.Ketika pintu ruangan terbuka, nampak dua pria tengah duduk menunggunya. Ini pertama kalinya Fauzia bertemu dengan kedua pria itu. Pelan-pelan Fauzia mendekati meja lalu menarik kursi di depannya. Matanya masih belum lepas dari dua orang di hadapannya."Kalian siapa?" tanya Fauzia setelah cukup lama mereka terdiam."Aku Pamanmu, namaku Daffa."Salah satu pria menjawab pertanyaan Fauzia. Dipandanginya wajah pria yang mengaku sebagai Pamannya. Usianya belum terlalu tua. Mungkin hanya berbeda lima sampai enam tahun saja dengannya."Aku tidak punya keluarga lagi setelah kedua orang tu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 8

    "Bagaimana Ibu bisa tahu Ibu Fauzia menyembunyikan pakaian yang berlumuran darah di kamarnya?" "Tentu saja karena saya mencarinya." "Kenapa Ibu yakin sekali akan menemukan sesuatu yang penting? Apa Ibu sudah mencurigai Fauzia sebelumnya?" "Saya sudah curiga ketika pagi-pagi saya datang ke rumahnya. Di sana tidak ada Angga dan Uzi lama sekali saat membuka pintu. Seperti ada yang sedang disembunyikannya." "Kenapa Ibu sampai habis berpikir kalau Fauzia sudah membunuh Angga? Bisa saja Angga tidak berada di rumah karena sudah berangkat kerja. Ibu hanya Ibu rumah tangga biasa, rasanya aneh saja kalau sampai Ibu punya kecurigaan seperti itu. Lalu apa hak Ibu menggeledah rumah Fauzia bahkan sampai masuk ke dalam kamarnya. Bahkan polisi saja membutuhkan surat ijin untuk menggeledah rumah tersangka." Cecaran pertanyaan Krishna langsung membungkam mulut Kokom. Wanita itu tidak tahu harus menjawab seperti apa. Krishna menatap padanya dengan pandangan curiga. "Saya hanya penasaran saja

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 9

    "Mau saya antar lagi, Bu?" tawar Gunawan seraya menyunggingkan senyuman."Kamu masih di sini?" tanya Kokom dengan raut wajah terkejut."Iya, Bu. Saya lagi cari penumpang yang searah dengan jalan pulang. Lumayan buat tambahan bensin. Ibu mau saya antar kemana lagi?""Ngga usah! Saya mau keluar kota."Kepala Kokom menoleh ke kanan dan kiri. Wanita itu sedang berpikir hendak pergi kemana. Lalu dia melangkahkan kakinya menuju elf yang sedang mengetes. Tanpa pikir panjang, Kokom segera menaiki elf dengan tujuan Rancabuaya. Gunawan masih memperhatikan dari atas motornya. Setelah Kokom naik, pria itu menjalankan kendaraannya lalu berhenti di dekat elf yang sedang mengetem. Dia berbincang sejenak dengan supir elf tersebut. Penumpang elf memang baru Kokom seorang. Pria itu menolehkan kepalanya ke belakang."Bu.. naik yang lain saja. Saya tidak jadi narik.""Kenapa, Mang?""Kepala saya mendadak pusing. Takut ada apa-apa di jalan. Jadi saya batalkan aja, saya mau pulang."Dengan perasaan dongk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 10

    "PERGI!!" teriak Anita kencang. Fauzia masih belum bangun dari posisinya. Luka benturan yang dialaminya tadi membuat kepalanya pusing. Salah seorang pelajar mendekat lalu membantu Fauzia berdiri. Melihat apa yang terjadi pada Dita, Krishna segera mendekat. "Kenapa kamu bisa bebas? Kamu harusnya tetap berada di penjara! Dasar pembunuh!" maki Salim. "Tolong percaya padaku, Pa. Aku tidak membunuh Kang Angga, aku sangat mencintainya." "Berhenti menyebut nama anakku!" hardik Anita dengan suara kencang. Suasana pemakaman yang semula berlangsung khidmat kini berangsur tegang. Fauzia masih terus berusaha meyakinkan kedua mertuanya kalau apa yang dituduhkan padanya tidak benar. "Tolong percaya padaku," ujar Fauzia dengan wajah bersimbah airmata. "Suatu kesalahan membiarkan Angga menikahimu. Aku akan pastikan kamu membusuk di penjara!" "Ibu Fauzia tidak bersalah. Dia sudah dibebaskan oleh polisi. Pembunuh sebenarnya sudah tertangkap," Krisha datang menyela pembicaraan. "Siapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 11

    "Kamu siapa?" "Aku kakakmu." Sejenak Fauzia dibuat terbengong. Dia memandangi Reza dan Daffa bergantian. Kepalanya tiba-tiba saja terasa pusing. Pertama Daffa datang mengaku sebagai Pamannya, dan sekarang Reza mengaku sebagai Kakaknya. "Tidak usah terkejut. Aku adalah anak angkat Pamanmu," lanjut Reza yang melihat Fauzia terkejut. "Anak angkat? Tapi usia kalian seperti sepantaran. Daripada menjadi anak angkat, bukankah kalian lebih cocok menjadi saudara angkat?" Reza melihat pada Daffa sambil berdecak. Semua karena pengakuan pria itu yang mengatakan dirinya adalah Paman Fauzia. Reza menarik kursi ke dekat bed lalu mendudukkan diri di sana. "Uzi.. dengarkan aku. Kamu memang memiliki seorang Paman, tapi bukan dia," Reza menunjuk pada Daffa. "Maksudnya?" Fauzia terlihat semakin bingung saja. "Daffa adalah anak dari atasan Pamanmu, dia juga atasanku. Tapi hubungan kami sangat dekat, sudah seperti sahabat. Sedang Pamanmu bernama Faisal. Dia adalah adik kembar Papamu." "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 12

    Fauzia dan Krishna langsung menghambur ke arah Andika. Tubuh pria itu tidak bergerak lagi, hanya air liur saja yang terus keluar dari mulutnya. Krishna bergerak cepat memanggil petugas. Salah seorang petugas masuk dan memeriksa keadaan Andika. Dia lalu memerintahkan rekannya yang lain membawa Andika ke rumah sakit. Bersama Krishna, Fauzia mengikuti Andika yang dilarikan ke rumah sakit. Wanita itu masih belum mendapat jawaban dari Andika. Dia tidak rela kalau pria itu mati begitu saja, membawa misteri kematian suaminya. Sesampainya di IGD rumah sakit, dokter dan perawat langsung menangani Andika. Namun sayang, lima menit setelah pria itu datang, nyawanya tidak bisa diselamatkan. Fauzia terhenyak melihat suster menutupi tubuh Andika dengan kain putih. Dengan cepat dia mendekati sang dokter. "Dokter, kenapa dia bisa mati? Apa yang terjadi padanya? Tolong selamatkan nyawanya, ada yang ingin kukatakan padanya. Tolong dokter!" "Maaf, Bu. Kami tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Kondis

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 13

    Kondisi Faisal sudah mulai stabil. Masa kritisnya sudah lewat, hanya tinggal menunggu pria itu bangun dari tidur panjangnya. Setelah berdiskusi dengan tim dokter, Faisal diperbolehkan pindah ke ruang perawatan biasa. Pria itu ditempatkan di ruang VVIP oleh Daffa. Fauzia duduk di sisi bed. Di atas bed, Faisal masih setia memejamkan matanya. Fauzia mengambil anting yang diberikan Kokom padanya. Pikirannya melayang, siapa pemilik anting ini? Apa dia dalang dibalik kematian suaminya? Ataukah dia yang sudah membunuh suaminya? Lamunan Fauzia buyar ketika sebuah tangan mengambil anting yang dipegangnya. Kepalanya terdongak, ternyata Daffa sudah berdiri di sampingnya. Tak lama kemudian Reza datang bergabung. Matanya langsung tertuju pada anting di tangan Daffa. "Anting siapa itu?" tanya Reza. "Itu anting yang diberikan Bu Kokom. Kata Bu Kokom, Andika yang memberikannya. Andika bilang kalau aku mau menemukan siapa pembunuh suamiku, aku harus tahu siapa pemilik anting ini." "Apa kamu p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 14

    "Perkenalkan, ini Fauzia. Keponakan kandung Pak Faisal Wiranata, dan juga istri dari mendiang Angga Wiguna, anak anda." Untuk sesaat Salim dan Rafi hanya terdiam. Kedua pria itu memandangi Fauzia yang berdiri di belakang Daffa dan Reza. Tidak disangka menantu yang tidak diinginkan ternyata keponakan dari Faisal Wiranata. Walau Faisal bukan pemilik Noble Group, namun posisinya di perusahaan besar itu bisa dianggap penting. Reza meminta Fauzia duduk di sampingnya. Suasana di dalam ruangan sejenak menjadi hening. Ada rasa enggan di hati Salim memenuhi keinginan Daffa. Di matanya Fauzia tetaplah orang yang sudah membunuh anaknya. Selain itu, karena Fauzia juga Angga pergi meninggalkan dirinya. "Bagaimana Pak Salim? Apa anda menerima tawaran saya?" Suara Daffa memecah lamunan Salim. Rafi menyenggol sang ayah, meminta pria itu segera mengambil keputusan. Salim memandangi Fauzia dengan tatapan tajam. Fauzia meremat dress yang dikenakannya. Pandangan Salim dirasakan begitu menusuk. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 35

    "Apa kamu menemui Salim dan mengakui identitasmu yang sebenarnya?" Pertanyaan Faisal tidak bisa langsung dijawab oleh Reza. Pria itu nampak berpikir sejenak. Kenyataan soal identitas yang baru diketahuinya, tak ayal membuat pria itu sedikit shock. Selama ini Reza menang tidak mencari tahu keberadaan orang tua kandungnya. Menurut Melly, sejak lahir dia sudah berada di panti. Itu artinya kedua orang tuanya memang tak menginginkan dirinya. Namun kebenaran ternyata tak sesuai pikirannya. Dia harus dipaksa percaya kalau dirinya adalah anak tunggal Salim dengan Mitha. Itu artinya dia masih sepupu dari Angga, mendiang suami Fauzia, adik angkatnya. "Aku ngga tahu, Pa. Aku masih perlu waktu untuk memikirkan semuanya." "Papa tahu jni semua pasti mengejutkan untukmu. Pikiran baik-baik. Apapun keputusanmu, Papa akan mendukungnya." "Setelah Papa tahu semua kenyataan ini, apa Papa masih menganggap ku anak? Apa Papa akan tetap menyayangiku?" Faisal memandangi Reza tanpa berkedip. Dia bingung s

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 34

    "Siapa orang tuaku, Bu?" "Nama Ibumu adalah Mita dan ayahmu adalah Salim.""Mita," gumam Fauzia pelan.Nama Mita sama dengan nama Ibu dari Angga. Begitu pula dengan nama ayah yang disebutkan Melly. Mendengar nama yang disebut terdengar familiar, Fauzia pun penasaran."Apa nama lengkapnya Salim Wiguna?" tanya Fauzia sambil menatap dalam pada Melly."Iya, dari mana kamu tahu?"Jawaban Melly membuat Fauzia tersentak. Bukan hanya wanita itu, tapi Daffa, Faisal bahkan Reza sendiri ikut terkejut. "Ibu Mita dan Pak Salim adalah orang tua dari Kang Angga. Mereka hanya punya satu anak, bagaimana mungkin kalau Bang Reza anak mereka.""Kamu mengenal Angga?" kali ini giliran Melly yang terkejut."Angga ada mendiang suami Uzi," jawab Reza."Apa? Kenapa bisa ada kebetulan seperti ini," gumam Melly tak percaya."Ibu.. saya minta tolong ceritakan dengan jelas. Apa benar Reza adalah anak Pak Salim? Lalu bagaimana dengan Angga?" Daffa yang sedari tadi diam, tak bisa menahan rasa penasarannya lagi.

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 33

    Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Sepasang pengantin baru masih terbaring di atas kasur berukuran king size. Tubuh polos keduanya hanya tertutup selimut saja. Sehabis shubuh tadi, keduanya kembali mengulang percintaan panas mereka. Daffa seolah tengah memuaskan rasa dahaganya, pria itu langsung tancap gas melampiaskan hasratnya yang sudah lama tertahan. Terhitung sudah tiga kali dia menggarap tubuh istrinya. Kelopak mata Fauzia bergerak-gerak, sesaat kemudian kedua matanya mulai terbuka. Wajah tampan Daffa langsung menyapa indra penglihatannya. Fauzia terus menelusuri wajah pria yang saat ini masih terlelap dalam tidurnya. Pipi Fauzia merona ketika mengingat malam panas mereka dan percintaan mereka tadi shubuh. Ternyata Daffa yang kerap bersikap dingin, begitu panas di ranjang. Saat ini memang masih belum ada perasaan cinta di hati Fauzia. Namun wanita itu berusaha menjalankan perannya sebagai seorang istri, termasuk memberikan pelayanan ranjang pada suaminya. Tapi rasa

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 32

    "Saya terima nikah dan kawinnya Fauzia Safarina binti Ahmad Faidhan dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan logam mulia seberat 500 gram dibayar tunai!" "Bagaimana saksi?" "SAH!!" Semua yang menyaksikan akad tersebut langsung mengucapkan hamdalah. Tanda syukur kalau akad nikah sudah berlangsung lancar tanpa hambatan berarti. Daffa melirik Fauzia yang duduk di sampingnya. Segurat senyum tercetak di wajah Daffa. Kebahagiaan begitu terasa ketika akhirnya dia membayar tunai wanita yang perlahan memasuki dan menempati ruang tersendiri di hatinya. Lamunan Daffa terhenti ketika Reza memberikan kotak beludru berisi cincin pernikahan mereka. Daffa mengambil sebuah cincin putih bertahtakan berlian lalu memasangkannya di jari manis Fauzia. Wanita itu pun melakukan hal sama, memasangkan cincin dengan bahan berbeda ke jari manis suaminya. Kemudian Fauzia mencium punggung tangan Daffa dengan takzim. Hati Daffa bergetar mendapatkan ciuman tanda bakti seorang istri pada suami. Sud

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 31

    "Pak Imron, Bu Anita, maafkan saya. Saya terpaksa membuka mulut karena kalian yang sudah melanggar perjanjian lebih dulu," ujar Badri tenang. Belajar dari pengalaman terdahulu, begitu Badri dan Yayat tertangkap, Fajar meminta anak buahnya untuk mengawasi dengan ketat kedua orang tersebut. Mereka tidak ingin kejadian kematian Andika kembali terulang. Dugaan Fajar benar, Anita dan Imron kembali mencoba membungkam mulut Badri serta Yayat. Imron menyuruh seseorang untuk memberi racun pada Badri dan Yayat. Racun ditaruh di minuman bukan makanan. Namun sebelum sempat minuman beracun tersebut sampai ke tangan Badri dan Yayat, mereka berhasil mencegahnya. Demi keberhasilan penyelidikan, Badri dan Yayat sengaja dibuat mengalami keracunan dan dilarikan ke rumah sakit. Oknum polisi yang membantu Anita dan Imron pun segera diamankan. Sesampainya di rumah sakit, kedua orang tersebut langsung mengakui perbuatannya dan menyebutkan siapa yang sudah meminta mereka menghabisi nyawa Angga. "Apa

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 30

    "BERHENTI!!" Seketika suara Rafi yang sedang mengucapkan kalimat kabul terhenti begitu mendengar suara kencang seorang laki-laki. Daffa masuk ke dalam vila dengan tergesa. Pria itu menarik baju yang dikenakan Rafi hingga berdiri lalu melayangkan tinjunya. Anak buah Rafi yang melihat itu berniat membantu, namun pergerakan mereka langsung dihalangi oleh Reza, Gunawan, Fajar dan beberapa anak buahnya yang sudah datang. Mereka lansung dibekuk dan siap dibawa ke kantor polisi. Faisal mendekati Fauzia yang masih terpaku di tempatnya. Namun begitu kelegaan terlihat di wajahnya. Dia segera berdiri begitu Faisal mendekat. Ditariknya tubuh Fauzia ke dalam pelukannya. "Kamu ngga apa-apa, sayang?" "Aku baik, Om." "Ada apa ini?" tanya sang penghulu bingung. Apalagi dia baru saja melihat kekerasan yang terjadi pada Rafi. Dengan cepat Daffa menarik kembali tubuh pria yang sudah menculik calon istrinya hingga berdiri. "Laki-laki ini adalah seorang penculik. Dan wanita yang akan dinikahi

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 29

    Perlahan Fauzia membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar. Kemudian pandangannya mengedar ke seluruh ruangan. Fauzia menegakkan tubuhnya lalu beranjak dari ranjang. Dia berjalan menuju pintu yang tertutup rapat. Digerakannya handle pintu namun ternyata terkunci. Wanita itu segera menggedor pintu. "Buka!!!" "BUKA!!!" Tak berapa lama pintu terbuka. Dari arah luar masuk Rafi. Pria itu melemparkan senyumnya begitu melihat wajah cantik Fauzia. Dia masuk ke dalam kamar, membuat Fauzia refleks berjalan mundur. "Mau apa kamu?" tanya Fauzia waspada. "Bukankah kamu yang berteriak meminta dibukakan pintu?" "Kenapa kamu bawa aku ke sini? Aku mau pulang!" "Tenanglah, aku pasti membawamu pulang. Tapi.. setelah kita menikah." "Dasar gila! Aku tidak akan pernah menikah denganmu! Apa kamu lupa kalau Mas Daffa adalah calon suamiku? Dia pasti tidak akan melepaskan mu." "Tapi tidak ada yang bisa Daffa lakukan sekarang. Kamu sepenuhnya ada dalam kendaliku. M

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 28

    "Apa yang kamu lakukan?!" tegur Beni membuat Badri terkejut setengah mati. Suara Beni mengejutkan Badri yang baru saja mengambil barang bukti. Sontak pisau di tangannya terjatuh. Pria itu bermaksud kabur, namun dengan cepat Beni meringkusnya. Yayat yang menunggu di luar, mengintip dari jendela. Pria itu terkejut melihat temannya sudah dibekuk oleh Beni. Dia pun bermaksud kabur, tapi sayang Fajar bersama anak buahnya sudah lebih dulu datang meringkus. Badri hanya bisa pasrah ketika Beni menangkapnya. Pria itu membawa Badri keluar bersama barang bukti. Ketika pria itu digiring keluar, ada beberapa warga yang melintas di depan rumah, memilih berhenti untuk melihat apa yang terjadi. Mereka cukup terkejut melihat Badri digiring keluar oleh Beni. Pandangan mereka tertuju pada bungkusan bening berisi pisau yang terdapat noda darah di tangan Beni. "Itu si Badri kenapa?" "Ngga tahu." "Kenapa ada pisau?" "Ngapain dia di rumah Angga?" Berbagai pertanyaan muncul di benak warga. Mere

  • Misteri Kematian Suamiku   Bab 27

    "Warna merah ini sepertinya bercak darah," ujar Beni seraya menunjuk noda merah tersebut.Gunawan mengambil cotton bud yang sedikit dibasahi agar lembab, kemudian dia menggosokkan cotton bud tersebut ke noda merah yang sudah mengering. Kemudian dimasukkan cotton bud tersebut ke dalam plastik ziplock."Aku akan langsung pergi menemui Fajar untuk menguji ini. Kalau benar ini adalah noda darah dan cocok dengan darah Angga, maka bisa dipastikan di sinilah TKP pembunuhan Angga. Kamu terus awasi Badri, jangan sampai dia masuk ke sini lagi.""Siap, Bang."Gunawan segera bersiap. Pria itu mengambil kunci mobil lalu melajukannya. Sepeninggal Gunawan, Beni membuat kopi lalu membawanya keluar rumah. Dia duduk santai di teras sambil melihat lalu lalang orang di depan rumahnya.Tak lama kemudian terdengar suara wanita yang menjual jajanan pasar melintas menggunakan sepeda ontel. Dari arah rumah Kokom, Badri keluar kemudian memanggil penjual tersebut. Beni ikut mendekati sang penjual sambil berpur

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status