Share

5

last update Last Updated: 2025-01-17 22:11:02

"Tolong! Tolong!" Aku mendengar pria tersebut berteriak seraya menghentikan mobilnya. Kelopak mataku masih belum bisa terbuka, tetapi indera pendengaranku masih bisa merasakan apa yang terjadi di sekelilingku. Badanku masih terasa lemas.

Aku mendengar lelaki itu membuka pintu mobilnya, kemudian ia berjalan tergesa-gesa untuk membuka pintu mobil belakang.

Lelaki yang belum kutahu wajahnya itu dengan penuh hati-hati mengangkat tubuhku. Tangannya begitu kekar.

"Bismillah," ucapnya, "semoga kamu dan bayimu baik-baik saja."

"Ada apa, Nak?" Terdengar seorang wanita keluar dari rumah. Langkahnya tergesa-gesa. Ia berjalan menghampiri pria itu. Ia begitu khawatir.

"Astaghfirullah, ini siapa?" tanyanya dengan suara seperti orang panik, "kenapa dengan perempuan ini, Nak?"

Wanita yang aku yakini sudah berumur itu memeriksa keadaanku. Berkali-kali ia memeriksa suhu tubuhku. Ia meletakkan tangannya di kening dan leherku.

"Perempuan ini hampir saja tertabrak mobil di daerah perkebunan sawit tempat di mana Fadlan sering memancing, Ma," terangnya seraya memapahku masuk ke dalam rumahnya.

"Ketabrak mobil?" tanyanya.

"Iy--Iya, Ma."

"Tetapi kenapa bajunya basah kuyup?" tanyanya lagi dengan penuh penasaran, "baju kamu juga basah kuyup?"

"Aku dan perempuan ini terjerembab ke dalam sungai gara-gara mobil yang hendak menabraknya!" jelas lelaki itu sambil terus berjalan.

"Astaga! Kenapa bisa sampai begitu? Apa jangan-jangan orang itu memang sengaja mau menabraknya?"

"Entahlah!" jawabnya.

"Lalu?" tanya wanita paruh baya itu lagi.

"Aku menariknya dari belakang agar ia tidak tertabrak. Karena jarak sungai dan jalan berdekatan aku tak bisa mengelak, jadilah kami terjatuh. Untungnya sungainya tidak dalam dan tak banyak batu. Dan untungnya lagi tanganku terus memeluk erat tubuhnya walaupun kami sudah terjerembab ke dalam sungai!" jelas lelaki bersuara berat itu dengan panjang lebar seraya memapahku dengan sangat hati-hati.

Wanita paruh baya itu mengikuti dari belakang, dengan penuh kekhawatiran ia berkata, "Ayo cepat-cepat bawa dia ke kamar Mama. Jangan ke kamar kamu nanti isteri kamu marah-marah lagi. Dikiranya nanti ini selingkuhanmu!"

"Ayo cepat!" desaknya.

"Ya, Allah! Semoga kamu dan bayi yang kamu kandung baik-baik saja! Apa yang sebenarnya terjadi dengan kamu, Nak!" Wanita paruh baya itu tampak begitu khawatir.

"Iy--Iya, Ma," jawabnya.

Sesampainya di dalam rumah pria tersebut meletakkanku ke sebuah kasur. Dengan penuh hati-hati ia membaringkanku ke kasur.

"Kamu keluar, Fadlan!" seru wanita paruh baya itu, "Mama mau membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya!"

"Biar Fadlan bantu, Ma," saran pria bersuara berat itu.

"Edan! Kamu pikir ini isteri kamu!" murka wanita paruh baya itu, "sudah kamu keluar biar Mama yang urus. Haram hukumnya melihat wanita yang bukan mahram kamu!"

"Iy--iya, Ma, Fadlan keluar," Terdengar suara daun pintu tertutup.

Wanita paruh baya itu kemudian melucuti seluruh pakaianku. Ia juga membuka kerudungku. Aku merasakan ia mengelap tubuhku dengan sebuah handuk yang telah dibasahi dengan air hangat. Setelah itu ia mengelap tubuhku dengan handuk kering. Orang yang ku yakini adalah wanita paruh baya itu kemudian mengoleskan minyak yang membuat tubuh ini menjadi hangat. Setelah itu ia memakaikan pakaian dan juga kerudung.

"Mudah-mudahan kamu dan bayi kamu baik-baik saja," bisiknya seraya menutupi tubuhku dengan kain tebal, "MasyaAllah wajahmu cantik sekali, tetapi kenapa suamimu tega membiarkanmu pergi sendirian?"

Setelah itu aku benar-benar tertidur pulas. Aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

***

"A--Aku dimana?" lirihku seraya membuka mata. Aku bangkit dan menyandarkan tubuhku di dinding. Kulihat di sekelilingku. Sekarang aku berada di sebuah kamar yang tampak begitu sederhana. Hanya ada kasur lusuh dan juga lemari plastik di kamar ini.

"Alhamdulillah kamu sudah sadar, Nak," ucap seorang wanita paruh baya berkerudung hitam. Ia membawa segelas teh panas dan juga beberapa helai roti.

"Fadlan!" teriak wanita paruh baya itu.

"Fadlan!" teriaknya lagi, "kemana menantu kesayanganku itu!"

"Iy--Iya, Ma," jawab seorang pria bersuara berat. Ia berjalan tergesa-gesa menuju kamar.

"Kenapa, Ma?"

"Dia sudah siuman."

Aku melihat seorang pria berwajah tampan dan berbadan atletis masuk ke kamar. Kulitnya sawo matang. Hidungnya mancung dan rambutnya cepak. Yang membuatnya terlihat semakin tampan matanya yang sayu khas lelaki jawa. Pria berbadan atletis itu kemudian duduk di samping wanita paruh baya berkerudung hitam itu. Ia tampak begitu bahagia ketika melihatku siuman.

"Kamu sudah siuman?" tanyanya.

"Se--sekarang aku ada dimana?" Aku berbalik bertanya kepada lelaki berkulit putih dan berhidung mancung ini. Kumis dan berewok tipisnya membuat lelaki yang mungkin masih berusia 25 tahun ini semakin terlihat tampan dan gagah saja. Ditambah suaranya yang begitu berat yang membuat iman para kaum hawa tergoda. Badannya juga sangat atletis.

"MasyaAllah. Kenapa lelaki ini tampan sekali?" ucapku di dalam hati. Mataku tak berkedip sekalipun sangkin tampannya lelaki berbadan atletis ini.

"Sekarang kamu di rumah saya," jelas pria berambut cepak ini.

"Minum dulu teh hangatnya, Nak," pinta wanita paruh baya ini.

"Terimakasih banyak, Bu." Aku tersenyum kepadanya seraya mengambil segelas teh manis hangat pemberian darinya.

"Ini roti selainya juga dimakan," tawarnya, "biar kamu tidak masuk angin."

Karena aku sudah sangat lapar akupun mengambil sepotong roti yang berisi selai itu, "Terimakasih banyak, Bu."

"Sayang!" Terdengar suara seorang wanita memanggil-manggil.

"Sayang, kamu dimana?" teriaknya lagi.

"Aku di kamar Mama, Sayang," balas pria berambut cepak ini.

"Ya, ampun ngapain kamu di sini, Sayang?" Seorang wanita berbaju seksi dan berambut pirang masuk ke dalam kamar. Ia menenteng beberapa tas di tangannya. Sepertinya ia baru saja berbelanja.

"Ka--kamu," Perempuan berambut pirang itu terlihat kaget melihatku. Ia bahkan menjatuhkan seluruh barang-barang yang ada di tangannya.

"Kenapa, Sayang? Kamu kenal dengan perempuan ini?" tanya pria berambut cepak itu.

Related chapters

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   6

    Wanita berambut pirang dan berpakaian seksi itu masih tetap mematung di depan pintu. Ia sudah seperti patung manekin di toko-toko baju saja. Matanya bahkan tak berkedip sedikit pun. Ia menatapku dengan mulut yang ternganga. Ada apa dengan dia? "Sayang," seru lelaki berbadan atletis itu. Wanita berambut pirang itu tak menjawab. Ia masih tetap mematung."Sayang, kamu kenapa?" tanya pria berwajah tampan itu seraya menghampirinya.Karena wanita tersebut masih saja mematung ia mencoba mengguncang tubuh wanita itu sambil berkata, "Hei, kamu kenapa, Sayang?!""Eh, ti--tidak apa-apa sayang," serunya. Barulah wanita berpakaian seksi itu bereaksi. Mungkin ada sekitar lima menit ia berdiri seperti orang tak bernyawa."Kamu kenal dengan perempuan ini, Sayang?" tanyanya.Dengan suara terbata-bata ia menjawab pertanyaan dari suaminya itu. Sambil menghela nafasnya panjang ia berkata, "Ti--tidak, aku tidak mengenal perempuan ini!""Jadi, kenapa kamu seperti orang yang shock? Sampai-sampai barang-ba

    Last Updated : 2025-01-18
  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   7

    "Ibu lihat apa?" tanyaku seraya melepaskan pelukan darinya."Ada uang berserakan di lantai," jawabnya seraya bangkit, "itu kertas apa, ya,?"Baru saja Ibu Syarah bangkit kami mendengar suara langkah kaki menuju kamar. Aku melihat Kak Vina masuk ke dalam kamar. Ia seperti tengah mencari sesuatu. Bola matanya berputar-putar mengitari setiap sudut kamar ini. Entah apa yang ia cari. "Dia sedang cari apa ya, Bu?" tanyaku kepada Ibu Syarah dengan suara berbisik."Pastinya barang yang berharga," bisik Bu Syarah, "duit yang ada di lantai itu mungkin!""Ya, ampun ternyata kamu ada di sini." Wanita berambut pirang dan berbaju seksi itu tampak begitu lega ketika mendapatkan sebuah kwitansi yang ternyata ia injak. Kwitansi itu tercecer bersamaan dengan beberapa lembar uang kertas seratus ribuan. "Untung belum ada yang mengambil dan melihat," gumamnya sambil memungut uang dan kertas kwitansi tersebut."Apa kalian lihat-lihat!" ketus Kak Vina. Ia membesarkan kedua bola matanya sambil memasukan kw

    Last Updated : 2025-02-05
  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   8

    Aku melihat Kak Vina kembali masuk ke dalam rumah. Benar saja, ia kembali mencari kwitansi tersebut. Sepertinya kwitansi tersebut sangat berharga."Aduh! Kemana lagi kwitansi itu," gumam Kak Vina. Ia mencari keberadaan kwitansi tersebut. Ia uring-uringan seperti babi hutan yang terjerat."Kalian lihat ada kertas jatuh?" tanya Kak Vina kepada kami yang masih berdiri di ruang tamu."Tidak ada," jawab Ibu Syarah dengan percaya dirinya. Padahal ia sudah menyimpan kwitansi tersebut ke dalam saku bajunya."Beneran kalian tidak melihatnya?" tanyanya lagi."Iy-Iya, beneran. Kami tidak ada melihatnya," jawab Ibu Syarah."Kertas apa, sih! Kok kayaknya penting sekali!" tanya Ibu Syarah. Ia mencoba berakting. Ia sudah seperti pemain FTV saja. Aku melihat Ibu Syarah memasukkan kertas tersebut lebih dalam ke saku roknya."Nggak perlu tahu kertas apa!" ketus Kak Vina. Ia terus mencari-cari kertas tersebut."Aneh," gerutu Ibu Syarah."Sial!" geram Kak Vina. Ia kemudian keluar meninggalkan kami. Ia ta

    Last Updated : 2025-02-05
  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   9

    Malamnya sekitar pukul 8 Malam setelah bada Isya Ibu syarah memutuskan untuk kembali lagi ke rumah Kak Vina. Ia ingin memberi tahu perihal tersebut kepada Bang Fadlan menantunya yang baik hati itu. Ia ingin memberi tahu kalau Kak Vina baru saja membeli obat untuk menggugurkan kandungan. Ibu Syarah curiga kalau selama ini Kak Vina memakai obat-obatan tersebut agar tak mengandung. Ibu Syarah beranggapan mungkin itu yang membuat Kak Vina menjadi kaya Raya. Ia yakin Kak Vina melakukan ilmu pesugihan agar bisa kaya Raya."Dari mana coba uang dia? Masak baru berapa bulan menjalani bisnis skincare sudah bisa beli rumah mewah, mobil mewah, dan bergaya hedon!" gerutu Ibu Syarah."Bukannya Ibu suuzaon atau syirik! Ibu yakin si Vina memelihara tuyul. Ibu sempat beberapa kali kehilangan uang!" ujarnya."Bisnis skincare nya juga nggak banyak yang beli. Bisnis skincare hanya untuk menutupi saja agar orang-orang tidak curiga. Ibu bahkan tidak pernah melihatnya mengirim paketan skincare ke pelangga

    Last Updated : 2025-02-05
  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   1

    "Hei perempuan zina enyah kau dari kampung ini!" pekik seorang warga dari luar rumah."Angkat kaki kau dari kampung ini! Kami tidak mau kampung ini terkena bencana gara-gara ada perempuan penzina di kampung ini!" geram warga lain."Keluar kau perempuan zina! Jangan sampai kami seret dan kami bakar kamu hidup-hidup!" berang warga lain.Aku yang masih berada di dalam kamar yang terletak di lantai dua tak berani beranjak keluar rumah. Kali ini aku benar-benar takut. Melalui daun jendela yang kebetulan sedikit terbuka aku memberanikan diri untuk melihat orang-orang kampung yang telah berkumpul di depan rumah. Mereka meneriaki namaku seraya mencaci-maki yang membuat hati ini tercabik-cabik. Mereka terlihat begitu murka."Ya, Allah. Apa yang harus hamba lakukan?" ucapku di dalam hati seraya memegang perut yang semakin membesar.Beberapa bulan yang lalu pasca meninggalnya kedua orang tuaku dari kecelakaan mobil. Aku mendapatkan perut ini membengkak. Awalnya aku mengira kalau aku terkena pen

    Last Updated : 2025-01-16
  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   2

    Aku meninggalkan manusia-manusia tak berhati nurani itu. Aku benar-benar tak menyangka mereka membiarkan aku pergi. Mereka benar-benar berubah 180 derajat.Terutama Bang Farhan, orang kepercayaan ayahku.Entah kenapa firasatku mengatakan kalau ada seseorang yang sengaja membuat skenario yang disusun begitu apik ini."Ya, Allah, apapun yang terjadi ketika keluar dari rumah ini aku pasrahkan kepadaMu, ya, Allah!" ucapku di dalam hati seraya melangkahkan kaki keluar."Hati-hati, Nak. Jaga dirimu baik-baik," ucap Bik Misnah dengan isakan tangisnya. Sejak tadi ia dan suaminya tak henti-hentinya menangis. Ia tak tega melihatku dicecar habis-habisan oleh Bang Farhan dan juga Bang Arkan.Aku berlalu meninggalkan mereka begitu saja. Setibanya di lantai satu aku mendengar pekikan dan hardikan warga kampung semakin jelas. Suara mereka begitu berisik seperti suara lebah yang sarangnya tengah dihancurkan. Aku memberanikan diri untuk membuka pintu rumah. Tangan dan kaki ini bergetar ketika melihat b

    Last Updated : 2025-01-16
  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   3

    "Ini semua adalah ujian dari Sang Pencipta. Mungkin ini cara Tuhan untuk menghapus dosa-dosaku. Aku harus menjalaninya dan harus kuat walaupun sekarang tak ada seorang pun yang perduli denganku. Aku yakin Tuhan akan ikut tangan dalam masalah ini. Tuhan tidak tidur! Tuhan Maha segalanya! Ia Tahu ini semua! Aku yakin Tuhan akan membantuku!" "Kemana aku harus pergi?" tanyaku di dalam hati dengan berjalan lunglai. Aku tak tahu mau kemana. Dari kejauhan aku masih mendengar suara warga meneriakiku. Segala sampah serapah mereka lontarkan.Aku terus berjalan meninggalkan kampung halamanku. Kampung halaman yang dulunya adalah sebuah hutan rimba yang kini berubah menjadi perkampungan dan juga perkebunan sawit."Abah lah dulu pendatang yang pertama kali datang ke kampung ini," cerita Ayahku kala itu.Kampung yang bernama Desa Madinah yang terletak di Provinsi Riau ini dulunya adalah hutan belantara. Dulu hanya segelintir orang yang tinggal di kampung ini. Mereka adalah orang-orang Melayu yang s

    Last Updated : 2025-01-16
  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   4

    "Terimakasih banyak, A', semoga jualannya laris manis," ucapku kepada pria berkulit putih itu."Iya, sama-sama, Neng," sahutnya seraya menyerahkan bungkusan kacang rebus tersebut kepadaku, "semoga didengar Gusti Allah. Niat baik pasti didapatnya juga baik," ucapnya."Suaminya kemana, Neng? Kok sendirian wae?" tanyanya seraya memperhatikanku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ia tampak iba dengan kondisiku yang seperti orang lunglai."Sudah cerai, A'," jawabku memberi alasan. Aku tak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Terpaksa aku berbohong."Ya, ampun Gusti! Jadi ini mau kemana? Kasian banget kamu, Neng. Lagi hamil di cerai sama Suaminya!" Lelaki berkulit putih ini kemudian mengambil sesuatu dari tas kecilnya."Ini buat beli susu, Neng." Ia menyerahkan tiga lembar uang kertas berwarna merah."Nggak usah, A'. Kacang rebus ini sudah cukup!" jawabku."Udah nggak apa-apa. Rezki nggak boleh ditolak!" ucapnya.Dengan terpaksa aku menerima uang tiga ratus ribu itu."Masya Allah. Terimak

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   9

    Malamnya sekitar pukul 8 Malam setelah bada Isya Ibu syarah memutuskan untuk kembali lagi ke rumah Kak Vina. Ia ingin memberi tahu perihal tersebut kepada Bang Fadlan menantunya yang baik hati itu. Ia ingin memberi tahu kalau Kak Vina baru saja membeli obat untuk menggugurkan kandungan. Ibu Syarah curiga kalau selama ini Kak Vina memakai obat-obatan tersebut agar tak mengandung. Ibu Syarah beranggapan mungkin itu yang membuat Kak Vina menjadi kaya Raya. Ia yakin Kak Vina melakukan ilmu pesugihan agar bisa kaya Raya."Dari mana coba uang dia? Masak baru berapa bulan menjalani bisnis skincare sudah bisa beli rumah mewah, mobil mewah, dan bergaya hedon!" gerutu Ibu Syarah."Bukannya Ibu suuzaon atau syirik! Ibu yakin si Vina memelihara tuyul. Ibu sempat beberapa kali kehilangan uang!" ujarnya."Bisnis skincare nya juga nggak banyak yang beli. Bisnis skincare hanya untuk menutupi saja agar orang-orang tidak curiga. Ibu bahkan tidak pernah melihatnya mengirim paketan skincare ke pelangga

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   8

    Aku melihat Kak Vina kembali masuk ke dalam rumah. Benar saja, ia kembali mencari kwitansi tersebut. Sepertinya kwitansi tersebut sangat berharga."Aduh! Kemana lagi kwitansi itu," gumam Kak Vina. Ia mencari keberadaan kwitansi tersebut. Ia uring-uringan seperti babi hutan yang terjerat."Kalian lihat ada kertas jatuh?" tanya Kak Vina kepada kami yang masih berdiri di ruang tamu."Tidak ada," jawab Ibu Syarah dengan percaya dirinya. Padahal ia sudah menyimpan kwitansi tersebut ke dalam saku bajunya."Beneran kalian tidak melihatnya?" tanyanya lagi."Iy-Iya, beneran. Kami tidak ada melihatnya," jawab Ibu Syarah."Kertas apa, sih! Kok kayaknya penting sekali!" tanya Ibu Syarah. Ia mencoba berakting. Ia sudah seperti pemain FTV saja. Aku melihat Ibu Syarah memasukkan kertas tersebut lebih dalam ke saku roknya."Nggak perlu tahu kertas apa!" ketus Kak Vina. Ia terus mencari-cari kertas tersebut."Aneh," gerutu Ibu Syarah."Sial!" geram Kak Vina. Ia kemudian keluar meninggalkan kami. Ia ta

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   7

    "Ibu lihat apa?" tanyaku seraya melepaskan pelukan darinya."Ada uang berserakan di lantai," jawabnya seraya bangkit, "itu kertas apa, ya,?"Baru saja Ibu Syarah bangkit kami mendengar suara langkah kaki menuju kamar. Aku melihat Kak Vina masuk ke dalam kamar. Ia seperti tengah mencari sesuatu. Bola matanya berputar-putar mengitari setiap sudut kamar ini. Entah apa yang ia cari. "Dia sedang cari apa ya, Bu?" tanyaku kepada Ibu Syarah dengan suara berbisik."Pastinya barang yang berharga," bisik Bu Syarah, "duit yang ada di lantai itu mungkin!""Ya, ampun ternyata kamu ada di sini." Wanita berambut pirang dan berbaju seksi itu tampak begitu lega ketika mendapatkan sebuah kwitansi yang ternyata ia injak. Kwitansi itu tercecer bersamaan dengan beberapa lembar uang kertas seratus ribuan. "Untung belum ada yang mengambil dan melihat," gumamnya sambil memungut uang dan kertas kwitansi tersebut."Apa kalian lihat-lihat!" ketus Kak Vina. Ia membesarkan kedua bola matanya sambil memasukan kw

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   6

    Wanita berambut pirang dan berpakaian seksi itu masih tetap mematung di depan pintu. Ia sudah seperti patung manekin di toko-toko baju saja. Matanya bahkan tak berkedip sedikit pun. Ia menatapku dengan mulut yang ternganga. Ada apa dengan dia? "Sayang," seru lelaki berbadan atletis itu. Wanita berambut pirang itu tak menjawab. Ia masih tetap mematung."Sayang, kamu kenapa?" tanya pria berwajah tampan itu seraya menghampirinya.Karena wanita tersebut masih saja mematung ia mencoba mengguncang tubuh wanita itu sambil berkata, "Hei, kamu kenapa, Sayang?!""Eh, ti--tidak apa-apa sayang," serunya. Barulah wanita berpakaian seksi itu bereaksi. Mungkin ada sekitar lima menit ia berdiri seperti orang tak bernyawa."Kamu kenal dengan perempuan ini, Sayang?" tanyanya.Dengan suara terbata-bata ia menjawab pertanyaan dari suaminya itu. Sambil menghela nafasnya panjang ia berkata, "Ti--tidak, aku tidak mengenal perempuan ini!""Jadi, kenapa kamu seperti orang yang shock? Sampai-sampai barang-ba

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   5

    "Tolong! Tolong!" Aku mendengar pria tersebut berteriak seraya menghentikan mobilnya. Kelopak mataku masih belum bisa terbuka, tetapi indera pendengaranku masih bisa merasakan apa yang terjadi di sekelilingku. Badanku masih terasa lemas. Aku mendengar lelaki itu membuka pintu mobilnya, kemudian ia berjalan tergesa-gesa untuk membuka pintu mobil belakang. Lelaki yang belum kutahu wajahnya itu dengan penuh hati-hati mengangkat tubuhku. Tangannya begitu kekar. "Bismillah," ucapnya, "semoga kamu dan bayimu baik-baik saja." "Ada apa, Nak?" Terdengar seorang wanita keluar dari rumah. Langkahnya tergesa-gesa. Ia berjalan menghampiri pria itu. Ia begitu khawatir. "Astaghfirullah, ini siapa?" tanyanya dengan suara seperti orang panik, "kenapa dengan perempuan ini, Nak?" Wanita yang aku yakini sudah berumur itu memeriksa keadaanku. Berkali-kali ia memeriksa suhu tubuhku. Ia meletakkan tangannya di kening dan leherku. "Perempuan ini hampir saja tertabrak mobil di daerah perkebun

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   4

    "Terimakasih banyak, A', semoga jualannya laris manis," ucapku kepada pria berkulit putih itu."Iya, sama-sama, Neng," sahutnya seraya menyerahkan bungkusan kacang rebus tersebut kepadaku, "semoga didengar Gusti Allah. Niat baik pasti didapatnya juga baik," ucapnya."Suaminya kemana, Neng? Kok sendirian wae?" tanyanya seraya memperhatikanku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Ia tampak iba dengan kondisiku yang seperti orang lunglai."Sudah cerai, A'," jawabku memberi alasan. Aku tak tahu harus menjelaskannya bagaimana. Terpaksa aku berbohong."Ya, ampun Gusti! Jadi ini mau kemana? Kasian banget kamu, Neng. Lagi hamil di cerai sama Suaminya!" Lelaki berkulit putih ini kemudian mengambil sesuatu dari tas kecilnya."Ini buat beli susu, Neng." Ia menyerahkan tiga lembar uang kertas berwarna merah."Nggak usah, A'. Kacang rebus ini sudah cukup!" jawabku."Udah nggak apa-apa. Rezki nggak boleh ditolak!" ucapnya.Dengan terpaksa aku menerima uang tiga ratus ribu itu."Masya Allah. Terimak

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   3

    "Ini semua adalah ujian dari Sang Pencipta. Mungkin ini cara Tuhan untuk menghapus dosa-dosaku. Aku harus menjalaninya dan harus kuat walaupun sekarang tak ada seorang pun yang perduli denganku. Aku yakin Tuhan akan ikut tangan dalam masalah ini. Tuhan tidak tidur! Tuhan Maha segalanya! Ia Tahu ini semua! Aku yakin Tuhan akan membantuku!" "Kemana aku harus pergi?" tanyaku di dalam hati dengan berjalan lunglai. Aku tak tahu mau kemana. Dari kejauhan aku masih mendengar suara warga meneriakiku. Segala sampah serapah mereka lontarkan.Aku terus berjalan meninggalkan kampung halamanku. Kampung halaman yang dulunya adalah sebuah hutan rimba yang kini berubah menjadi perkampungan dan juga perkebunan sawit."Abah lah dulu pendatang yang pertama kali datang ke kampung ini," cerita Ayahku kala itu.Kampung yang bernama Desa Madinah yang terletak di Provinsi Riau ini dulunya adalah hutan belantara. Dulu hanya segelintir orang yang tinggal di kampung ini. Mereka adalah orang-orang Melayu yang s

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   2

    Aku meninggalkan manusia-manusia tak berhati nurani itu. Aku benar-benar tak menyangka mereka membiarkan aku pergi. Mereka benar-benar berubah 180 derajat.Terutama Bang Farhan, orang kepercayaan ayahku.Entah kenapa firasatku mengatakan kalau ada seseorang yang sengaja membuat skenario yang disusun begitu apik ini."Ya, Allah, apapun yang terjadi ketika keluar dari rumah ini aku pasrahkan kepadaMu, ya, Allah!" ucapku di dalam hati seraya melangkahkan kaki keluar."Hati-hati, Nak. Jaga dirimu baik-baik," ucap Bik Misnah dengan isakan tangisnya. Sejak tadi ia dan suaminya tak henti-hentinya menangis. Ia tak tega melihatku dicecar habis-habisan oleh Bang Farhan dan juga Bang Arkan.Aku berlalu meninggalkan mereka begitu saja. Setibanya di lantai satu aku mendengar pekikan dan hardikan warga kampung semakin jelas. Suara mereka begitu berisik seperti suara lebah yang sarangnya tengah dihancurkan. Aku memberanikan diri untuk membuka pintu rumah. Tangan dan kaki ini bergetar ketika melihat b

  • Misteri Janin di Rahim Gadis Perawan.   1

    "Hei perempuan zina enyah kau dari kampung ini!" pekik seorang warga dari luar rumah."Angkat kaki kau dari kampung ini! Kami tidak mau kampung ini terkena bencana gara-gara ada perempuan penzina di kampung ini!" geram warga lain."Keluar kau perempuan zina! Jangan sampai kami seret dan kami bakar kamu hidup-hidup!" berang warga lain.Aku yang masih berada di dalam kamar yang terletak di lantai dua tak berani beranjak keluar rumah. Kali ini aku benar-benar takut. Melalui daun jendela yang kebetulan sedikit terbuka aku memberanikan diri untuk melihat orang-orang kampung yang telah berkumpul di depan rumah. Mereka meneriaki namaku seraya mencaci-maki yang membuat hati ini tercabik-cabik. Mereka terlihat begitu murka."Ya, Allah. Apa yang harus hamba lakukan?" ucapku di dalam hati seraya memegang perut yang semakin membesar.Beberapa bulan yang lalu pasca meninggalnya kedua orang tuaku dari kecelakaan mobil. Aku mendapatkan perut ini membengkak. Awalnya aku mengira kalau aku terkena pen

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status